FISIP Adakan Kegiatan Donor Darah, Mahasiswa: Berikan Pengalaman Perdana yang Baik
LPM OPINI – Berkolaborasi dengan Palang Merah Kota Semarang, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM FISIP) rampung menyelenggarakan kegiatan donor darah perdana pascapandemi bertajuk Bloodies pada Senin (26/9).
Zaky Arkan selaku fungsionaris BEM FISIP sekaligus penanggung jawab program kerja Bloodies mengungkapkan latar belakang penyelenggaraan Bloodies yang dilaksanakan di Auditorium FISIP Undip ini dimulai dari ide prospek peralihan dari daring ke luring.
“Bloodies adalah salah satu program baru, jadi sebelum itu belum ada. Mungkin kalau dulu yang offline sempet ada di salah satu himpunan di HI kalau enggak salah tahun 2019. Kenapa diadakan bloodies? karena kita melihat dari peralihan online ke offline, (sepertinya) perlu acara-acara yang cenderung bisa diadakan (secara) offline,” ungkap Zaky.
Kegiatan donor darah ini terbuka untuk umum, khususnya pada civitas akademika FISIP. Bloodies diselenggarakan lantaran menilik pada minimnya jumlah kantong darah di Indonesia yang masih jauh dari jumlah normal. Zaky pun menekankan bahwa kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan kantong darah.
“Kalau dari kebutuhan, kita melihat dari hasil riset bahwa ternyata jumlah kantong darah di Indonesia masih jauh dari jumlah normal. Terus kemarin juga (saat), peralihan covid kan, kita sering lihat di media sosial orang-orang bahwa banyak yang butuh plasma darah. Latar belakangnya lebih ke situ sih, kita melihat kebutuhan masyarakat di saat pandemi tadi,” imbuhnya.
Panitia Bloodies menyediakan 50 kantong untuk kegiatan donor darah. Adapun mekanisme pelaksanaannya ialah calon pendonor dapat mengisi form yang telah disediakan setelah kemudian mereka akan dipanggil satu persatu untuk melakukan pemeriksaan, mulai dari berat badan hingga tekanan darah. Kemudian, peserta dapat langsung mengantre untuk pelaksanaan donor darah jika dinyatakan lolos tahap pemeriksaan.
“Setelah mendaftar dan isi form, peserta akan dipanggil satu persatu untuk pemeriksaan, mulai dari berat badan hingga tekanan darah. Nah, kalau lolos, (mereka) bisa antri untuk donor darah,” ungkap Zaky.
Memahami Syarat Donor Darah
Peserta donor darah perlu untuk memahami persyaratan donor darah terlebih dahulu karena tidak semua orang yang telah mendaftar langsung diperbolehkan untuk mendonorkan darahnya. Zaky menuturkan bahwa terdapat tahap pemeriksaan oleh ahli untuk melihat apakah kondisi pendonor sudah sesuai dengan syarat yang telah ditentukan atau belum.
“Sebelumnya kan kami udah sebar syarat door darah kan, jadi sebelum datang pendaftaran mungkin bisa dilihat syarat-syaratnya dulu. Setelah melakukan pendaftaraan, akan ada tahap pemeriksaan sehingga nggak semua orang bisa langsung mendonorkan darah. Tadi ada kasus dimana calon pendonor tidak dapat mendonor karena HB-nya tinggi dan ada juga yang rendah.” jelas Zaky.
Syarat tersebut mencakup berat badan harus di atas 45 kilogram, tekanan darah sebesar 110/70 – 160/10 dengan kadar HB 12,5 – 17 gr, istirahat selama 4 jam sebelum melakukan donor darah agar HB sesuai dengan standar, serta bagi perempuan harus tidak sedang dalam keadaan menstruasi, menyusui, dan hamil.
“Syarat selanjutnya adalah tidak sedang mengkonsumsi obat, terutama antibiotik. Namun, untuk jenis obat lain dapat dikonsultasikan terlebih dahulu. Jika sebelum telah melakukan vaksin, maka harus menunggu seminggu setelah vaksin terakhir. Terakhir, wajib untuk interval 60 hari apabila sebelumnya sudah pernah melakukan donor darah,” ungkap Zaky.
Tak Luput dari Kendala
Salah satu peserta donor darah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Vika (nama samaran), membagikan pengalaman pertamanya dalam melakukan donor darah pada kegiatan Bloodies. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan ini telah terorganisasi dengan baik. Vika turut menyampaikan bahwa panitia Bloodies juga sangat membantu dalam setiap proses pelaksanaan. Tak hanya itu, petugas kesehatan pun dinilai ramah olehnya.
“Ini pertama kalinya aku donor darah dan kegiatan ini kasih experience donor darah pertama yang baik buat aku. Kegiatannya well-organized, panitianya sangat membantu, mereka inget urutan antrian meskipun duduknya gak beraturan. Petugas kesehatannya juga ramah dan informatif, dan aku enggak tau kegiatan donor darah biasanya serame ini apa enggak, tapi aku seneng liat banyak orang antusias donor darah.” ujar Vika.
Meskipun demikian, kegiatan ini tetap meninggalkan beberapa kendala, seperti animo pendaftar yang terlalu tinggi. Hal itu menyebabkan banyak dari mahasiswa yang telah datang ke auditorium akhirnya tidak bisa melakukan donor darah akibat keterbatasan kuota. Zaky menilai hal ini terjadi karena publikasi kegiatan yang terlalu luas melalui Twitter dan sosial media lainnya sehingga turut mendapatkan antusiasme dari mahasiswa fakultas lain, bahkan kampus lain.
“Kalau kendala, pertama, kami gak antisipasi animo masyarakat FISIP karena kebetulan sebenarnya kan ini targetnya umum, tapi lebih dikhususkan ke civitas akademika FISIP. Cuma kami sempet share publikasi di Twitter dsb dan ternyata itu melampaui ekspektasi kami. Jadi, tadi bahkan ada anak dari Polines dan kampus lain. Karena (peserta) udah kebanyakan, jadi kami tadi menolak dan close regist. Kedua, tadi mungkin kendala-kendala teknis kecil aja,” jelas Zaky
Sementara itu, Vika menambahkan bahwa terdapat kendala penumpukan pada proses registrasi awal lantaran hanya terdapat satu meja untuk melakukan pengisian form serta minimnya pengetahuan panitia terkait dengan beberapa pertanyaan di form, “Enggak ada kendala berarti sih. Palingan ada penumpukan pas proses registrasi di awal, soalnya isi formnya di meja tapi mejanya cuma satu.”
Tak hanya itu, ia juga menilai bahwa panitia Bloodies kurang memberikan informasi mengenai form kesehatan yang perlu diisi oleh calon pendonor ketika ditanyakan lebih lanjut.
“Sama panitia di meja pendaftaran kurang mumpuni pengetahuannya untuk ditanyain beberapa pertanyaan tentang form kesehatan yang harus kita isi. Bisa dimaklumi sih soalnya panitianya kan orang FISIP,” lanjut Vika.
Zaky berharap agar kedepannya kegiatan Bloodies dapat diadakan kembali dengan kuota yang lebih banyak. Hal ini disebabkan agar animo masyarakat untuk donor darah bisa tertampung.
“Dari harapanku, karena ini proker baru, kami nggak ada gambaran sebelumnya seperti apa, dan nggak ada ekspektasi yang gimana-gimana banget, jadi mungkin harapannya bisa dilanjutkan lagi mengingat animo civitas akademika FISIP juga luas. Aku juga berharap bahwa ke depannya ada penambahan kuota kantong darah yang lebih banyak sehingga animo masyarakat tadi yang pengen donor darah bisa tertampung,” ujarnya.
Vika turut menyampaikan harapannya untuk kegiatan Bloodies ini agar kegiatan donor darah semakin sering dilaksanakan di lingkup kampus dengan sosialisasi yang lebih baik, “semoga kegiatan ini bisa memberikan manfaat bagi orang-orang yang membutuhkan. Semoga juga kegiatan donor darah di lingkup kampus semakin sering dilaksanakan, dengan sosialisasi yang lebih baik supaya makin banyak orang yang mau untuk mendonorkan darahnya,” pungkasnya.
Penulis: Vania Trixie
Editor: Almira Khairunnisa