United Nations: Menuju Perdamaian Dunia Pasca Pandemi dalam Tinjauan Ekonomi-Politik
Imagine all the people living life in peace, you You may say I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will live as one……………
-John Lennon, Imagine-
Dahulu kala, di alam semesta terdapat ruang nan-indah bernama bumi. Ruang ini memiliki keistimewaan sendiri dibanding yang lainnya, karena dari sinilah Tuhan meletakkan setiap kehidupan Ciptaan-Nya. Salah satu ciptaan yang paling mulia di antara yang lainnya adalah manusia. Setiap manusia diberikan ‘otoritas’ untuk mengatur dan menjaga makhluk ciptaan Tuhan lain. Lambat laun, manusia mulai berkumpul dan membentuk suatu komunitas yang dinamakan sebagai negara. Dalam bukunya yang berjudul La Politica, filsuf Aristoteles mendefinisikan negara (polis) adalah kumpulan masyarakat yang dibentuk dengan tujuan kebaikan.1 Hal ini semata-mata karena manusia senantiasa bertindak untuk mencapai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan.
Hingga saat ini, negara di dunia terus berkembang. Mengacu pada keanggotaan Perserikatan Bangsa-bangsa, terdapat 193 negara anggota.2 Dengan banyaknya jumlah negara di dunia, ‘keharmonisan’ tentu harus dicapai guna kehidupan yang lebih baik. Namun, tampaknya tidak semudah itu. Berbagai perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa sifat ‘arogansi’ negara mulai muncul sehingga menimbulkan keinginan untuk mendominasi dengan melakukan penjajahan. Sebut saja penyebaran paham untuk dapat menjadi bangsa unggul sebagai contoh Deutschland uber alles, Glory pada semboyan 3G dan Nippon Pemimpin Asia pada gerakkan 3A. Ketiga contoh tersebut sama-sama berakibat pada penjajahan dan berujung pada peperangan. Melihat hal ini Tuhan seolah-olah tidak tinggal diam dan menunjukkan kuasa-Nya untuk menegur makhluk ciptaan yang termulia dan sekarang bernaung dalam negara. Teguran tersebut dinyatakan dalam peristiwa yang tidak dapat dilupakan oleh seluruh dunia yang tercatat sampai saat ini. Hal itu di antaranya Cold War, 9/11, the Crash of 2008 dan terakhir Pandemi Covid-19.
Hari-hari ini dunia menghadapi kenyataan yang berat akibat kehadiran Pandemi Covid-19. Penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini menjadi sangat menakutkan bagi seluruh dunia. Semua parameter yang menjadi kebanggaan negara dalam menjalankan pemerintahannya berubah menjadi negatif. Terutama faktor penting keberlangsungan suatu negara yaitu ekonomi-politik. Faktor ekonomi-politik menjadi jembatan untuk memadukan teori ekonomi dan teori politik, mempertimbangkan motif ekonomi dan motif politik yang berbaur dalam lingkup globalisasi.
Untuk itu, keseluruhan mengenai Pandemi Covid-19 dan hubungannya dengan dunia ekonomi-politik akan dibahas dalam esai ini. Secara epistemik, hal yang hendak dikaji melalui tulisan ini yakni bagaimana Pandemi Covid-19 dapat menjadi tinjauan reflektif bagi kehidupan semua negara untuk mewujudkan dunia yang lebih baik pasca pandemi. Perubahan yang besar dan tidak terukur sedang dan pasti terjadi. Demikianlah yang dapat disimpulkan pada masa perkembangan peradaban setelah Black Death di abad pertengahan, Spanish flu di awal abad ke- 20, ataupun wabah lainnya di masa selanjutnya.3 Pelajaran yang bisa dipetik jikalau pandemi ini mereda yang paling utama yaitu persatuan. Melalui pandemi diharapkan setiap negara mengesampingkan semua faktor ekonomi dan politik untuk dapat bergandengan tangan keluar dari belenggu pandemi. Tampaknya, pepatah lama yang sering didengar oleh orang Indonesia berlaku yaitu bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Dengan persatuan juga sekiranya dua perubahan makro akan terjadi layaknya seperti Perang Dunia II usai yaitu negara yang fokus pada kekuatan domestik tapi tetap membutuhkan dunia internasional dan juga munculnya central power of the world. Selain itu, proses globalisasi perdagangan internasional semakin terbuka membuat negara perlu memangambil setiap opportunity untuk mencapai resillience pasca pandemi. Karena itu, sadar akan hal ini, penulis memproposalkan ‘United Nations’ sebagai kerangka acuan agar setiap negara dapat menjunjung persatuan. Tulisan ini bukan mengenai United Nations sebagai lembaga melainkan merupakan respons dan perilaku. Dengan kata lain, tulisan ini merepresentasikan United Nation bukan kata benda tetapi merupakan kata sifat yang ditulis dengan italic (miring). Semua terkait hal ini akan dinyatakan melalui pandangan aspek ekonomi-politik. Melalui United Nations, semua negara memiliki landasan etis agar life after pandemic semua umat manusia dapat melihat bersatunya dunia selayaknya Tuhan menciptakan bumi yang tunggal.
Pandemi Covid-19: Gambaran Singkat Dan Reaksi Dunia Internasional
Larry Brilliant seorang dokter Amerika yang membantu memberantas penyakit cacar empat puluh lima tahun lalu, dalam sebuah diskusi dengan Long Now Foundation berujar bahwa “Wabah tidak bisa dihindari, tetapi pandemi adalah pilihan.” 4 Perkataan ini dapat memiliki makna yang mendalam untuk disampaikan bahwa setiap negara mungkin tidak dapat mengubah kejadian alami yang menghasilkan penyakit. Namun, dengan persiapan yang matang, tindakan komprehensif dan respons yang cerdas maka lintasan menuju jurang resesi dapat diratakan/dilandaikan. Di sisi lain, berdasarkan fakta empiris hal untuk melakukan pencegahan dapat dikatakan telah terlambat. Melalui virtual press conference Director-General WHO, Dr Tedros menyampaikan jika Pandemi Covid-19 telah membuka tabir buruknya sistem Kesehatan dunia.5 Dikarenakan pandemi ini sudah terjadi, maka setiap orang pasti punya pikiran yang terlintas sejenak dalam diam dan keputusasaan: “kapan tragedi ini berhenti?
Namun, terlepas dari ‘pertanyaan ini’, terlebih dahulu kita mesti mengerti apa sebetulnya Pandemi Covid-19? Sebagaimana dikemukakan World Health Organization (WHO), melalui halaman resminya, Pandemi Covid-19 merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh virus yang baru ditemukan ‘SARS-CoV.’. Selain itu, Covid-19 dapat menyebar apabila orang menyentuh benda yang sudah dihinggapi virus ini.6
Selanjutnya, muncul juga ‘pertanyaan’ yang mungkin belum terjawab sampai sekararang yaitu darimana asal virus ini? Dua negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia mulai berdebat terkait hal tersebut. Padahal, di sisi lain rakyatnya sendiri bahkan rakyat negara lain masih menunggu bantuan negara tersebut untuk mengisi kekosongan perutnya. Hal ini senada dengan yang terjadi saat negara lain menunggu marshall dan molotov plan pasca perang dunia.
Di Indonesia sendiri persepsi masyarakat mulai berubah dan menyalahkan dunia internasional atas adanya Pandemi Covid-19 melalui berita yang beredar. Diantaranya pernyataan yang dikeluarkan oleh mantan menteri kesehatan, Siti Fadilah Supari di saat beliau sedang memeriksakan kesehatannya. Menurut beliau, COVID-19 merupakan senjata biologis yang sengaja diciptakan atas dasar alasan ekonomi dan politik. Tersangka pidana korupsi ini pun meneruskannya dengan menunjukan jari kepada Bill Gates, yang menurutnya telah “meramal” pandemi ini sejak 2015.7 Dengan persepsi masyarakat seperti ini maka dapat menimbulkan kesalahpahaman dengan dunia internasional. Rasa pesimistis dan tidak percaya membuat di masa sulit seperti sekarang menimbulkan prasangka baru yang menghambat United Nations.
Selamat Datang Di Dunia Yang Kotor Namun Hangat
Pada tahun 2016 saat penulis memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama terjadi obrolan tentang masa depan dengan sang ibu. Penulis saat itu dengan spontan mengemukakan “Bu, saya ingin menjadi seorang politisi” Ibu bergumam sejenak dan langsung menjawab “Politik itu kotor” tiga kata yang terdengar singkat, padat dan belum dipastikan kejelasannya karena terkendala kedewasaan saat itu.
Persepsi tentang dunia politik yang begitu kotor mulai berubah. Melalui mata kuliah ekonomi-politik penulis disadarkan kembali jika politik itu tidaklah kotor tapi orang yang menjalankannya tidak sesuai aturan itu yang layak disebut kotor. Selain itu, melalui pelajaran ini penulis menyadari bahwa ada keterkaitan antara dunia ekonomi dan perpolitikan. Teori ekonomi semata tidak bisa diandalkan untuk menjelaskan mengapa gerak langkah perekonomian negara di dunia tertatih- tatih, tersandung kerikil dan batu penghalang. Teori Politik semata juga tidak memadai untuk memahami dinamika pembangunan di seluruh dunia.9 Oleh karena itu, pernyataan Adam Smith yang menjelaskan bahwa ekonomi dan politik saling berkaitan sebagai panduan manajemen perekonomian nasional secara bijaksana adalah benar.10 Ekonomi dan politik juga menjadi satu faktor yang menentukan negara dalam menunjukkan kegagahannya.
Saat ini, semua negara berada di situasi yang sama yaitu ‘Krisis’ bidang ekonomi dan politik yang menjadi kebanggaan suatu negara yang menentukan nasib negara di panggung dunia diluluh-lantakkan oleh Covid-19 ini. Setiap negara di dunia mendadak memberlakukan kebijakan lockdown. Hal ini membuktikan bahwa dunia yang kita tinggali sudah mengesampingkan batas negara karena virus tidak berhenti di perbatasan. Keadaan darurat ini telah menyoroti salah satu kebenaran tertua tentang kehidupan internasional bahwa pada akhirnya, negara akan berdiri sendiri.11 Ketika pandemi melanda, negara-negara yang telah lama bekerja sama berfokus pada kelangsungan hidup mereka sendiri.
Rupanya hal ini tidak bertahan lama karena negara pada dasarnya telah diciptakan secara berdampingan dan menunjukkan kehangatan. Hal ini dubuktikan dengan syarat dibentuknya suatu negara yaitu pengakuan de jure yang menyatakan bahwa suatu negara sudah diakui di level konsulat dan diplomatik. Foreign direct investment, kegiatan ekspor dan impor harus terus digenjot oleh seluruh negara. Semua ini semata-mata dilakukan untuk menuju proses recovery yang cepat pasca pandemi. Sebagai contoh, awal April 2020 setelah sebulan setelah WHO menyatakan Covid-19 sebagai pandemi, berbondong-bondong negara mengetuk pintu International Monetary Fund (IMF).12 Lebih dari 100 negara mengajukan permohonan utang tidak terkecuali Indonesia.
Bantuan yang diberikan tidak selalu secara material, melainkan juga moral. China negara yang tergolong tertutup mengucapkan rasa duka mendalam dan mengaku kaget atas tragedi yang terjadi atas jatuhnya pesawat Sriwijaya Air saat Indonesia tengah berjuang melawan Covid-1913 Negara Uzbekistan juga mengucapkan rasa prihatin atas bencana banjir dan gempa yang terjadi di Indonesia melalui sepucuk surat. Hal yang sama juga berlaku di negara lain.14 Dunia internasional mulai bangkit menunjukkan kembali rasa solidaritasnya di tengah ketidak-pastian situasi ekonomi dan politik.
Membangun Tatanan United Nations di Masa dan Pasca Pandemi
Meski demikian, dunia yang kita tinggali saat ini tidak lepas dari yang dinamakan persaingan. Setiap negara mencoba menyebarkan hegemoni terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Persaingan ini membuat negara tidak merasa puas akan ketercapaiannya. Sejarah telah membuktikan upaya negara untuk memperluas kekuasaannya. Sebut saja Deutschland uber alles yang berkembang di Jerman membuat ketegangan dunia Internasional. Deru perang pun sontak terdengar sebagai respons dari dunia internasional akan penolakan penyebaran paham tersebut. Dengan demikian, pernyataan Thomas Hobbes menggambarkan negara-negara seperti biasa “Dalam keadaan dan postur Gladiator; mengarahkan senjata mereka, dan mata mereka tertuju pada satu sama lain benar adanya. Padahal, sejarah diisi dengan masa perang dan perdamaian. 15
Selama abad terakhir, negara-negara menghabiskan lebih banyak waktu dengan damai daripada berperang. Perdagangan, perjalanan dan investasi lintas batas telah melonjak melalui proses globalisasi. Bangsa-bangsa telah menciptakan mekanisme dan institusi untuk bekerja sama dan memecahkan masalah bersama.
Salah satunya dengan dibentuknya United Nations untuk dapat menyelesaikan segala macam konflik pasca perang yang dibentuk pada 24 Oktober 1945. United Nations melalui perannya sebagai lembaga penengah antara urusan politik seluruh dunia berusaha menjalankan tugasnya dengan maksimal. Namun, tampaknya hal itu tidak berpengaruh besar karena masih terdapat celah dalam bentuk kepentingan politik dan ekonomi. Kamis 24 September 2020 malam waktu setempat, Pertemuan Tingkat tinggi PBB ke-75 dilaksanakan. Perang AS dan China pecah di konferensi ini. China melalui utusannya, Zhang Jun menegaskan bahwa sudah cukup bagi AS untuk menimbulkan masalah bagi negeri itu. 16 Tensi perang dagang yang makin tinggi disusul campur tangan AS akan kemerdekaan Taiwan baru-baru ini membuat Republik Rakyat yang terbentuk pada tanggal 1 Oktober 1949 mengamuk. Ya, benar, lagi-lagi masalah ekonomi dan politik. Dari sini kita belajar bahwa penghayatan United Nations sebagai kata sifat antara negara di dunia belum tercapai di masa pandemi. Antar negara masih memperjuangkan kepentingan masing-masing.
Apakah ini salah? Jawabannya adalah tidak. Hal ini karena setiap pemerintah pasti ingin yang terbaik bagi rakyatnya melalui kebijakan yang hendak diimplementasikan. Namun, alangkah baiknya keinginan tersebut juga sejalan dengan keinginan rakyat atau dunia internasional. Dengan kata lain, Negara yang sudah menjadi ‘macan’ yang mulai menentukan arah ekonomi dan politik dunia harus menunjukkan kesolidannya. Dengan Demikian, situasi Pandemi Covid-19 diharapkan negara di seluruh dunia mewujudkan tatanan dan sistem yang lebih baik untuk keluar dari jurang pandemi. Semua negara harus menyadari jika di atas langit masih ada langit sehingga semua sifat kepentingan politik dan ekonomi pribadi demi ‘ketamakan’ bisa dihilangkan. Upaya pembangunan ‘dinasti politik dunia’ harus dihentikan. Jika semua hal ini terjadi maka dunia yang kita tinggali di kehidupan pasca pandemi dapat menjadi tempat yang nyaman bahkan bagi generasi selanjutnya.
Urgensi United Nation Untuk Membawa Perubahan Makro Pasca Pademi
Selain menjadi tempat yang nyaman, ‘United Nation’ juga menjadi kata kunci untuk membawa perubahan makro positif bagi seluruh negara. Menurut Dwight D. Eisenhower, Militer officer dan 34th U.S President seluruh dunia harus bekerja lebih keras untuk perdamaian dan kerjasama. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pengalaman beliau terlibat dalam pertempuran dengan tentara Jerman dan Italia. Beliau melihat bahwa sifat manusia bisa menjadi gelap dan ganas dalam sekejap. 17 Oleh karena itu, upaya perdamaian harus dijaga untuk melewati krisis apapun.
Adanya United Nation akan membuat semua negara di dunia tidak pernah merasa sendiri dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Paham yang tumbuh dari kesadaran diri ini dapat digembar-gemborkan sehingga mendongkrak proses recovery suatu negara pasca pandemi. Meskipun di sisi lain setiap negara berfokus pada kekuatan domestik dan inward-looking, namun negara sebagai supplier tetap membutuhkan demander terutama dalam menjual produknya. Pengertian Inward- looking itu sendiri ibarat ‘berdikari di atas kaki sendiri’ menekankan pada kemandirian suatu negara dalam menyelesaikan dampak akibat Covid-19.18 Namun, bukan berarti larangan untuk menjalin kerjasama ekonomi dalam bentuk ekspor dan impor menjadi haram untuk dilakukan.
Melalui hubungan baik dengan berbagai negara produsen vaksin, Indonesia berhasil melaksanakan program vaksinasi dan menjadi salah satu dari 62 negara yang telah melakukan vaksin.19 Selain itu, dengan kerjasama yang baik dengan Jepang, salah satu komoditas Indonesia yaitu porang mendapat pengakuan di pangsa pasar internasional. Komoditas ini patut dijulukki sebagai ‘emas yang tersembunyi’ ini di negara sendiri, dijadikan sebagai makanan ular tapi seiring perkembangan waktu melalui hubungan yang baik dengan negara Jepang, China, Taiwan dan Korea komoditas ini dapat dimanfaatkan secara maksimal.20 Petani porang juga menikmati keuntungan sampai ratusan juta di masa pandemi. Oleh karena itu, maka keseimbangan demand dan supply dapat terwujud sehingga dapat menciptakan rasa saling menguntungkan antar negara yang terlibat.
Selain kekuatan domestik dan inward-looking, perubahan makro pasca pandemi yang dapat terjadi jika adanya ‘United Nation’ yaitu munculnya central power of the world yang menjadi tumpuan bagi seluruh dunia untuk meneladaninya. Nilai keteladanan yang disebarkan dapat menjadi pembelajaran baru bagi negara lain untuk dapat menghadapi bukan hanya pandemi Covid-19 tetapi juga pandemi lain di masa mendatang. Sebagai contoh, Vietnam yang menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi positif 2,6.%. Menurut Ngun Thi Huong Kepala Kantor Statistik, hal ini salah satunya dikarenakan kerjasama internasional di bidang ekspor yang tumbuh 17,6% dan impor 22,7% pada bulan Desember 2020.21 Respons yang masif dari struktur kesehatan publik dan sektor infrastruktur yang terusdidongkrak disertai tensi perang dagang AS dan China membuat Vietnam dapat dikatakan ‘unggul’ saat ini. Semangat yang dimiliki ini patut untuk ditiru oleh negara lain yaitu semangat solidaritas untuk menang.
Kata Akhir
Akhirnya, tulisan ini bertujuan membuat semua negara sadar bahwa kita hidup di dunia yang berdampingan. Persebaran informasi politik dan ekonomi yang begitu cepat sontak harusnya dapat mempersatukan negara. Perdamaian dunia harus diwujudkan untuk dapat menghindari perang. Sejarah telah membuktikan dampak perang begitu nyata dan mengerikan adanya. Perang Bahkan berdampak bagi orang yang tidak bersalah, menderita kebutuhan khusus buta huruf bahkan para malaikat kecil. Perang sama seperti virus yang menyerang tubuh siapapun. Maka dari itu, perlu adanya upaya preventif untuk mencegahnya. Melalui United Nations, penulis berharap menjadi refleksi bagi pembaca agar terus menyebarkan kedamaian sehari-hari untuk menuju dunia nyaman dan layak ditinggali. Apakah masa pandemi ini menjadi ajang negara untuk dapat bersatu dan saling bahu-membahu menuju dunia lebih baik bila ditinjau dari faktor ekonomi dan politik? Atau hanya berpacu sembari menunjukkan kekuatan satu sama lain untuk bersaing dan menunjukkan ‘Akulah Pemenangnya’
Heal the world Make it a better place For you and for me
And the entire human race There are people dying
If you care enough for the living
iMake it a better place For you and for me………….
-Michael Jackson, Heal The World-
Referensi
1 Raimundus Namang, ‘Negara dan Warga Negara Perspektif Aristoteles’ (UNDIP: Jurnal Undiknas), hlm 250
2 https://ask.un.org/faq/14345, diakses pada 3 Juni 2021
3 Thompson James Westfall, ‘The Aftermath of the Black Death and the Aftermath of the Great War’ (American Journal of Sociology), pp 565-572
4 Larry Brilliant, ‘Outbreaks Are Inevitable, but Pandemics Are Optional,’ From Youtube https://m.youtube.com/watch?v=nVWoHmURDTQ
5 Tedros Adhanom, Virtual Press Conference (WHO)
6 http://www.emro.who.int/health-topics/corona-virus/questions-and-answers.html, diakses
pada 3 Juni 2021
7 https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/periksa-fakta-klaim-klaim-dalam-video-
wawancara-siti-fadilah-supari-fDnq, diakses pada 3 Juni 2021
9 Mulyani Sri Indrawati DKK, Terobosan Baru atas Perlambatan Ekonomi (Jakarta, Penerbit PT Elex Media Komputindo, 2019), hlm 420
10 George Abbot, The Economics Book (USA, DK Publisher, 2012), PP 15
11 Waltz N Kenneth, Man, The State and War (New Youk, Columbia University Press, revised 2001)
12 https://www.cnbcindonesia.com/news/20201117183015-8-202557/utang-luar-negeri-ri-di-
masa-pandemi, diakses pada 1 Juni 2021
13 https://news.detik.com/internasional/d-5330834/presiden-china-terkejut-dan-berduka-atas-
jatuhnya-sriwijaya-air, diakses pada 3 Juni 2021
14 https://m.liputan6.com/global/read/4462044/sepucuk-surat-duka-presiden-uzbekistan-ke-
jokowi-kami-sedih-atas-gempa-sulawesi-barat, diakses pada 3 Juni 2021
15 Hobbes Thomas, The Leviathan Chapter XIII ‘Of The Naturall Condition Of Mankind’ (Cambridge: revised edition), PP 86-90
16 https://news.cgtn.com/news/2020-09-25/China-s-UN-envoy-fights-back-at-U-S-accusations-in-
Security-Council-U4d4lsBkis/share_amp.html, diakses pada 1 Juni 202117 https://www.nytimes.com/1964/06/06/archives/eisenhower-recalls-the-ordeal-of-dday-
assault-20-years-ago.html, diakses pada 1 Juni 2021
18 https://www.neraca.co.id/article/130194/indonesia-paska-pandemi-covid-19-pentingnya-
inward-looking-strategy-dan-ekonomi-kerakyatan, diakses pada 4 Juni 2021
19 https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210205021320-37-221189/vaksinasi-covid-19-ri-
masih-ketinggalan-jauh-dari-negara-lain, diakses pada 3 Juni 2021
20 https://money.kompas.com/read/2020/02/05/141540326/dulu-dianggap-makanan-ular-
porang-kini-jadi-emas-petani?page=all, diakses pada 1 Juni 2021
21 https://ekonomi.bisnis.com/read/20201227/620/1335738/di-tengah-pandemi-ekonomi-
vietnam-di-2020-tumbuh-positif-ini-kunci-utamanya, diakses pada 6 Juni 2021
Ditulis oleh:
Gerald Ezra Charles
Juara Harapan 1 Lomba Essai Journation 3.0 LPM OPINI
*Telah disunting ulang dari naskah asli yang diikutsertakan lomba