Menyorot Keberjalanan Kampanye Lisan Pemira FISIP 2023: Rendahnya Animo Warga FISIP Hingga Kurangnya Publikasi Informasi Kegiatan

LPM OPINI – Pada hari Jumat (24/11), Komisi Penyelenggara Pemilihan raya (KPPR) telah melaksanakan Kampanye Lisan Pemilihan Raya (Pemira) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) 2023. Kampanye lisan ini dihadiri oleh para peserta Pemira dari kalangan calon senator program studi (prodi), calon senator Unit Pelaksana Kegiatan (UPK), hingga kedua  pasangan calon Kabem – Wakabem. Meski telah sukses diselenggarakan, agenda ini tak luput dari berbagai catatan, seperti molornya waktu pelaksanaan hingga rendahnya antusiasme masyarakat FISIP dalam menyaksikan kampanye ini.

Awaludin Murtadho selaku Ketua KPPR menjelaskan penyebab keterlambatan pelaksanaan kampanye lisan ini berasal dari hal yang di luar kendali panitia. 

“Jika Anda tahu, di depan tadi pada jam 08.00 WIB itu ada senam oleh dekanat. maka dari itu, mau nggak mau kita harus nunggu terkait dengan perlengkapan seperti sound system, mic, dan lain sebagainya. Kami sudah berusaha agar tepat waktu dengan mencari solusi untuk perlengkapan, tapi kita tidak mendapat kepastian terkait perlengkapan dapat siap kami gunakan atau belum,” jelas Awaludin. 

Laila Annisa Fitri, calon senator UPK Aufklarung mengatakan bahwa keterlambatan pelaksanaan kegiatan dapat mempengaruhi keseluruhan berlangsungnya acara, 

“Tadi kan waktunya mundur, beda dari rundown, kasian yang udah nunggu, itu kan memengaruhi acara pemira ini.” ujarnya.

Sementara itu, M. Razan Alif Siregar, Calon Ketua BEM Paslon 1, beranggapan bahwa waktu orasi yang diberikan cenderung kurang untuk melakukan pendekatan dengan massa. “Mungkin apa yang jadi evaluasi dari kami adalah masalah waktu, sih, walaupun sebenarnya bukan kendala tapi, sebenarnya kalau dari kami ingin lebih dekat gitu sama temen-temen dan lebih asik.” 

Kampanye sebagai ajang Demokratisasi dan Branding Diri

Ega Nandana Rafif, calon senator UPK Species mengatakan bahwa Kampanye Lisan ini sebagai bentuk demokratisasi dalam lingkungan kampus. 

“Ya, ini sebagai bentuk demokratisasi dalam lingkungan kampus bahwasanya kegiatan pemira ini sebagai salah satu wadah memperkenalkan organisasi mahasiswa. Hal ini menjadi demokratisasi yang tidak hanya untuk mahasiswa-mahasiswa tertentu,” tutur Ega ketika ditemui oleh staf OPINI pada Jumat (24/11). 

Ega menambahkan bahwa kegiatan kampanye ini sangat vital yang berkaitan dengan membangun citra diri terutama bagi dirinya sebagai calon senator UPK. 

“Ya kegiatan ini untuk membranding diri saya kan nantinya akan berurusan dengan berbagai macam hal di kampus, dengan ini orang-orang bisa melihat oh orang ini memiliki branding misal seperti kritis, aktif, adaptif, dan sebagainya,” jelasnya. 

Laila turut memberikan pernyataan yang serupa bahwa pelaksanaan kampanye lisan ini dapat membantu para calon senator untuk membangun branding diri mereka. 

“Kegiatan ini penting, karena dari pihak Pemira sudah membuat dua kampanye, tulisan dan lisan. Ini kan memengaruhi banget untuk branding diri, terus biar orang-orang FISIP tau tentang visi dan misi yang kita bawakan,” ujar Laila. 

Rendahnya Animo 

Mutiara Marselina selaku calon wakil ketua BEM mengaku bahwa ia menyayangkan kegiatan kampanye lisan yang tidak dihadiri oleh massa yang banyak. Padahal menurutnya, kampanye lisan ini menjadi kesempatan bagi dirinya untuk mengenalkan program apa yang ingin ia bawakan. 

“Aku menyayangkan yang datang sedikit, karena kan sebenarnya ini sebagai ajang buat kita untuk mengenalkan apa yang kita bawakan,” terang Mutiara. 

Enricko Naufal, Calon Wakil Ketua BEM dari Paslon 1, juga menambahkan bahwa keberjalanan kampanye tidak didukung dengan massa yang banyak. Selain itu, ia pun berharap agar informasi terkait kampanye bisa digaungkan secara lebih masif.

 “Yang kita gaung-gaungkan itu adalah FISIP yang hidup gitu ya, FISIP yang seru, tapi kenapa realitanya menurut kami (Paslon 1) ini (massa) juga agak kurang, agak jauh gitu lho dari kata ramai dan kata cukup gitu kan, makanya dari situ ya harapan kami informasi (tentang adanya kampanye) itu bisa lebih masif lagi gitu,” terangnya. 

Awaludin menyetujui pernyataan yang mengungkapkan bahwa animo dalam acara kampanye lisan kali ini tidak dapat dikatakan cukup. Akan tetapi, ia menyatakan bahwa Pemira tahun ini mengalami peningkatan dari segi antusiasme warga FISIP apabila dibandingkan dengan Pemira tahun lalu. 

“Kurangnya antusiasme massa memang menjadi PR bagi kami, ya. Akan tetapi jika dibandingkan dengan Pemira tahun lalu, tahun ini bisa dikatakan mengalami peningkatan antusiasme,” tutur Awaludin. 

Awaludin mengatakan bahwa sebenarnya warga FISIP mengetahui dan menyadari hal-hal terkait FISIP. Ia mengatakan bahwa kurangnya antusiasme ini berkaitan dengan warga FISIP yang dinilai belum cukup tertarik untuk terlibat dalam kegiatan Pemira.

“Di FISIP ini bisa dibilang orang-orangnya mengerti soal politik. Akan tetapi yang menjadi permasalahan itu terkait ketertarikannya. Karena jika kita melihat dari sosialisasi dan kampanye ini kan yang datang sedikit. Namun apabila kita melihat di balik itu, ketika di tongkrongan biasa atau perkumpulan-perkumpulan mahasiswa yang lain itu semua hampir membahas yang berkaitan dengan Pemira. Jadi, pada intinya kesadaran dan pengetahuan akan Pemira ini warga FISIP cukup mengetahui, tapi kalau soal ketertarikan untuk terlibat langsung itu belum bisa dikatakan cukup,” jelasnya. 

Selain itu, kegiatan kampanye yang dilaksanakan pada hari Jumat juga dinilai  menjadi salah satu faktor rendahnya animo oleh Awaludin.

 “Pelaksanaannya di hari jumat yang mana merupakan hari aktif pembelajaran kuliah mungkin saja menjadi salah satu faktor bagi warga FISIP terkait keikutsertaannya dalam kampanye lisan ini.” 

Kurangnya Publikasi Informasi Kegiatan

Enricko Naufal menyayangkan kurangnya publikasi informasi tentang kampanye Pemira dan memberikan saran bahwa sebelum hari pelaksanaan kegiatan seharusnya diberikan pemberitahuan. 

“Sebelum di hari-H ini diinformasikan kalau emang di tanggal 24 ini ada orasi gitu kan tapi, kan emang pada kejadiannya itu belum direalisasikan, tapi ya itu sebuah evaluasi yang teknis saja,” tutur Ericko. 

Masalah serupa juga dialami oleh Laila. Ia mengaku kebingungan akibat tidak diberikannya rundown oleh pihak KPPR sehingga dirinya sempat terkendala dalam mengatur jadwal antara kampanye dan perkuliahan. 

“Dari pagi sampai siang aku bingung soalnya rundown kan nggak dikasih ke kita, jadi harus chat salah satu panitia buat minta rundown. Terus ternyata aku ditempatin (kampanye) siang, dimana kondisinya siang itu aku ada jadwal kelas. Agak bingung dan mikir gimana bagi waktunya,” papar Laila. 

Menanggapi permasalahan ini, Awaludin mengaku bahwa KPPR tidak memberikan rundown kepada peserta dikarenakan pihaknya menginginkan kehadiran peserta secara lengkap selama keberlangsungan acara. 

“Seperti yang diketahui bahwa kami (KPPR) dalam menyelenggarakan kampanye lisan, semua peserta ini harus hadir. Hal ini untuk meningkatkan dan menyemarakkan pelaksanaan kampanye dari awal sampai akhir. Jadi kita mengantisipasi peserta yang kemungkinan hanya hadir pada saat jam mereka mengadakan orasi,” pungkasnya. 

Penulis: Aulia Retno, Agatha Nuansa

Reporter: Aulia Retno, Agatha Nuansa, Zalfa Ibtisamah, Shoffatul Jannah, Zharabib Risa

Editor: Almira Khairunnisa

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.