Dua Atlet Taekwondo FISIP Undip Raih Medali Perak di Skotlandia, Akui Sempat Terkendala Administrasi
Dua atlet Taekwondo dari Universitas Diponegoro, Daffa Disya Fauzian dan Yudan Galih Firmansyah berhasil meraih medali perak di kejuaraan 3rd Scotland Open Online Poomsae and Speed Kicking Championship yang diikuti oleh lebih dari 300 peserta dari berbagai kategori, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa.
Kejuaraan tingkat internasional ini diselenggarakan secara daring pada bulan Maret 2023. Peserta tidak hadir secara langsung untuk menampilkan kemampuannya, melainkan dengan mengirimkan rekaman dalam bentuk video yang menampilkan serangkaian gerakan.
“Jadi itu sistemnya kita pertama bayar pendaftaran, buat video, di-upload ke YouTube, link-nya dikirim ke panitia, terus dinilai.” terang Yudan.
Daffa, mahasiswa Prodi Administrasi Publik yang telah menggeluti taekwondo sejak 2014 berhasil mendapatkan medali silver dalam kategori Male Speed Kicking U-30. Ia mengaku memerlukan penyesuaian untuk kembali melakukan latihan.
“Karena baru latihan lagi, jadi kayak perlu menyesuaikan aku terakhir tanding itu Januari, Februari itu nggak pernah latihan, Maretnya tanding,” ujar Daffa saat diwawancara OPINI pada 29 Mei 2023.
Tak mudah memang untuk mempersiapkan kejuaraan tingkat internasional. Yudan sendiri menekankan pentingnya menjaga konsistensi saat latihan.
“Paling penting latihan, jaga kondisi, harus tetap stretching pemanasan walaupun di kos doang. Kalo dari UKM latihannya seminggu dua kali, kalau nambah sendiri bisa lima kali,” ujarnya.
Terlambat Mengajukan Proposal
Selain mempersiapkan diri dengan memperbanyak latihan, mereka juga harus mengurus administrasi serta biaya pendaftaran. FISIP sendiri memiliki kebijakan dalam prosedur pengajuan pendanaan lomba. Fakultas menyediakan dana pendaftaran, dana akomodasi, dan dana prestasi dengan mengajukan proposal maksimal pada triwulan pertama setelah perlombaan. Sayangnya Yudan dan Daffa terlambat mengajukan proposal ke pihak kampus, sehingga tidak mendapatkan pendanaan lomba.
“Kemarin sih sebenernya kita telat ngajuin dana delegasi sama dana prestasinya juga terlambat karena kan udah masuk triwulan dua, kita pertandingannya di triwulan satu. Kalau kita ngajuin proposal itu gabisa secara mendadak, jadi harus H-sebulan, itu pun belum tentu cair dananya.” ungkap Daffa
Karena tidak ada dana pendaftaran yang cair, mereka harus merogoh kocek sendiri untuk membayar biaya pendaftaran dengan harapan pihak kampus akan mengganti dana tersebut ke depannya.
“Bayar pendaftaran pakai dana sendiri sih, kan kemarin pas mau diajuin ke kampus ternyata telat, triwulannya udah tutup. Sampai sekarang belum diganti sih. Nah, kendalanya itu di pendaftarannya, karena kan pembayarannya pake PayPal dan itu gabisa-bisa (sistem pembayarannya). Kemarin Rp 350.000 per orang.” ujar Yudan
Meski telah berhasil mengharumkan nama universitas di kancah internasional, apresiasi yang mereka terima dari kampus dirasa Yudan masih sangat kurang. Yudan mengaku kurang puas dengan bentuk apresiasi yang diberikan oleh pihak universitas.
“Kalau boleh jujur ya, aku masih kurang puas aja gitu. Minimal ada uang pendaftarannya dulu. Kemarin FH itu ada dana prestasi. Kalau ini apresiasi cuma di-post di Instagram, belum dapet apa-apa. Dari FISIP aku belum tau sih mekanismenya dan apakah ada atau engga. Kalau menurut aku, minimal ada dana pendaftarannya dulu. Kan kita kadang tanding bawa nama universitas, jadi minimal dana pendaftarannya. Lebih sering di-reimburse, pake uang pribadi dulu baru diganti.” pungkas Yudan.
Penulis: Siti Aisyah
Editor: Luthfi Maulana
Redaktur Pelaksana: Gisella Previan Laoh