Salah satu konten dalam laman Instagram @perpus.undip pada Kamis (26/09) lalu menuai kekecewaan dari banyak mahasiswa. Pasalnya, unggahan tersebut mengumumkan bahwa selasar perpustakaan Undip yang sebelumnya menjadi tempat mahasiswa mengerjakan tugas hingga larut malam kini tidak lagi dapat digunakan selama 24 jam. Kolom komentar postingan tersebut lantas dipenuhi dengan respons kecewa dari mahasiswa.

Keluhan Mahasiswa terhadap Jam Operasional Perpustakaan Undip (Sumber Gambar: akun Instagram @perpus.undip)

Banyak mahasiswa yang menyampaikan kekecewaannya terkait kebijakan ini. Mereka menyayangkan jika penggunaan selasar perpustakaan Undip kini dibatasi hanya sampai pukul 9 malam. Padahal selasar menjadi salah satu alternatif tempat mengerjakan tugas tanpa harus merogoh kocek layaknya di cafe sebagaimana yang disampaikan oleh akun @gustibrhm dalam kolom komentar. 

“Sayang sekali. Padahal ini fasilitas bagus untuk dipakai 24 jam sama mahasiswa. Jauh lebih terjangkau untuk kerjain tugas kuliah malam daripada harus ke cafe,” tulisnya.

Namun, setelah OPINI mewawancarai Suwondo selaku Kepala UPT Perpustakaan & Undip Press pada Rabu (10/01) secara tatap muka, ditemukan bahwa ada kekeliruan pemahaman mahasiswa terkait postingan tersebut. Ia menuturkan bahwa pernyataan perpustakaan membuka layanan hingga 24 jam itu tidak benar adanya karena pihak perpustakaan sama sekali tidak pernah menyatakan hal tersebut secara tersurat.

“Kami belum resmi menyatakan 24 jam, yang menyatakan 24 jam itu kan temen-temen. Di selasarnya itu waktu itu kan memang kebutuhan mahasiswa kan kepengen sampai malam,” terangnya.

Ia kembali mempertegas bahwa pernyataan tersebut tidaklah resmi, melainkan disebabkan karena mahasiswa yang nyaman mengerjakan tugas hingga larut malam, sehingga membuat asumsi bahwa perpustakaan membuka layanan sampai 24 jam.

“Kembali lagi bahwa renovasi ini meningkatkan mahasiswa yang berkunjung, nyaman menikmati fasilitas ini, sehingga dia sampai bermalam di sini, sampai ada yang mengatakan 24 jam” lanjutnya.

Tak hanya itu, Suwondo bahkan juga menegaskan bahwa tidak mungkin perpustakaan membuka layanan hingga 24 jam karena menyalahi aturan yang telah ditetapkan di lingkungan kampus.

“Kalau sampai 24 jam itu nggak mungkin. Aturan Undip juga nggak mungkin 24 jam di dalam kampus. Dipo hub aja sampai jam 10 malam. Kita paling maksimal itu jam 9 itu,” ucapnya.

 

Alasan Pembatasan Jam Operasional

Sebelumnya selasar sempat dapat dimanfaatkan mahasiswa hingga larut malam, kini telah dibatasi penggunaannya hingga jam 9 malam karena alasan keamanan. Selain itu kebijakan ini juga didasari peraturan yang berlaku di kampus Undip, yakni Surat Edaran Rektor Nomor: 6/UN7.P/HK/2014.

“Yang saya sampaikan bahwa jam 9 itu benar-benar demi keamanan bersama, aturan kampus itu kan ada, supaya kami tidak menyalahi aturan,” terangnya.

Suwondo membantah adanya desas-desus mahasiswa yang naik hingga area perkantoran di lantai empat dan lima sebagai alasan dibatasinya penggunaan selasar. Ia menyampaikan bahwa pembatasan jam dilakukan semata-mata demi keamanan bersama dan tidak disebabkan adanya kasus-kasus tertentu.

“Intinya bahwa saya bilang jam 21.00 itu secara umum di dalam kampus kan itu aturannya. Jam itu kan masih jam toleran. Jadi opini tentang 24 jam dan kejadian negatif mahasiswa sampai lantai empat dan lima itu saya nggak bisa menyampaikan karena ga ada data di tempat saya, gak pernah ada laporan. Jadi jam 21.00 itu pure demi keamanan bersama dan kembali lagi kebijakan pimpinan,” jelasnya.

 

Persiapan yang Dilakukan Untuk Menambah Jam Layanan

Suwondo menyampaikan bahwa pihak perpustakaan sedang mengusahakan proses pengajuan jam layanan kepada rektor. Pengajuan ini tentunya membutuhkan data yang jelas, seperti alasan yang valid dan perangkat apa saja yang perlu diadakan. Pengajuan tidak bisa dilakukan tanpa persiapan yang matang. Jadi ada banyak komponen indikator yang harus disiapkan hanya untuk menambah jam layanan. 

“Kalau kita hanya ‘buka ya buka’ ya jadi masalah besar. Termasuk genset sudah kita siapkan nanti, genset ya udah besar, udah otomatis, terus anggaran untuk bahan bakarnya bagaimana? Sudah belum? Oh sudah, dari mana anggaran itu? Berapa? Kan gitu,” terangnya.

Sumber Gambar: Siti Aisyah

 

Tanggapan Mahasiswa Terhadap Jam Operasional Perpustakaan Undip

Adapun Rhema mengatakan, bahwa jam operasional perpustakaan Undip lebih baik hingga pukul sembilan malam saat diwawancarai pihak OPINI pada Selasa (28/11). Menurutnya, dengan adanya layanan perpustakaan hingga 24 jam justru akan mengakibatkan perpustakaan Undip menjadi tempah singgah mahasiswa untuk mengerjakan tugas dan berakhir tidak kondusif.

“Menurutku, sampai jam sembilan aja. Kalau misal sampai 24 jam nanti mahasiswa jadi lebih sering ke sana. Mereka nggak cuma belajar, tapi juga jadi tempat perpindahan mereka. Mereka bisa menginap di sana, jadi kurang efektif penggunaan perpustakaan Undip nantinya,” jelasnya.

 

Kenyamanan Perpustakaan Hingga Evaluasi Bahan Bacaan

Perpustakaan fakultas dan perpustakaan Undip jelas berbeda satu sama lain. Bahkan, terdapat beberapa fasilitas yang dapat diperoleh dari keduanya. Hal ini disampaikan oleh Rhema, ia menjelaskan perbandingan antara perpustakaan fakultas dengan perpustakaan Undip.

“Kalau dari segi tempat, memang enak di perpustakaan Undip karena ada tempat Group Discussion, jadi kita bisa ngomong agak keras,” jelas Rhema.

Tak hanya Rhema, Azizah juga setuju dengan statement tersebut saat diwawancarai pihak OPINI pada Jumat (24/11). Ia mengatakan bahwa perpustakaan fakultas dan perpustakaan Undip sama-sama nyaman dengan fasilitasnya masing-masing.

Meskipun demikian, terbatasnya ketersediaan bahan bacaan menjadi hal yang dikritik oleh Rhema. Menurutnya, Perpustakaan Undip masih kurang lengkap dalam menyediakan buku terutama rumpun sosial humaniora. 

“Diperbanyak bukunya tentang soshum karena jujur tuh kurang komplit buku tentang soshum. Bukunya juga udah lama, terutama novel. Andrea Hirata, itu kan udah lama banget tuh. Harus yang terkini lah, cerita-cerita baru, di refresh,” ujarnya.

Menanggapi hal ini, Suwondo menyampaikan bahwa UPT Perpustakaan Undip memang berfokus pada bacaan digital. Ia juga menghimbau agar mahasiswa mencari buku yang relevan di perpustakaan fakultas nya masing-masing. 

“Kami arahnya ke digital, ke jurnal sama ke e-book-nya. Yang buku-buku itu di fakultas masing-masing. Tangan panjangnya di fakultas. Nah, kita jurnal dan e-book yang di Single Sign On (SSO) itu mba,” terang Suwondo.

Perpustakaan Undip selama ini telah menyediakan fasilitas dan layanan penunjang bagi mahasiswa untuk belajar. UPT Perpustakaan Undip bahkan terus berinovasi salah satunya dengan mengadakan Layanan Klinik Tugas Akhir yang memberikan pendampingan kepada kelompok pemustaka dalam memberikan bantuan berupa saran dan bimbingan dalam kegiatan riset. Adanya kebijakan jam operasional dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan kampus. Meski semua kebijakan berasal dari rektor, namun perpustakaan Undip sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang disampaikan oleh mahasiswa.

“Kami nggak boleh menentukan jam layanan, semua kebijakan dari pimpinan. Tapi kami berusaha untuk menampung aspirasi dari mahasiswa,” pungkas Suwondo.

 

Penulis: Siti Aisyah, Berliana Sekar R.

Editor: Almira Khairunnisa

Redaktur Pelaksana: Gisella Previan Laoh

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.