Kilas Balik Pemira FISIP Undip 2022: Riuh Rendah Animo dari Kampanye Hingga Hari Pemilihan
LPM OPINI – Rangkaian acara Pemira (Pemilihan Umum Raya) FISIP Undip sudah tancap gas mulai tanggal 11 November lalu. Meski sudah mencapai puncak pemungutan suara dan telah menemukan pemenang-pemenang dari senator, bukan berarti tak ada jalan terjal yang ditempuh. Dari total 5.058 mahasiswa yang terdaftar di DPT, Panitia Pemilihan (Panlih) mencatat hanya 1152 pemilih yang menggunakan hak pilihnya. Angka ini menurun drastis dari tahun lalu yang mendapat animo sebesar 1.712 pemilih dari total 3.972 DPT.
Selain itu, dalam rangkaian kampanye lisan (orasi) sebagai bagian dari susunan jadwal Pemira, orasi yang dilaksanakan pada Jumat (25/11) lalu dinilai panitia pemilihan (panlih) minim antusiasme.
Orasi yang Telat Mulai dan Cepat Usai
Orasi tahun ini dilakukan secara luring dan sifatnya terbuka di depan gedung D FISIP Undip. Orasi yang dilakukan dibagi menjadi empat babak yakni Orasi Calon Senator UPK, Orasi Calon Senator Departemen Administrasi Bisnis, Orasi Calon Senator Hubungan Internasional, dan Orasi Calon Senator Ilmu Pemerintahan.
Pelaksanaan orasi ini tidak berjalan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. Orasi seharusnya dimulai tepat pada pukul 08.00 WIB, tetapi kenyataannya terlambat beberapa menit. Rangkaian sesi kegiatan orasi yang dijadwalkan selesai pada pukul 11.25 WIB justru ditutup pada pukul 10.33 WIB.
Penutupan acara orasi yang lebih awal disebabkan kurangnya antusiasme mahasiswa. Pembagian waktu untuk sesi tanya jawab yang dijadwalkan 5 menit per calon senator dipangkas menjadi 2 menit. Pada saat pembacaan orasi, sebagian besar mahasiswa yang ikut menonton tidak menunjukkan perhatiannya. Bahkan, tidak ada mahasiswa yang angkat bicara selama pembacaan orasi dari calon senator pertama, Jonathan Benjamin Silahi, sampai ke calon senator ketujuh, Ahmad Miftah.
Panlih Nilai Antusiasme Kampanye Masih Minim
Menanggapi kurangnya keaktifan mahasiswa pada pelaksanaan orasi, Vania Leonyta selaku panitia orasi Pemira menyatakan bahwa pihak panitia telah menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan orasi melalui media sosial dan grup angkatan di setiap jurusan FISIP Undip. Namun, dirinya mengakui bahwa antusiasme mahasiswa untuk melihat orasi calon senator memang masih minim. Menurutnya, hal itu disebabkan sebagian mahasiswa yang masih mengikuti kegiatan di kelas, sehingga tidak bisa ikut serta mengkritisi orasi calon senator.
“Antusias mahasiswa masih cenderung sedikit, hal tersebut dapat dilihat dari mahasiswa yang berkumpul di depan gedung D untuk menyaksian orasi Jumat lalu,” papar Vania.
“Hal ini bisa saja disebabkan karena masih ada mahasiswa yang memiliki kelas di mata kuliah sehingga tidak bisa mengikuti serta mengkritisi orasi dari calon senator,” lanjutnya.
Vania menyatakan walaupun antusiasme mahasiswa FISIP masih kurang, tetapi masih ada beberapa mahasiswa yang turut menyuarakan suaranya pada calon senator melalui beberapa pertanyaan yang diajukan.
“Namun masih ada beberapa mahasiswa yang turut ikut andil dalam mengkritisi visi misi calon senator dengan beberapa pertanyaan terkait visi misi ” ungkap Vania saat diwawancarai LPM OPINI pada (28/11).
Mahasiswa mulai aktif bertanya setelah penyampaian orasi oleh calon senator kedelapan atas nama Verena Suci. Menjelang siang hari mahasiswa yang ikut meramaikan kampanye orasi semakin meningkat. Meskipun beberapa mahasiswa hanya berlalu lalang karena penempatan lokasi orasi yang termasuk akses jalan.
Berbeda dengan sistem pemilihan para calon Pemira yang dilakukan secara daring, pelaksanaan kampanye lisan atau orasi dilakukan secara luring. Vania menyatakan bahwa hal ini dilakukan atas dasar efektivitas dan efisiensi keberlangsungan orasi. Pun menurutnya, panitia pemilihan sudah melakukan publikasi laporan langsung di Instagram sebagai sarana informasi secara daring..
“Mengapa orasi tidak dilakukan secara hybrid, karena melihat kepada efektifitas dan efisiensi dari keberjalanan orasi, karena kami dari panitia juga sudah menyediakan live report di Instagram dan dirasa cukup untuk penyebarluasan media secara daring,” jelas Vania.
Ia juga menambahkan bahwa esensi yang didapatkan dari orasi yang dilakukan secara langsung ini lebih besar dibandingkan pelaksanaan secara daring.
“Esensi yang diraih dari orasi pun lebih besar jika dilakukan secara langsung atau luring,” imbuhnya.
Selayang Pandang Pemira Dari Mahasiswa FISIP
Kegiatan orasi selesai dilaksanakan dan rangkaian acara Pemira sudah mendekati pemilihan yang dijadwalkan pada 30 November. Tifa, salah satu mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Undip menjelaskan bahwa kampanye yang ia ketahui adalah kampanye yang dilakukan lewat sosial media.
“Sejauh ini kampanye yang aku tau itu ada kampanye lewat media sosial (Instagram) yang dilakukan sama calon-calon itu sendiri ataupun timsesnya,” terang Tifa saat diwawancarai tim LPM Opini via chat.
Sejalan dengan pernyataan Tifa, salah seorang mahasiswa Administrasi Publik bernama Dinda juga menyatakan bahwa ia mengetahui kampanye dari media sosial.
“Kampanye-kampanyenya udah banyak dari calon senator di upload di IG, visi-misi, prestasi, dll,” ungkap Dinda.
Tifa membagikan pula tanggapannya terkait Pemira FISIP tahun 2022 yang dilakukan tanpa adanya pasangan calon Ketua BEM dan Wakil Ketua BEM. Ia menyatakan bahwa ia kurang tahu terkait kelanjutan dari Pemira tanpa pasangan calon BEM tersebut.
Dinda pun turut berpendapat mengenai kosongnya calon pasangan BEM pada tahun ini. Ia menyebutkan bahwa dirinya kurang antusias dalam kegiatan Pemira kali ini.
“Kurang juga sih, ini kan harusnya Kabem-Wakabem ya, tp kenapa gak ada yang maju sama sekali, heran aja,” kata Dinda.
Fani, Mahasiswa Administrasi Bisnis, juga mengutarakan jika ia merasa bahwa Pemira kali ini kurang antusiasme dari mahasiswa.
“Mungkin, antusiasnya kurang sih, lebih ke belum membaur semuanya gitu,” jelas Fani.
Reporter/Penulis: Vanessa Ayu N, Agatha Samuella, Aisa Selvira
Editor/Pemimpin Redaksi: Luthfi Maulana