Earth Day 2020: Aksi Nyata untuk Bumi Kita


Hari Bumi merupakan perayaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang polusi dan kerusakan lingkungan. Diperingati tanggal 22 April secara serentak di seluruh dunia, hari bumi biasanya dirayakan dengan aksi unjuk rasa dan kegiatan di luar ruangan lainnya.
Hari Bumi dicanangkan oleh Gaylord Nelson pada tahun 1970. Dilansir dari Live Science, Nelson terinspirasi untuk mendidik masyarakat tentang lingkungan setelah melihat kerusakan yang dilakukan oleh tumpahan minyak besar-besaran tahun 1969 di Santa Barbara, California.
Nelson merekrut Denis Hayes, lulusan baru Stanford University yang aktif secara politik, sebagai koordinator nasional, dan membujuk Pete McCloskey dari California untuk menjadi wakil ketua. Dengan staf awal 85 orang, mereka berhasil mengerahkan sekitar 20 juta orang di seluruh Amerika Serikat pada tanggal 20 April 1970 untuk mengadakan protes, serta berdiskusi di tempat umum untuk membahas soal lingkungan serta cara-cara untuk mempertahankan planet yang mereka tinggali.
Pada peringatan 10 tahun Hari Bumi, Nelson menulis dalam sebuah artikel untuk EPA Journal, “Pada hari itulah orang Amerika memperjelas bahwa mereka memahami dan sangat prihatin atas kerusakan lingkungan kita dan pembuangan sumber daya kita secara sembarangan.”
Pada 1995, Presiden Bill Clinton memberikan Nelson Medali Kebebasan Presiden untuk menjadi pendiri Hari Bumi. Ini adalah kehormatan tertinggi yang diberikan kepada warga sipil di Amerika Serikat.
Merujuk pada apa yang diperjuangkan Nelson pada tahun 1970, dapat dikatakan bahwa kerusakan alam yang dilakukan manusia sudah ada sejak tahun-tahun terdahulu. Hanya saja, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi yang tidak ramah lingkungan, makin memperparah kerusakan lingkungan yang sudah ada. Sebagian besar kerusakan lingkungan seperti hutan gundul, kekeringan, air laut naik, dan gunung es mencair, memicu pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim.
Pakar menyebutkan bahwa penyebab utama perubahan iklim dan pemanasan global terbesar adalah manusia. Laporan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa 1 juta spesies tumbuhan dan hewan akan menghadapi kepunahan karena perilaku manusia. Dengan itu, belakangan, banyak masyarakat Indonesia yang mulai peduli dan bergerak mengampanyekan pentingnya menjaga lingkungan. Dilansir dari website resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ada total 59 LSM Lingkungan Hidup yang terdaftar.
Selain itu, pemerintah juga mulai memberikan perhatian pada lingkungan dengan mengeluarkan peraturan tentang lingkungan. Salah satunya adalah Pemerintah Kota Semarang yang telah mengeluarkan larangan penggunaan plastik sejak bulan Juni tahun 2019 lalu. Melansir dari Kompas.com, larangan tersebut telah tertuang dalam Peraturan Wali Kota (Perwal) Semarang Nomor 27 Tahun 2019 tentang Pengendalian Sampah Plastik.
Dalam situs resmi earthday.org dikatakan bahwa kita saat ini sedang mengalami dua krisis, yakni pandemi virus Covid-19 dan bencana lain yang perlahan kian mengancam iklim. “We can, will, and must solve both challenge“, begitu lanjutnya. Dunia tampaknya tidak siap untuk menghadapi pandemi. Akan tetapi, kita masih punya waktu bersiap mengurangi krisis iklim. Pandemi Covid-19 bukanlah penghalang bagi kita untuk lebih peduli pada isu lingkungan dan iklim. Tahun ini, Hari Bumi Internasional dirayakan secara daring (online). Masih melalui situs yang sama, disediakan pula tiga cara untuk mengambil bagian dalam peringatan Hari Bumi secara digital, antara lain join the global digital surge, watch earth day live, dan take 24 hours of action.
International Earth Day sejatinya merupakan suatu pengingat bersama, betapa sudah cukup mengerikan keadaan lingkungan saat ini. Usaha untuk menjaga bumi ini sebenarnya perlu dilakukan bukan hanya untuk kepentingan kelangsungan planet bumi, tetapi juga kelangsungan hidup manusia. Saat nanti bumi sudah tidak layak untuk ditinggali, maka manusia jugalah yang akan punah. Manusia boleh jadi tahu kalau kerusakan lingkungan masih terus terjadi, tetapi belum tentu paham, sadar, dan mau bergerak untuk bertindak menguranginya. Oleh sebab itu, kita perlu ikut andil dalam merawat planet yang kita tinggali. Minimal dari hal-hal kecil di sekitar kita seperti mengurangi sampah plastik, memisahkan sampah organik dengan anorganik, dan B3, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, dan menghemat penggunaan listrik.
Penulis: Amelia Nur
Editor: I. N. Ishlah
Redaktur Pelaksana: Annisa Qonita A.