Mei Berkabung: Bentuk Seruan BEM FH Undip dalam Mengingat Duka Pelanggaran HAM di Indonesia
Bidang Hukum, Sosial, dan Politik (HSP) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Diponegoro (Undip) menggelar Mei Berkabung selama empat hari, sejak Senin (27/05) s/d Kamis (30/05) di Pelataran Cafetaria Yustitia FH. Mei Berkabung digelar dengan tujuan untuk mengingat sejarah hitam pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu.
Mengenal “Mei Berkabung”
Seperti namanya, Mei Berkabung merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh HSP BEM FH Undip pada bulan Mei setiap tahunnya untuk selalu mengingat berbagai bentuk pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia, khususnya di bulan Mei. Beberapa pelanggaran HAM di bulan Mei yang dikenang dalam Mei Berkabung ini, di antaranya yaitu 4 Mei 1999 terjadi pembantaian di Simpang PT Kertas Kraft Aceh (KKA); 8 Mei 1993 pembunuhan terhadap Marsinah aktivis buruh; 12 Mei 1998 penembakan terhadap mahasiswa Trisakti; 13 – 15 Mei 1998 pecahnya kerusuhan di Jakarta dan kota lainnya; dan 17-19 Mei 2003 terjadi tragedi Jambo Keupok, sehingga Aceh ditetapkan sebagai Daerah Operasi Militer.
Ketua Bidang HSP BEM FH Undip 2024, Adam Firdaus, menyatakan bahwa Mei Berkabung merupakan bentuk pelestarian ingatan kelam mengenai pelanggaran HAM.
“Untuk mengadakan seremonial, untuk mengingat pelanggaran-pelanggaran HAM, jadi khususnya di bulan Mei aja. Jadi ada beberapa pelanggaran HAM di bulan Mei yang terjadi dan coba kita lestarikan dan kita budayakan untuk selalu kita ingat dan jangan sampai lupa aja sama pelanggaran HAM,” ungkap Adam ketika ditemui OPINI pada Kamis (30/05).
Rangkaian Acara Mei Berkabung
Mei Berkabung memiliki beberapa rangkaian acara yang dilaksanakan runtut selama empat hari, dengan agenda yang berbeda-beda setiap harinya. Ragam acara tersebut mulai dari mengumpulkan massa dengan menyebar poster, pagelaran museum Mei Berkabung, seruan orasi kepada seluruh mahasiswa FH, hingga pertunjukkan teater.
“Sebetulnya Mei Berkabung ini di BEM FH Undip udah diadain selama empat hari. Mulai dari hari Senin kita udah nyebar poster, seperti konteksnya adalah propaganda untuk pelanggaran HAM dan coba untuk mengingat. Hari Selasa kita ada museum rentetan sejarah dan pelanggaran HAM bulan Mei. Terus di hari Rabunya, kita muter-muter Fakultas Hukum untuk orasi dan menampilkan teater lah,” Adam menjelaskan.
Puncak acara Mei Berkabung sendiri ada pada hari Kamis yang diisi dengan pertunjukan teater oleh Teater Themis, teater asal FH Undip yang dilaksanakan di Beranda Kreativitas yang dimulai pukul 14.00 WIB, hingga 15.00 WIB. Setelahnya, dilanjut diskusi mengenai pelanggaran HAM di Indonesia dengan organisasi dan mahasiswa eksternal menjadi pemantiknya.
“Nah, puncak acaranya memang hari Kamis ini. Jadi, hari Kamis ini, kita dibuka sama penampilan Teater, dari kawan-kawan Themis, dan dilanjut lagi sama diskusi, dan temen-temen pemantiknya sendiri dari organisasi dan mahasiswa eksternal, juga temanya itu tentang pelanggaran HAM di Indonesia,” terang Adam.
Rangkaian acara terakhir yang menutup Mei Berkabung adalah gigs, sebuah acara musik yang skalanya yang lebih kecil dibandingkan konser. Gigs tersebut ditampilkan di Pelataran Cafetaria Yustitia pada pukul 18.00 WIB.
“Dilanjut lagi sama gigs kecil-kecilan lah. Jadi ini kita untuk menginisiasi, mengumpulkan kawan-kawan kesenian. Tadi sebetulnya (juga) ada pemaparan terkait lukisan di hari Rabunya itu ada live lukisan dari kawan-kawan pelukis,” ujar Adam.
Merawat Ingatan Sejarah Hitam di Masa Lalu
Tujuan utama diadakan Mei Berkabung tiap tahun adalah untuk selalu mengingat dan menolak lupa atas berbagai tindak pelanggaran HAM di Indonesia. Hal ini dijelaskan oleh Adam bahwa pengadaan Mei Berkabung adalah sebagai bentuk seruan mahasiswa untuk mengingat berbagai tindak pelanggaran HAM di masa lalu.
“Kita coba mengingat aja, dan coba untuk tidak melupakan pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi karena kita berbicara tentang akses kita sebagai mahasiswa juga, nggak bisa menyelesaikan gitu pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia,”
Adam menegaskan bahwa tujuan BEM FH Undip untuk mengadakan acara ini dengan harapan bahwa para mahasiswa dapat mengetahui bahwa terdapat banyak kasus pelanggaran HAM yang sampai kini belum kunjung terselesaikan oleh negara.
“Jadi kita coba untuk mengingat dan coba untuk jangan meninggalkan, dan coba untuk menyebarkan lah ke mahasiswa-mahasiswa lainnya (agar) nggak lupa ternyata ‘Oh ada pelanggaran HAM juga’ dan ‘Oh ternyata ada beberapa peristiwa-peristiwa yang belum terselesaikan sama negara’.” pungkas Adam.
Reporter: Aulia Retno, Berliana Sekar, Taufiqurrahman Alfarisi
Penulis: Deana Zahira
Editor: Alivia Nuriyani
Pemimpin Redaksi: Natalia Ginting
Desain: Nurlita Aziza