Hadang Infodemik, Beranikan Vaksinasi

LPM OPINI – Vaksin Covid-19 sudah sampai di Indonesia. Sekitar satu bulan yang lalu, telah dilakukan penyuntikan vaksin kepada Presiden Joko Widodo sebagai upaya meyakinkan masyarakat terkait vaksin Covid-19. Meski begitu, masih banyak berita hoaks yang tersebar di sosial media sehingga masyarakat takut akan penyuntikan vaksin. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk membuat masyarakat yakin dengan vaksin Covid-19. Salah satunya dengan mengadakan Webinar Digital Society : Lawan Hoaks, Lindungi Keluarga Dengan Vaksin Covid-19.

Webinar ini merupakan kolaborasi antara Kominfo, Siberkreasi dan Komisi Penanganan Covid dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) bersama dengan PKK Kota Bekasi dan Kitatama. Diselenggarakan pada selasa, 02 Februari 2020, webinar ini menghadirkan 4 narasumber, yaitu Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bekasi Ibu Gunarti Rahmat Effendi, Peneliti Bioteknologi, Associate Professor di Universiti Putra Malaya BaProf. Bimo Ario Tejo, Ph.D, Tenaga Ahli Madya Kantor Staff Kepresidenan Dilla Amran, dan Dewan pengarah Siberkreasi Ibu Diena Haryana.

Tim Komunikasi Publik KPCPEN Basra Amru selaku moderator menyampaikan, acara ini di gelar dengan tujuan untuk mengedukasi peserta webinar mengenai info yang benar tentang vaksin Covid-19 dan bagaimana cara menangkal berita hoaks mengenai vaksin Covid-19. 

Tak Kenal Maka Tak Sayang : Mengenal Vaksin Covid-19

Sesi pertama disampaikan oleh Prof. Bimo, seorang Peneliti Bioteknologi, Associate Professor di Universiti Putra Malaya. Bimo mengajak peserta webinar untuk mengetahui apa yang terjadi pada tubuh ketika terinfeksi virus.

Ketika tubuh terkena virus dan virus itu belum dikenali, sistem imun tubuh tidak melakukan perlawanan. Ketika sistem imun sedang mengenali, virus yang masuk sudah berkembang menjadi jutaan, ini membuat sistem imun terlambat menangani. 

Jika virus kalah, sistem imun akan membentuk memori. Sehingga, apabila virus yang sama masuk kembali, sistem imun sudah siap. Inilah mengapa penyuntikan vaksin dilakukan, agar tubuh dapat mengenali virus tanpa harus mengidap penyakit yang disebabkan virus tersebut.

Sesuai keputusan Kementerian Kesehatan yang baru, ada 7 jenis vaksin yang akan hadir di Indonesia. Banyaknya jenis vaksin ini untuk mengcover golongan-golongan yang berbeda. Untuk vaksin Sinovac, Bimo mengungkapkan tingkat keefektifan vaksin tersebut sejumlah 65%. 

“Jadi 65% ini dapat diibaratkan kalau 100 orang di vaksin, maka 65 orang ini terlindungi, tapi masih ada 35 orang yang masih bisa terkena covid tapi gejalanya ringan.” kata Bimo. 

Di akhir sesi, Bimo membahas beberapa hoaks yang tersebar di masyarakat. Diantaranya, vaksin tidak halal dan berbahaya. Faktanya, vaksin yang disalurkan ke masyarakat, sudah mengalami uji klinis dari BPOM dan sudah mendapat sertifikasi halal dari MUI. 

Selain itu, masyarakat juga khawatir apabila nantinya terjadi apa apa pada mereka, pemerintah tidak akan bertanggung jawab. Padahal, berdasarkan Keputusan Kementerian Kesehatan Nomor 84 tahun 2020, pemerintah akan bertanggung jawab penuh jika terjadi kejadian lanjutan pasca vaksinasi Covid-19. Jadi, sudah tidak ada lagi alasan untuk takut disuntik vaksin.

Komunikasi Darat Ujung Tombak Penerimaan Vaksin

Materi kedua disampaikan oleh Tenaga Ahli Madya Kantor Staff Kepresidenan Ibu Dilla. Dilla memaparkan strategi KPCPEN untuk memperkuat masyarakat agar menerima vaksin dan disiplin protokol kesehatan. 

KPCPEN menggunakan konsep pendekatan Pentaholix, yaitu konsep berkesinambungan antara lima pihak utama. Meliputi, pemerintah, media, pakar, dunia usaha dan komunitas.

Saat ini KPCPEN sedang menyiapkan sebuah “senjata” untuk menghadapi hoaks, senjata tersebut dapat diakses pada s.id/infovaksin. Di dalam link tersebut, terdapat berbagai informasi mengenai Vaksin dan Covid-19, fitur cek hoaks dan juga buku saku yang dapat diunduh para pengguna.

Informasi seputar Covid-19 juga selalu di update melalui website www.covid19.go.id dan platform media sosial resmi milik KPCPEN. Diharapkan, masyarakat menjadi antusias untuk ikut mengkampanyekan peduli Covid-19.

Terkait survei masyarakat tentang penerimaan vaksin. Dila menjelaskan di pertengahan tahun 2020, hampir 65% masyarakat Indonesia siap divaksin. Namun, seiring berjalannya waktu angka ini justru menurun menjadi kurang lebih 35%.

Sehingga Dilla berharap peserta webinar, dapat menjadi ujung tombak komunikasi di lapangan. Untuk mengajak masyarakat berkomitmen tetap patuh protokol kesehatan dan mau menerima vaksin nantinya.

Cara Bijak Menerima dan Menyebarkan Informasi di Media Sosial

Sesi terakhir, materi disampaikan oleh Pendiri Anggota Dewan Pengarah Siberkreasi Diena Haryana. Diena menjelaskan bagaimana cara bijak menerima dan menyebarkan informasi di media sosial saat pandemi. 

Saat ini persebaran berita hoaks mudah meluas, hal ini disebabkan oleh banyak sumber. Salah satunya sengaja dibuat oleh pihak yang “memiliki uang” dengan maksud tertentu, dan disebarkan oleh masyarakat karena rasa takut dan cemas ketika menerima berita tersebut. 

Jangan mudah percaya kepada informasi yang diterima dan hanya mengakses berita dari media yang kredibel adalah hal yang Diena imbau untuk kita lakukan. Selanjutnya Diena menjelaskan bagaimana cara mengetahui apakah sebuah situs terpercaya atau tidak.

 “Kalau kita mau tahu apakah situs itu benar atau tidak, abal-abal atau tidak. Coba lihat di paling atas ini, di samping siberkreasi.id itu ini ada gembok ibu-ibu sekalian, kalau ada gembok maka ini adalah sebuah situs yang terpercaya,” kata Diena.

Di akhir sesi, sebagai penutup. Diena berharap, semua peserta dapat bersama-sama berjuang melawan pandemi ini, sukseskan program vaksinasi dan tetap mematuhi protokol kesehatan.

 

Penulis : Dikka Prasetyo

Editor : Fika Alnina

Redaktur Pelaksana : Luthfi Maulana

Pemimpin Redaksi : Langgeng Irma

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.