IIWP 2019: Antusiasme Peserta Menurun

Semarang – “If I Were President” (IIWP) 2019 kembali digelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan pada Selasa (23/4) bertempat di Auditorium FISIP Universitas Diponegoro. Namun, antusiasme peserta menurun cukup signifikan. Tahun ini, total hanya ada 6 tim, sedangkan 2018 lalu mencapai 14. “Mungkin jumlahnya (peserta tahun ini) menurun karena jadwal mereka bentrok dengan kegiatan peringatan Hari Kartini di sekolah, UTS, dan sebagainya. Atau mungkin karena ada agenda lomba di tempat lain yang telah mereka ambil terlebih dulu,” jelas Ario Wicaksono Putra, Kepala Bidang Pilar HMJ Ilmu Pemerintahan 2019.
Secara garis besar, IIWP adalah sebuah kompetisi orasi pemaparan visi misi dan program kerja serta debat layaknya calon presiden dan wakil presiden sungguhan yang pesertanya siswa SMA/sederajat se-Keresidenan Semarang, meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan.
Tujuan kegiatan ini tak lain untuk menggali potensi dan kemampuan peserta didik SMA/sederajat dalam hal berpikir kritis, kreatif, dan inovatif agar nantinya dapat lebih dikembangkan untuk kemajuan bangsa. Panelis sekaligus jurinya selalu diambil dari internal Departemen Politik dan Pemerintahan, yakni dosen dan mahasiswa senior.
Persiapan praacara hingga hari pelaksanaan tergolong lancar, walaupun sempat ada sedikit kendala. “Hambatan yang menyulitkan saat penentuan tanggal yang tepat karena kita juga harus menyesuaikan jadwal dari kebanyakan sekolah yang biasanya cukup padat di bulan April,” tambah Ario. Menurutnya, permasalahan klasik dalam organisasi atau kepanitiaan berasal dari internal. “Ketika SDM-nya baik, maka acara pun akan berjalan dengan baik dan mendekati sempurna. Begitu pula sebaliknya,” jelasnya.
“Persiapan acaranya mendadak banget. Waktu itu baru oprec (open recruitment) HMJ, terus kepotong liburan, dan baru ketemu pas bulan Februari. Itu pun first gathering-nya HMJ, belum fokus ke sini (IIWP). Baru setelah sidang, kita bentuk struktur kepanitiaan, terus menyiapkan semuanya dalam waktu sekitar satu bulan,” kata Elysa Wahyu Purbondari, Ketua Panitia IIWP 2019. Senada dengan Ario, kendala yang cukup menyulitkan justru dari internal mereka sendiri.
Ario juga menjelaskan, kendala lain yang dihadapi yakni penyebaran informasi praacara ke SMA/sederajat se-Keresidenan Semarang dirasa kurang efektif. Terbukti, peserta yang mendaftar hanya dari Kota Semarang saja. Menurutnya, langkah yang akan mereka lakukan untuk IIWP tahun berikut ialah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan kota setempat sebagai satu pintu informasi, sehingga tak perlu lagi menyebar undangan secara langsung ke berbagai sekolah.
Secara keseluruhan, pelaksanaan acara IIWP 2019 ini lancar dan tanpa gangguan yang berarti, walau di awal saat pembukaan sempat mundur satu jam dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Walaupun demikian, ada pula cerita unik ketika lomba berlangsung. “Bayangan kita, timses cuma bawa properti seadanya, tapi tadi ada yang bawa MMT. Kita tahu sendiri kan, harga per meternya udah mahal. Ini dicetak gede sama ada visi misinya juga,” ungkap Elysa. Penilaian untuk “Best Timses” dari segi ketepatan waktu saat berangkat, keaktifan, dan kreativitas mereka.
Ario berharap, nama IIWP ke depannya bisa kembali bersinar, tidak lagi dipandang buruk dari internal maupun eksternal, jumlah pesertanya meningkat, dan sumber daya manusia di kepanitiaan IIWP ke depannya bisa menjalankan tugas dengan lebih baik.
“Harapannya, pesertanya makin banyak dan acaranya makin ramai. Semoga IIWP bisa benar-benar melahirkan generasi pemimpin yang baik di masa depan,” pungkas Elysa menutup wawancara sore itu.
Oleh : Annisa Qonita A.
Editor : Gita Nindya Elsitra
Redaktur Pelaksana : Dian Rahma F. A.