Menyusuri Perjalanan Fast Food di Indonesia

Beberapa pekan lalu publik tengah digegerkan oleh restoran Mc Donald’s di Sarinah Jakarta yang akan tutup. Lokasi tersebut merupakan tempat gerai mekdi (biasa orang menyebutnya) yang pertama di Indonesia. Di waktu penutupan, pada tanggal 10 Mei 2020 pukul 22.05 WIB ini menggelar acara seremoni yang dilakukan oleh para pimpinan dan karyawan yang kemudian disaksikan oleh puluhan orang. Hal itu tentu mengundang perhatian dan dikecam oleh khalayak. Indonesia yang saat ini tengah berjuang melawan pandemi Covid-19 dengan pemerintah menetapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan juga physical distancing untuk memutus rantai penyebaran justru tidak diindahkan oleh orang-orang yang berada pada seremoni. Tidak heran jika fenomena itu menimbulkan respon publik yang geram.
Sebagai gerai yang pertama kali dibangun, tempat tersebut dianggap bersejarah oleh masyarakat setempat, khususnya pecinta fast food dan western food. Tidak hanya mekdi, beberapa restoran cepat saji juga turut hadir menghiasi kuliner di Indonesia. Apa saja sih restoran tersebut? Lalu, bagaimana sejarah perkembangan fast food di Indonesia hingga mencapai situasi sekarang?
Sejarah Kemunculan
Mari kita sepakati bahwa fast food sudah menjadi suatu pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari zaman sekarang. Keberagaman aktivitas yang dimiliki oleh setiap orang menjadikan makanan cepat saji ini merupakan solusi yang tepat. Tak ayal, hal itu tentu menyebabkan industri kuliner fast food semakin berkembang di berbagai penjuru dunia, tanpa terkecuali Indonesia.
Sebelum masuk ke Indonesia, Sejarah mencatat bahwa makanan cepat saji berawal dari zaman Romawi kuno. Kehidupan kaum urban di zaman tersebut telah membuat munculnya banyak apartemen bertingkat, yang hanya memiliki area dapur yang sempit atau tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, banyak bermunculan pedagang kaki lima dan restoran yang menjual makanan. Lalu pada abad pertengahan, makanan cepat dan murah banyak tersedia di kota-kota besar di Eropa, termasuk London dan Paris untuk warga lokal maupun turis.
Pada abad ke-20, untuk pertama kalinya restoran cepat saji muncul di Amerika pada tahun 1912 dan merupakan jenis automat yang menggunakan mesin penjual untuk melayani pelanggannya dan dioperasikan dengan koin. White Castle yang merupakan restoran cepat saji pertama, menyediakan hamburger dan berdiri di Kansas. Pelayanan yang cepat dan harga terjangkau menjadikan restoran fast food ini menjadi pilihan favorit dan semakin populer dari masa ke masa seperti yang kita ketahui. Sekarang dengan mudahnya kita dapat menemukan rumah makan cepat saji di sekitar tempat tinggal kita, baik lokal maupun internasional.
1956
Meskipun keberadaannya sudah menjamur di Indonesia, beberapa nama yang telah disebutkan di atas bukanlah pionir di negara ini. Tepat pada tahun 1956, berdiri gerai cepat saji untuk pertama kalinya yaitu Bakmi GM atau Bakmi Gajah Mada di Jakarta. Memiliki nama perusahaan PT Griya Miesejati, Bakmi GM menjadi ikon kuliner bakmi di Jakarta. Restoran ini didirikan oleh sepasang suami istri bernama Tjhai Sioe dan Loei Kwai Fong. Gerai cabang pertama hadir di Melawai pada tahun 1971. Kini Bakmi GM memiliki outlet-outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Dengan pengalaman lebih dari 50 tahun di industri restoran, Bakmi GM saat ini telah melayani lebih dari 30.000 pelanggan per hari.
1977
Posisi kedua untuk restoran cepat saji yang muncul di Indonesia adalah American Hamburger. Restoran ini pertama berdiri pada tahun 1977. Meskipun namanya American, tetapi restoran ini tidak berasal dari luar negeri. Tempat pertamanya didirikan di kawasan Blok M, Jakarta. Gerai yang kini namanya telah berubah menjadi Ah Resto & Café kini memiliki tambahan menu selain burger, seperti berbagai olahan nasi dan ayam, snack, spaghetti, steak, dessert & beverage, dan varian lainnya yang dapat dipilih pelanggan sesuai selera.
1979
KFC menjadi urutan ketiga untuk restoran cepat saji yang berdiri di Indonesia dan pertama yang berasal dari luar negeri. Seperti yang kita ketahui, KFC yang merupakan singkatan dari Kentucky Fried Chicken ini memang sangat identik dengan menu ayam gorengnya. Hal ini lantaran rasa ayamnya yang khas dan enak di lidah, menyebabkan pelanggan ingin sekali tahu tentang resep rahasia yang dimilikinya. Tak ayal, slogan yang mereka miliki berbunyi “Jagonya ayam!”.
Col. Sanders mulai menjual ayam gorengnya pada tahun 1939 di restoran miliknya pada tepi jalan di Corbin, Kentucky selanjutnya pindah ke sebuah motel. Namun, ia menutup usahanya pada akhir 1940-an sewaktu jalan tol Interstate melalui kotanya. Pada awal 1950-an, ia mulai berkeliling Amerika Serikat dan bertemu dengan Pete Harman di Salt Lake City, Utah, dan pada tahun 1952 bersama-sama mendirikan restoran Kentucky Fried Chicken yang pertama di dunia (restoran pertamanya tidak menggunakan nama tersebut).
1985
Pada tahun ini, restoran cepat saji mulai menjamur. Salah satunya adalah HokBen atau Hoka-Hoka Bento. Perusahaan yang didirikan oleh Hendra Arifin dibawah naungan PT Eka Bogainti ini, pertama kali membuka outletnya di 1985 di daerah Kebon Kacang, Jakarta dan merupakan restoran bernuansa Jepang 100% milik warga negara Indonesia. Hokben adalah jaringan restoran makanan cepat saji yang menyajikan makanan bergaya Jepang yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Hingga kini, HokBen memiliki 170 gerai (per akhir Januari 2020) yang tersebar di pulau Jawa, Bali, dan Sumatera. Nama Hoka Hoka Bento sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti “makanan hangat dalam kotak”.
Selain itu, ada juga Dunkin’ Donuts yang memulai bisnisnya di Indonesia pada tahun yang sama. Gerai pertama yang dibuka berlokasi di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta. Dunkin’ Donuts adalah restoran dan waralaba makanan internasional ini mengkhususkan dalam donat. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1950 oleh William Rosenberg di Quincy, Massachusetts. Dunkin Donuts sekarang ini merupakan restoran donat terbesar di dunia, dengan hampir 7.000 restoran, kios pengantaran-ambil ke luar di lebih dari 35 negara. Selain donat, restoran ini juga menawarkan menu lain seperti mocha rings, fancies, sandwiches, croissants, flatbreads, berbagai varian minuman, dan lain-lain.
1991
Tahun ini merupakan tahun yang dipilih oleh McDonald’s untuk mendirikan gerai pertama kalinya di Indonesia, tepatnya di daerah Sarinah, Jakarta. McDonald’s atau biasa disebut mekdi adalah waralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia. Hidangan utama di restoran-restoran McDonald’s adalah hamburger, tetapi mereka juga menyajikan minuman ringan, kentang goreng, dan hidangan-hidangan lokal yang disesuaikan dengan tempat restoran itu berada.
Restoran McDonald’s pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua bersaudara Dick dan Mac McDonald, tetapi kemudian dibelinya oleh Ray Kroc dan diperluas ke seluruh dunia. Sampai pada tahun 2004, McDonald’s memiliki 30.000 rumah makan di seluruh dunia dengan jumlah pengunjung rata-rata 50.000.000 orang dan pengunjung per hari dan rumah makan 1.700 orang.
2002
Para pecinta kopi dan orang yang memiliki hobi menghabiskan waktu nongkrong di kafe sudah tidak asing lagi dengan restoran yang satu ini, adalah Starbucks yang membuka gerai pertamanya di Indonesia pada tahun 2002 di Plaza Indonesia, Jakarta. Starbucks adalah sebuah perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi global asal Amerika Serikat yang berkantor pusat di Seattle, Washington. Starbucks adalah perusahaan kedai kopi terbesar di dunia,dengan 20.336 kedai di 61 negara, termasuk 13.123 di Amerika Serikat, 1.299 di Kanada, 977 di Jepang, 793 di Britania Raya, 732 di Cina, 473 di Korea Selatan, 363 di Meksiko, 282 di Taiwan, 204 di Filipina, 164 di Thailand dan 326 di Indonesia. Restoran ini menawarkan berbagai menu minuman panas dan dingin, biji kopi, salad, sandwich panas dan dingin, kue kering manis, camilan, dan barang-barang seperti gelas dan tumbler.
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa Jakarta memang pusat perkembangan bisnis kuliner fast food di Indonesia. Berbagai usaha dimulai di kota tersebut hingga dapat terus melebarkan sayapnya di seluruh tanah air. Membutuhkan usaha dan strategi yang baik serta waktu yang tepat untuk dapat mengembangkannya. Sebagian besar restoran cepat saji di Indonesia juga menjual makanan yang bukan merupakan khas Indonesia, bahkan cenderung western food. Sebagai warga negara yang baik, tidak salah jika kita cenderung lebih memilih mengunjungi dan menyukai makanan cepat saji sebagai penghilang rasa lapar. Namun begitu, rasa serta lidah lokal juga harus tetap dilestarikan.
Oleh: Rugayah
Editor: Dian Rahma Fika Alnina