14/05/2024

Suka Membuang Makanan? Ini Imbasnya bagi Kelangsungan Hidup Manusia dan Lingkungan

0

Ilustrasi Food Waste (Sumber: Coaction Indonesia).

LPM OPINI – Food waste merupakan setiap makanan yang sebenarnya dapat dikonsumsi, tetapi dibuang atau batal untuk dikonsumsi dengan alasan tertentu. Dalam hal ini termasuk makanan layak konsumsi dan utuh yang tidak dihabiskan; makanan yang telah melewati tanggal kedaluwarsa walau masih dapat dikonsumsi; maupun makanan segar yang dianggap tidak sesuai standar sehingga dibuang. Food waste biasanya terjadi di tahap akhir rantai produksi pangan, serta berkaitan dengan perilaku konsumen dan mekanisme dalam menyimpan makanan.

Berdasarkan penelitian Food Sustainability Index di tahun 2017, didapatkan data bahwa pada umumnya masyarakat Indonesia membuang makanan dengan jumlah mencapai 300 kg per individu tiap tahun dan apabila dikalikan dengan jumlah penduduk menjadi sekitar 87 juta ton limbah makanan per tahunnya. Dengan hal ini, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara penyumbang sampah makanan terbesar di dunia setelah Arab Saudi.

Dalam food waste, sektor rumah tangga menjadi kontributor tertinggi, yakni 48% dari total timbulan sampah. Sisanya berasal dari pasar tradisional sebesar 24%, fasilitas publik sebesar 19%, serta kawasan komersial sebesar 9%. Keadaan ini jelas memprihatinkan sekaligus memunculkan ironi tersendiri. Lantaran di saat yang sama, masih banyak masyarakat yang kekurangan pangan hingga kelaparan, di mana seharusnya jumlah tersebut bisa menghidupi sekitar 11% atau 28 juta penduduk di Indonesia.

Di samping itu, limbah makanan yang tidak dikelola dengan baik, nyatanya membawa dampak berbahaya bagi lingkungan. Bermula pada sampah makanan yang dibuang dan tertimbun akan mulai membusuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Setelahnya, sampah tersebut akan terdegradasi dan menghasilkan gas metana yang setara dengan emisi greenhouse gas. Hal ini akan turut berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Lebih lanjut, kadar gas metana yang dilepaskan ke udara menyebabkan menipisnya lapisan ozon dan berkurangnya kadar oksigen. 

Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh sampah makanan adalah pemborosan air, kerusakan kandungan tanah, berkurangnya keberagaman makhluk hidup, hingga bencana ledakan sampah seperti peristiwa meledaknya TPA Leuwigajah di Cimahi pada 2005 lalu. Hal tersebut terjadi akibat tumpukan sampah organik dan anorganik yang menghasilkan gas metana, kemudian meledak setelah terjadi hujan dan menyebabkan longsor serta menewaskan 143 jiwa. 

Tidak sampai disitu, food waste ternyata juga memberikan dampak pada sektor ekonomi dan sosial. Ditunjukkan dengan kerugian ekonomi yang mencapai Rp213 triliun – Rp551 triliun per tahunnya atau setara dengan 4 hingga 5 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Sementara itu dari aspek sosial, Indonesia telah kehilangan kandungan energi yang setara dengan porsi makan 61 juta – 125 juta orang atau 29 hingga 47 persen populasi.

Seiring bertambahnya populasi manusia, permintaan konsumsi makanan pun akan semakin meningkat. Bahkan di tahun 2050, bumi diperkirakan akan dipenuhi dengan sembilan miliar manusia, yang artinya bumi perlu memproduksi 50% lebih banyak pangan jika tren konsumsi seperti saat ini terus mengalami keberlanjutan.

Oleh karenanya, kebiasaan membuang makanan harus segera dihentikan agar sumber daya tidak terbuang dengan percuma. Sebab membuang makanan sama saja dengan membuang sumber daya produksi pangan yang meliputi lahan, air, dan energi.

Melihat semakin peliknya persoalan sampah makanan tersebut, berikut tiga kontribusi nyata yang dapat dimulai oleh setiap individu sebagai usaha mengurangi tingkat food waste di masa mendatang. Pertama, rencanakan terlebih dahulu sebelum membeli. Hal ini dapat dimulai dengan membuat daftar belanja yang dibutuhkan dan sekiranya dapat dihabiskan sebelum tanggal kedaluwarsa. Kemudian, masak bahan makanan dalam jumlah yang sesuai dan upayakan agar tidak menyisakan makanan. 

Kedua, gunakan teknik penyimpanan makanan yang tepat. Untuk memperpanjang masa konsumsi, simpan makanan di lemari pendingin agar dapat memperlambat dan menekan kemungkinan terjadinya food waste. Namun, perlu dipastikan makanan yang dibeli sebelumnya telah habis agar tidak terjadi pemborosan.

Ketiga, mengolah kembali bahan makanan yang tidak bisa dimakan. Contoh yang dapat dilakukan yakni memakai kulit buah-buahan seperti apel atau jeruk untuk pembuatan selai atau pengharum ruangan; menggunakan sisa sayur dan buah untuk pembuatan kompos atau pupuk; serta mengolah sampah makanan dengan biodigester atau penambahan mikroorganisme untuk diubah menjadi biogas. 

Sering kali kita tidak tahu seberapa sering menyisakan makanan dan dampak apa yang akan ditimbulkan bagi keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan sekitar. Maka dari itu, perlu dibangun kesadaran terkait pengelolaan gaya hidup yang lebih efisien dan tidak mubazir, sebagai usaha mengurangi limbah makanan agar dapat dirasakan manfaatnya di masa sekarang dan di masa yang akan datang. 

Penulis : Dhiya Alya

Editor : Annisa Qonita Andini

Redaktur Pelaksana : Luthfi Maulana

Pemimpin Redaksi : Langgeng Irma 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *