Food Truck Sukses Membludak, Mahasiswa Keluhkan Buruknya Manajemen Antrean
LPM OPINI – Melalui surat edaran rektor nomor 1218 perihal informasi layanan kesejahteraan, pihak kampus Universitas Diponegoro (Undip) mengumumkan bahwa pembagian makanan gratis akan diselenggarakan dalam rangka memberikan bantuan terhadap mahasiswa yang terdampak Covid-19.
Kegiatan tersebut akan dilaksanakan secara berkala per Selasa (6/9) dan Rabu (7/9) mulai dari pukul 11 pagi hingga makanan habis terbagi. Adapun jumlah makanan yang dibagikan ialah sebanyak 500 buah per hari di tiga titik, yakni Student Center, Aula Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), dan Widya Puraya.
Marsha Annisa, ketua bidang Kesejahteraan Mahasiswa BEM Universitas Diponegoro, menjelaskan bahwa ketiga tempat tersebut dipilih karena memiliki ruang yang cukup luas serta tidak menimbulkan kemacetan.
“Kita (sebenarnya) mempertimbangkan tempat-tempat lain juga, tapi yang memungkinkan (adalah) di SC dan Aula FPIK. Dari segi lalu lintas nggak terlalu menghambat, terus tempat antre dan pembagiannya cukup ruang, jadi kita pusatkan ke dua titik itu,” jelasnya saat diwawancarai oleh LPM Opini pada hari Senin (5/9).
Antusiasme Mahasiswa
Kegiatan yang sering disebut mahasiswa dengan sebutan ‘food truck’ ini mendapatkan respons positif dari mahasiswa. Hal ini disampaikan oleh Fahrina Alya, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2020. Ia menilai bahwa pembagian makanan gratis ini dapat membantu mahasiswa dari aspek finansial.
“Pembagian makanan gratis ini menurutku bagus karena diadakan untuk mahasiswa yang kebanyakan adalah anak kos. Jadi, budgetnya mungkin terbatas. Dengan adanya pembagian makan siang ini, mahasiswa jadi bisa meringankan beban finansialnya. Apalagi ini juga saat makan siang jadi kita gak perlu beli (makan siang) lagi,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Najmi Fiqah selaku mahasiswa Ilmu Komunikasi 2020. Ia mengungkapkan bahwa hadirnya pembagian makanan gratis menjadi hal yang cukup menguntungkan mahasiswa, terlebih dengan menu makanan yang kaya akan gizi.
“Menurut aku, (pembagian makanan ini) menguntungkan sih soalnya kan gratis dan walaupun gratis (juga) bukan sad food gitu loh. Ada sayurnya dan ada proteinnya. Nasinya juga nggak pelit, rasanya juga enak enak aja. Terus dikasih susu juga jadi lebih ngenyangin,” ungkapnya.
Mekanisme untuk mendapatkan makanan dinilai sederhana oleh Fahrina. Hanya dengan menuliskan nama serta membubuhkan tanda tangan, mahasiswa sudah bisa mendapatkan sebungkus nasi dengan lauk-pauk bergizi serta minuman.
“Proses untuk mendapatkan makanan cepet. Kita hanya perlu antri, ambil makanan, lalu tanda tangan,” katanya.
Manajemen Antrean Jadi PR Panitia
Meskipun demikian, kegiatan pembagian makanan gratis tak luput dari beberapa catatan. Salah satunya datang dari manajemen antrean yang dinilai kurang baik. Hal ini disampaikan oleh Fahrina pada Selasa (20/9) ketika dimintai keterangan secara langsung perihal kegiatan pembagian makanan gratis pada minggu kedua.
“Aku sudah antre selama satu jam tapi diselak sama yang baru datang. Manajemen antriannya lebih buruk dari yang minggu pertama,” ungkapnya.
Ketika ditanyakan lebih lanjut perihal upaya panitia dalam mengatasi hal tersebut, Fahrina menyampaikan bahwa mereka tidak melakukan apapun sebagai bentuk tindak lanjut.
“Panitia gak melakukan apa-apa. Aku yang udah antri dari lama jadi sia-sia karena yang dapet makanannya malah orang-orang yang baru datang,” keluhnya.
Menanggapi hal serupa, Najmi menilai bahwa panitia pembagian makanan kurang sigap dalam menindaklanjuti mahasiswa yang tidak menaati aturan kala mengantri. Ia pun merasa bahwa kurangnya sumber daya panitia dalam mengatur proses pembagian makanan menjadi kendala yang ke depannya perlu diperhatikan.
“Kalau menurutku panitianya kurang. Memang mahasiswa banyak yang gak tau aturan karena main nyelak-nyelak aja. Tapi kalau bisa, panitianya harus ditambah lagi karena kemarin panitianya cuma ada tiga dan sibuk ngurusin makanan semua. Kalau ada yang ngurus antrian juga mungkin akan lebih tertib dan adil untuk mahasiswa yang antri,” ujarnya.
Publikasi yang Belum Masif
Dari segi publikasi, Marsha mengungkapkan bahwa publikasi pembagian makanan gratis masih kurang masif. Hal ini disebabkan oleh pemberitahuan yang hanya disebarkan melalui dekan fakultas dilanjut dengan pengumuman melalui surat edaran. Ia berharap publikasi dapat dilakukan oleh mahasiswa dari mulut ke mulut karena menurutnya cara tersebut lebih efektif dan menjanjikan.
“Harapan kami mahasiswa bisa mempublikasikannya dari mulut ke mulut karena kan orang-orang yang lewat Student Center dan Aula FPIK udah liat kalau setiap Selasa dan Rabu bakal ada pembagian makanan gratis, mungkin publikasi paling efektif itu dari mulut ke sesama mahasiswa. Tapi rencananya kita juga akan gunakan media digital untuk publikasi,” jelasnya.
Terakhir, Marsha berharap bahwa dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa dapat merasa terbantu. Pun dari sisi panitia, ia berharap panitia dapat mengkoordinasi kegiatan pembagian makanan gratis dengan lebih baik lagi.
“Harapannya mahasiswa merasa terbantu, kan lumayan seminggu dua kali bisa menghemat uang dan dapat makanan gratis. Siapa sih yang nggak seneng dapat makanan gratis?”
“Intinya kita berbagi kebahagiaan, berbagi rezeki, dari Undip dan juga dari BEM sebagai fasilitator (harapannya) bisa jadi sarana untuk menyebarkan kebaikan untuk mahasiswa. Semoga juga panitia bisa manage kegiatan ini jadi lebih baik, dan kalau animonya semakin besar, semoga penyediaan makanannya bisa ditambah.” pungkasnya.
Reporter/Penulis: Almira Khairunnisa & Rachel Aina
Editor: Almira Khairunnisa & Luthfi Maulana