01/05/2024

Coffee Shop FISIP Undip: Mahasiswa Mempertanyakan Keberlanjutan Pembangunan dan Kondisi Kelayakan Fasilitas hingga Berangan Coffee Shop Direalisasikan

0

Coffee shop merupakan fasilitas yang menawarkan kenyamanan melalui penyajian aneka kopi dan makanan ringan yang menemani pertemuan informal. Kini, coffee shop turut menjadi bagian dalam integral dari kebudayaan perkotaan modern. FISIP Undip sebagai salah satu rumah akademik yang terus mengembangkan kualitas infrastrukturnya, mempertimbangkan adanya pembangunan coffee shop. Coffee shop tersebut dinilai dapat menjadi salah satu fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi mahasiswa dalam melakukan kegiatan belajar mandiri maupun kelompok. Pasalnya, banyak mahasiswa FISIP Undip yang memilih melakukan diskusi, rapat, belajar, ataupun mengerjakan tugas di kedai kopi sekitaran daerah Tembalang. Meski begitu, pembangunan coffee shop yang muncul bersamaan dengan renovasi taman malah mengalami stagnasi. Lantas, bagaimana keberlanjutan pembangunan coffee shop yang sudah dinanti-nanti oleh mahasiswa Undip, khususnya FISIP Undip?

 

Menilik Urgensi Pembangunan Coffee Shop Lewat Sudut Pandang Mahasiswa 

Mahasiswa sebagai insan terpelajar yang memiliki kewajiban untuk belajar dan menunaikan penugasan, tentunya membutuhkan ruang belajar yang layak dan nyaman. Pretty Nur Annisa Pasaribu, mahasiswa Administrasi Publik 2023 menilai bahwa berdirinya bangunan coffee shop di belakang gedung C merupakan cara FISIP mengatasi permasalahan minimnya ruang belajar mandiri di luar kelas. Selain itu, lokasi bangunannya yang strategis, yaitu berada di dalam lingkungan akademik memungkinkan rencana pembangunan kedai kopi di FISIP ini memiliki peminat yang tinggi.

Sumber Gambar: Natalia Ginting

 

“Pada harfiahnya pembangunan yang berada dalam ruang lingkup fakultas menjadi solusi bagi mahasiswa yang kerap kali kesulitan mencari tempat untuk menunjang kegiatan mahasiswa, seperti coworking atau tempat belajar dan mengerjakan tugas yang lebih strategis,” ungkap Pretty saat saat ditemui OPINI pada Kamis (30/11). 

Bangunan coffee shop juga dinilai menjadi solusi atas ketidaknyamanan mahasiswa terhadap kantin. Rendy (bukan nama sebenarnya), salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi 2022, menuturkan bahwa kantin FISIP kurang layak dijadikan sebagai ruang belajar dan mengerjakan tugas karena kotor. 

“Di FISIP sendiri, kantinnya itu cenderung kotor, makanya mungkin coffee shop ini bisa jadi alternatif buat mereka yang ingin ngerjain tugas dengan nyaman, nggak bau, habis itu kayak comfort place-lah ya. Makanya aku bisa ngasih pernyataan bahwa coffee shop ini bakalan diminati oleh mahasiswa,” tutur Rendy saat dihubungi OPINI via telepon WhatsApp pada Sabtu (9/10).

Berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan Pretty dan Rendy, Gabriella (bukan nama sebenarnya), mahasiswa Ilmu Komunikasi 2022 menyatakan bahwa sebenarnya urgensi pembangunan coffee shop tidak begitu penting. Mengingat masih banyak fasilitas yang belum layak untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa sekaligus menunjang keberhasilan pembelajaran di kampus, pembangunan coffee shop FISIP dianggap tidak terlalu mendesak untuk upaya peningkatan kualitas fakultas. Sebab menurut skala prioritasnya, permasalahan air bersih hingga kecepatan jaringan WiFi masih lebih krusial dibandingkan dengan coffee shop sendiri.

“Kalau dari urgensitas, aku bisa bilang kalau di-rate dari 0-10, urgensitasnya nol sih. Maksudnya, kita tahu bahwa kita perlu mempertimbangkan banyak hal lain gitu. Kita punya kantin empat, dan itu depan belakang. Masih banyak urgensitas yang lain, kayak air kita dan WiFi. Kita udah go internasional, tapi kok kita masih berkutat dengan permasalahan ini. Jadi banyak yang lebih urgen sebenarnya,” pungkas Gabriella saat dihubungi OPINI via telepon WhatsApp pada Rabu (6/10).  

 

Berbagai Spekulasi Mahasiswa Akan Keberadaan Coffee Shop 

Meskipun memiliki tingkat peminat yang tinggi, tidak adanya progres keberlanjutan pembangunan coffee shop menimbulkan banyak spekulasi negatif di antara mahasiswa yang bingung akan status keberlanjutan pembangunan yang belum diketahui kapan beroperasinya. Gabriella merasa belum berlanjutnya pembangunan coffee shop dikarenakan orang-orang yang terlibat dalam pembangunan itu tidak menuntaskan tanggung jawab mereka. 

“Mereka, yaitu orang-orang yang terlibat di dalam pembangunan itu, yang berusaha untuk mengembangkan itu (coffee shop) sebenarnya udah nggak bertanggung jawab karena kan sedari awal kalau kita menilik pembangunan, pasti ada kan yang namanya prospek, dari segi kalkulasi ini-itunya gimana, kapan selesainya, seperti itu. Kalau udah mangkrak gitu kan berarti mereka nggak memperhitungkan,” ucap Gabriella.

Spekulasi negatif lainnya menjurus pada kebersihan area bangunan coffee shop yang terkesan tidak terawat layaknya sebuah gudang. Hal ini menyebabkan adanya pemandangan yang kurang sedap, sehingga mengurangi keindahan taman FISIP itu sendiri. 

“Jatuhnya kayak kumuh gitu, kalau misalkan taman ada coffee shop yang mangkrak, jadi kayak gudang, kayak tempat angker gitu jadi vibes-nya agak horor disana. Terus bikin pemandangannya nggak jadi bagus. Kalau semisal dioperasikan tuh kan pasti ada yang ngerawat yak? Kalau mangkrak gini, kesannya kayak gudang sih sebenarnya,” ujar Rendy.

 

Layak atau Tidak disebut sebagai Stagnasi?

Hingga kini belum terlihat pergerakan apa-apa terkait status keberlanjutan pembangunan coffee shop ini, sehingga mahasiswa berspekulasi pembangunan coffee shop ini benar-benar mengalami stagnasi. Namun pada kenyataannya, Andi Widiasmoro selaku Manajer FISIP Undip memberikan penjelasan bahwasanya proses pembangunan coffee shop tetap berjalan jika ditilik dari sisi administrasinya. 

“Kalau secara fisik kalau dilihat memang tidak ada pergerakan ya, cuman untuk kami berkoordinasi secara administrasi tetap jalan. Jadi memang dari BPUPK sudah memberikan semacam rincian perhitungan,” ujar Andi saat ditemui OPINI pada Kamis (21/12). 

Andi menuturkan bahwa proses administrasi yang dimaksud adalah berbagai perhitungan yang mesti dipertimbangkan untuk prospek keberlanjutan bisnis kedepannya. 

“Itu kan barang milik negara ya. Barang milik negara itu dalam proses untuk dikelola oleh pihak lain kan butuh kajian. Kita perlu berkomunikasi mengenai perhitungan operasional, perhitungan layak sewanya berapa. Ketika nanti ada pengembangan ke arah komersial dan pendidikan, tentu perlu dipertimbangkan dari sisi bisnis. Jadi kan nggak serta merta digunakan untuk segi bisnis gitu. Jadi nanti perhitungannya juga ada lagi. Itu yang mungkin kalau dari sisi administrasinya harus kita lalui dulu. Karena itu kan barang milik negara jadi ada kewenangan atau prosedur yang harus kita lalui supaya itu bisa segera dimanfaatkan oleh pihak ketiga,” jelasnya. 

 

Pengembangan Fungsi Eksistensi Coffee Shop, Tidak Sekadar Komersialisasi

Sumber Gambar: Natalia Ginting

Belum berlanjutnya pembangunan coffee shop hingga saat ini menjadi tanda tanya besar bagi sebagian besar mahasiswa. Menjawab pertanyaan tersebut, Manajer FISIP mengatakan bahwa terdapat pengembangan fungsi kafe. Semula, komersialisasi menjadi tujuan berdirinya kafe tersebut. Namun, hal tersebut dinilai kurang menguntungkan bagi pihak kampus. 

“Keberadaan coffee shop itu salah satunya kan supaya bisa dimanfaatkan dalam hal bisnis. Rencana awalnya itu (coffee shop) memang untuk dikomersialkan. Ketika kami hanya menggunakan coffee shop itu hanya untuk kepentingan komersial, kami hanya mendapatkan nilai nominal yang mungkin tidak terlalu besar dan manfaat bagi FISIP tidak terlalu banyak. Katakanlah mungkin setahun 25 juta, sangat kecil bagi kami,” ucap Andi. 

Oleh sebab itu, dilakukan pengembangan terhadap eksistensi coffee shop tersebut, yakni menunjang berkembangnya kreativitas mahasiswa di bidang bisnis melalui mata kuliah kewirausahaan. 

“Dengan berjalannya waktu, kami mencoba untuk melihat dari sisi lain tidak hanya dari sisi komersial. Harapannya bisa digunakan untuk seluruh departemen yang mempunyai mata kuliah kewirausahaan, supaya bisa memanfaatkan kafe sebagai salah satu kurikulum di dalam mata kuliah tersebut,” tambah Andi.

 

Skala Prioritas Pengembangan Fasilitas Kampus Oren 

Perombakan gedung D kampus FISIP terlihat lebih menjadi prioritas untuk diselesaikan terlebih dahulu. Padahal pada kenyataannya, bangunan coffee shop lebih dahulu hadir di FISIP dan sudah seharusnya dioperasionalkan. Bukankah seharusnya pembangunan diselesaikan satu demi satu agar terstruktur dengan rapi? Andi mengatakan bahwa pengembangan gedung D dinilai lebih prioritas untuk memberikan kenyamanan bagi seluruh mahasiswa FISIP. 

“Kami melihat kebutuhan mahasiswa lebih prioritas disini (PKM, yaitu Pusat Kegiatan Mahasiswa). Semua mahasiswa diperbolehkan kesana, bukan hanya untuk ormawa saja lho. Pengaturan tempat duduknya kan nanti seperti ini (lobi FISIP), seperti sofa-sofa. Nanti seperti ruang tunggu mahasiswa. Jadi, lumayan banyak juga anggaran yang harus kami siapkan untuk menyelesaikan pembangunan ini,” tutur Andi.

 

Fasilitas Tak Terawat, Membahayakan Keselamatan Orang hingga Barang 

Sumber Gambar: Natalia Ginting

Skala prioritas pembangunan kampus oren yang telah dipilih ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas fasilitas coffee shop ini. Kini, kondisi meja dan kursi yang tersedia di coffee shop FISIP dianggap kurang layak oleh banyak mahasiswa. Pasalnya, ada beberapa diantaranya yang sudah goyah bahkan patah akibat dibiarkan di ruang terbuka dengan cuaca yang tidak menentu. Menurut Gabriella, ketidakseimbangan itu yang dapat membahayakan keselamatan barang-barang jika diletakkan di meja yang tidak kokoh. 

“Meja dan kursi di sana udah pasti nggak terawat ya. Mungkin karena berada di ruang yang terbuka juga. Kursi dan mejanya itu juga ada yang patah. Ada juga yang miring sebelah ya karena patah. Jadi mejanya itu goyang dan nggak bisa letakin laptop disitu, atau nggak laptop kita yang jadi korban,” ungkap Gabriella. 

Senada dengan keluhan yang disampaikan Gabriella, Rendy merasa ketidaklayakan fasilitas berupa meja dan kursi coffee shop dikhawatirkan akan membahayakan para mahasiswa pengguna fasilitas coffee shop yang tersedia. 

“Emang nggak layak aja meja dan kursi disana. As you can see, mejanya udah kayak hampir roboh. Jadi, kita sebagai pengguna agak was-was di sana. Kayak rusak dan rapuh karena cuaca yang berganti. It’s gonna be a big problem kedepannya kalau misalnya sampai ada amit-amit yang jatuh disitu sampai mahasiswa itu terluka,” jelas Rendy.

Sumber Gambar: Natalia Ginting

 

Angan Mahasiswa Akan Coffee Shop, Realisasikan!

Besar harapan para mahasiswa agar pembangunan coffee shop FISIP Undip dituntaskan hingga fungsinya dijalankan. Pretty dan Rendy sebagai bagian dari FISIP Undip turut menyuarakan aspirasi guna bahan evaluasi pembangunan coffee shop ini. Pretty menyuarakan pendapatnya bahwa bangunan yang sudah kokoh berdiri tetapi fungsinya tidak dijalankan akan menimbulkan persepsi hingga cibiran negatif dalam lingkaran mahasiswa. Padahal, coffee shop yang dibuka akan memberikan dampak positif, baik bagi mahasiswa maupun FISIP itu sendiri. 

“Lebih condong kepada coffee shop tetap dibuka, alasannya karena adanya fasilitas coffee shop tetapi ada bangunannya yang mangkrak akan menimbulkan banyak spekulasi negatif bagi mahasiswa sendiri. Dan dengan melanjutkan pembangunan coffee shop dapat membantu mahasiswa dalam penyediaan co-working dan menjadi daya tarik bagi FISIP,” ungkap Pretty.  

Sejalan dengan apa yang disampaikan Pretty, Rendy mengharapkan fungsi coffee shop ini direalisasikan. Dengan demikian, mahasiswa akan mendapatkan ruang baru yang nyaman sehingga menghadirkan semangat baru. 

“Aku berharap supaya coffee shop ini bisa direalisasikan. Mungkin memang masih ada fasilitas yang masih kurang di coffee shop ini, cuman menurut aku pribadi daripada mangkrak, daripada kesannya kumuh, daripada negative vibes kayak gitu, aku sih berharap (coffee shop tersebut) dilaksanakan dan dioperasionalkan. Jadi, kita tuh nggak cuman dapat fasilitas meja kursinya doang. Tapi kita juga dapat kenyamanan, dapat tempat makan baru, semangat baru tentunya,” tutup Rendy. 

Sebelumnya, tim OPINI telah menghubungi Ika Riswanti Putranti selaku Wakil Dekan II FISIP Undip untuk meminta keterangan terkait keberlanjutan pembangunan coffee shop FISIP. Akan tetapi, beliau mengarahkan tim OPINI untuk meminta keterangan terkait hal tersebut kepada Andi Widiasmoro selaku Manajer FISIP.

 

Penulis: Natalia Ginting, Armelita Irnanda P.

Editor: I Gusti Ayu Nyoman Septiari

Redaktur Pelaksana: Gisella Previan Laoh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *