06/05/2024

Semarang Dilanda Hujan Badai, Aktivitas Warga Terhambat

0

sumber foto: Kompas

Kota Semarang adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah yang terletak tepat di bagian tengah Pulau Jawa. Berdasarkan kondisi topografi, Kota Semarang dibagi menjadi dua bagian, yaitu Kota Semarang Bawah yang merupakan dataran rendah, dan Kota Semarang Atas yang merupakan dataran tinggi atau perbukitan.

Mengutip dari semarangkota.go.id, secara geografis, Semarang terletak antara 6 50’ – 7 10’ Lintang Selatan dan garis 109 35’ – 110 50’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebelah Utara dengan Laut Jawa, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, dan sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang.

Beberapa pekan lalu, Kota Semarang dilanda hujan deras yang terjadi terus-menerus selama beberapa hari. Dikutip dari PPID Semarang Kota, pada tanggal 9 Maret 2024 pukul 13.00 WIB, Kota Semarang mulai diguyur hujan dengan intensitas yang tinggi disertai angin kencang. Puncaknya pada tanggal 13 Maret 2024 pukul 20.00 WIB, beberapa titik di Kota Semarang sudah tergenang air. Banjir yang diakibatkan oleh hujan yang berkepanjangan menyebabkan 60% wilayah Kota Semarang terendam air.

 

Penyebab Terjadinya Hujan Deras dengan Intensitas Tinggi

Mengutip dari Kompas.com, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa kejadian hujan lebat di Kota Semarang dipicu oleh Madden-Julian Oscillation (MJO), bersamaan dengan pengaruh tidak langsung dari bibit siklon tropis. MJO merupakan aktivitas intra seasonal berupa pergerakan aktivitas konveksi ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari. Berdasarkan pemantauan BMKG, bibit siklon tropis berkontribusi pada cuaca ekstrem di Semarang.

Dosen Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM), Heri Sutanta, menjelaskan bahwa penyebab lain dari banjir dikarenakan Kota Semarang menjadi salah satu kota yang mengalami penurunan permukaan tanah secara berkelanjutan. Penurunan tanah terutama terjadi di pesisir sehingga wilayah darat lebih rendah daripada muka air laut, yang menyebabkan Semarang mudah mengalami pasang surut air laut yang sangat tinggi (Rob), ditambah banjir akibat guyuran hujan.

 

Akibat dari Hujan yang Tak Kunjung Berhenti

Menurut penjelasan tempo.co, analisis cuaca Stasiun Meteorologi mengidentifikasi adanya sirkulasi pusat tekanan rendah di utara Australia. Hal ini mengakibatkan adanya daerah pertemuan angin serta peningkatan kecepatan angin di wilayah Jawa Tengah termasuk Kota Semarang. 

Faktor kelembapan yang relatif tinggi juga menjadi penyebab terbentuknya awan konvektif di wilayah Jawa Tengah. Selain itu, suhu muka laut yang positif di Laut Jawa meningkatkan kemungkinan awan hujan muncul di Jawa Tengah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya curah hujan yang tak kunjung berhenti, khususnya di Kota Semarang.

Hujan lebat akibat dari curah hujan yang cukup tinggi membuat beberapa titik di Kota Semarang tergenang banjir. Sejumlah wilayah tersebut adalah Jalan Kaligawe di Kelurahan Muktiharjo, Kelurahan Tambakrejo, Kelurahan Sambirejo, Kelurahan Krobokan, serta Kelurahan Kudu.

Selain banjir, cuaca buruk dengan angin yang relatif kencang menyebabkan terjadinya tanah longsor dan pohon tumbang di sejumlah wilayah Kota Semarang, seperti di Jalan Kaligawe dan di Jalan dr Wahidin. Tercatat ada 10 laporan kejadian tanah longsor dan 11 pohon tumbang dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, beserta mobil dan rumah warga yang tertimpa sebagai akibat dari pohon tumbang.

 

Keresahan Mahasiswa: Aktivitas Terhambat hingga Kesehatan Terganggu

Hujan yang tak kunjung berhenti selama kurang lebih 2 minggu memberikan dampak yang cukup meresahkan bagi beberapa mahasiswa, baik mahasiswa yang bertempat tinggal asli di Semarang ataupun mahasiswa yang merantau di Semarang. Salah satunya ialah Ida Bagus Narendra Brahma Setya, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2023 yang merantau di Semarang. Ia mengaku bahwa kesehatannya menjadi terganggu akibat dari hujan deras yang terjadi.

“Saat hujan deras kemarin saya sempat memiliki kendala di mana kamar kos saya bocor, kemudian kondisi badan sedikit kurang fit dan rumah kakek saya di sekitar tanah mas banjir setinggi betis,” ungkap Ida Bagus saat dihubungi OPINI via pesan WhatsApp pada Kamis (28/03).

Selain itu, Isack Josua Sasmita Siahaan, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2022 yang bertempat tinggal asli di Semarang Bawah, juga mengalami keresahan mulai dari rumah yang kemasukan ular hingga rumah yang terkena genangan banjir.

“Ada ular masuk ke dalam rumah karena banjir menggenang, terus ngepel-ngepel rumah juga karena bangku rumah nya harus diungsiin, sepatu juga basah karena terkena air,” ungkap Josua saat diwawancarai OPINI pada Kamis (28/03).

 

Antisipasi yang Dibutuhkan

Dilansir dari RRI.co.id, beberapa hal yang dapat dipersiapkan untuk mengantisipasi banjir antara lain, update tentang informasi terbaru melalui website atau media sosial milik BMKG, menyediakan peralatan keselamatan dan kotak P3K, serta mengamankan saluran listrik dan barang elektronik untuk menghindari risiko korsleting.

Selanjutnya, melansir dari detikjaktim, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi banjir saat musim hujan antara lain, membuat daerah banyak resapan dengan melakukan penghijauan, mengelola sumber daya air, membangun tanggul pengendali banjir, dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

Mengutip dari detiknews, upaya pemerintah dalam melakukan penanganan banjir di Jawa Tengah adalah dengan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), yaitu upaya untuk mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan dengan cara memanipulasi proses yang terjadi dalam proses hujan melalui penyemaian awan. Hal tersebut dinilai berhasil dalam membantu mengurangi intensitas curah hujan di seluruh wilayah Jawa Tengah.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengakui jika TMC sangat membantu dalam mengurangi intensitas curah hujan yang terjadi belakangan ini di seluruh wilayah Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan prediksi BMKG selama satu pekan ini terjadi cuaca ekstrem. Namun, kehadiran teknologi modifikasi cuaca dapat membuat hujan berkurang.

TMC sendiri dilakukan melalui udara dengan menaburkan bahan semai melalui pesawat. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan TMC dilakukan guna mengurangi turunnya hujan, sehingga operasi penanggulangan bencana banjir di seluruh Jawa Tengah bisa berjalan efektif dan efisien.

 

Penulis: Rahel Gabriella Sipahutar

Editor: Cheryl Lizka

Pimpinan Redaksi: Natalia Ginting

Desain: Nabila Mar’atunisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *