Perayaan Paskah 2021 : Kasih dan Nestapa dalam Selimut Teror Gereja
LPM OPINI – Paskah merupakan salah satu perayaan besar bagi umat Kristiani dalam rangkaian peringatan kebangkitan Yesus Kristus. Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, paskah menjadi hari yang sangat penting karena menjadi dasar dari iman Kristen. Paskah membawa pesan anugerah, kasih sayang, serta kekuasaan Tuhan untuk menjauhkan umat Kristen dari maut dan kutukan. Pelaksanaan paskah sendiri dilakukan sesudah titik balik musim semi pada minggu pertama usai bulan purnama.
Guru Sekolah Minggu di Gereja Bethel Indonesia Ambarawa, Thessalonika Shekina Sulistyo, mempunyai kesan mendalam saat hari paskah karena kematian Yesus di kayu salib adalah bentuk penebusan semua dosa manusia.
“Paskah itu sangat berkesan di mana menjadi waktu ketika Yesus disalib dan dosa dihapuskan karena Yesus juru selamat. Meskipun Covid memberikan dampak besar yaitu tidak bisa merayakan paskah ke gereja yang biasanya penuh suka cita dan kali ini hanya dirayakan sendiri-sendiri di rumah secara online, tapi positif nya kita jadi dapat merefleksikan hidup dan lebih dekat dengan keluarga seperti melaksanakan ibadah bersama,” kata Thessa
Namun di tengah suka cita paskah, prahara ledakan bom bunuh diri kembali mengguncang. Peristiwa ini terjadi di depan Gereja Katedral di Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3) sekitar pukul 10.20 WITA. Thessa memberikan respons getir dan prihatin ketika saudara-saudara seiman kembali mengalami musibah dengan terulangnya insiden serupa.
“Walaupun kejadiannya di Makassar, tetapi dapat berdampak pada gereja-gereja lainnya yang menyebabkan timbul rasa kekhawatiran hingga mengalami ketakutan. Hal ini sudah beberapa kali terjadi, tidak hanya sekali dua kali sehingga menurutku kita harus tetap waspada dan tidak menyudutkan bahwa itu datang dari suatu agama, tapi dari kelompok orang yang salah penafsiran,” jelas Thessa.
Menanggapi teror ledakan bom yang kian marak terjadi mendekati hari besar, Thessa menyikapi dengan serius. Menurutnya, hal seperti ini justru menunjukkan bahwa kurangnya toleransi antar umat beragama di Indonesia yang dapat menimbulkan pengaruh negatif.
“Padahal kita sama-sama hidup berdampingan, sama-sama hidup di Indonesia yang berbeda-beda tapi tetap satu. Namun, masih banyak kelompok yang toleransinya kurang dan mungkin juga pemahamannya salah hingga mereka berpandangan jika momentum seperti ini adalah waktu yang tepat untuk merusak kelompok yang ada,” ujarnya.
Lain halnya dengan Yehezkiel Antonius Wijayanto sebagai pemuda Gereja Pentakosta di Indonesia Karangjati, ia memberikan tanggapan dengan tenang atas peristiwa ini.
“Sebenarnya hal ini sudah kerap terjadi setelah kenaikan Yesus, di mana umat Kristen banyak dibantai oleh kaum Yahudi dan Roma. Sehingga dari kejadian itu para rasul mempersiapkan hati kepada umat untuk bertekun dalam iman walaupun dalam kesesakan,” ungkapya ketika diwawancara melalui aplikasi instant messenger oleh LPM Opini.
Merespons kejadian teror bom yang sering terjadi ketika mendekati perayaan hari besar, Yehezkiel menyampaikan selalu mendoakan untuk kedamaian bersama.
“Saya pribadi tidak akan menuntut apapun dengan adanya peristiwa ini. Selebihnya saya mengupayakan untuk selalu berdoa bagi negara dan masyarakat agar tidak merasakan tekanan mental dari kejadian yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab ini,” kata Yehezkiel.
Yehezkiel memberikan pesan dan harapan untuk yang sedang merayakan paskah agar selalu bersyukur lewat pengorbanan yang telah dilakukan Yesus.
“Hidup kudus, Tuhan sudah menghapuskan setiap dosa kita lewat kematian Yesus, namun Tuhan akan tetap mencintai kita dengan sedih hati ketika kita meremehkan penghapusan dosa dan berbuat dosa sepanjang waktu. Pilihlah kegiatan yang membuat Tuhan mencintai kita dengan senang hati. Selamat Paskah, kiranya damai Tuhan beserta kita semua,” tutupnya.
Penulis: Dhiya Alya
Editor : Dian Rahma Fika Alnina
Redaktur Pelaksana : Luthfi Maulana
Pemimpin Redaksi : Langgeng Irma