Tayangan Televisi Indonesia Masa Kini: Masihkah Layak Dinikmati?
LPM OPINI – Baru-baru ini jagad pertelevisian Indonesia digemparkan oleh salah satu tayangan sinetron yang dianggap mempertontonkan adegan tidak senonoh dan pedofiliak. Terindikasi acara tersebut menggunakan aktris yang notabene masih di bawah umur untuk berperan menjadi istri ketiga. Sontak, banyak bermunculan respons negatif dari masyarakat. Bahkan pada platform media sosial Twitter, tagar untuk memboikot acara tersebut pun masuk trending topic.
Menanggapi kondisi demikian, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melayangkan peringatan pada sinetron tersebut. Hingga akhirnya sang aktris di bawah umur, diganti oleh pemeran lain. Namun pertanyaannya, apakah masih ada tayangan lain yang mengandung kesalahan serupa dengan program kontroversial tersebut?
Melihat kondisi tayangan televisi yang dirasa perlu untuk dikaji kembali, KPI Pusat mengadakan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Informan Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2021 pada Senin (31/05/2021). Acara tahunan ini dihadiri oleh para informan ahli untuk bersama-sama menganalisis dan meriset sampel siaran televisi, guna menilai kualitas program yang ditayangkan.
“Hasil analisis dan penelitian pada FGD ini diharapkan dapat berfungsi sebagai koreksi pada stasiun televisi Indonesia, agar nantinya dapat memperbaiki tayangan acara yang dirasa tidak memenuhi standar dan agar dapat menyajikan program acara yang berkualitas,” kata Mulyo Hadi Purnomo selaku Komisaris KPI Pusat kala memberikan sambutan pada acara FGD.
Ada delapan kategori program yang dianalisis pada FGD tersebut, antara lain Berita, Talkshow, Infotainment, Variety Show, Sinetron, Anak, Religi, dan Wisata Budaya. Setiap kategori memiliki indeks penilaian yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kapasitas dan substansi tiap kategori. Penilaian ini menggunakan sampel tayangan televisi sesuai dengan kategori masing-masing di semua stasiun penyiaran televisi, baik di bawah naungan pemerintah maupun swasta.
Tayangan Sinetron, Apakah Aman untuk Ditonton?
Menjadi sorotan utama masyarakat belakangan ini, sinetron merupakan kategori acara yang mendapat banyak koreksi. Kategori sinetron diriset oleh dua Informan Ahli yaitu Agus Naryoso, M.Si dan Dr. Lintang Ratri Rahmiaji. Dari sampel tayangan sinetron yang sudah disaksikan, kedua informan sama-sama memberikan penilaian yang kurang baik. Hal tersebut berkaitan dengan scene yang diperlihatkan, seperti kekerasan, perkelahian, penghinaan, ungkapan kasar, seksualitas, dan adegan-adegan lain yang seharusnya tidak menjadi konsumsi umum.
Menurut Agus, kebanyakan sinetron tidak memberikan catatan untuk psikologis anak. Padahal sering kali tayangan sinetron turut disaksikan mereka yang di bawah umur karena ditayangkan di jam ramah anak. Senada dengan Agus, Lintang menyampaikan keresahan yang sama akibat tayangan sinetron yang tidak berbobot dengan plot cerita yang cenderung berputar pada konflik balas dendam, cinta segitiga, bahkan mempromosikan klenik. Perlu adanya pengawasan yang ketat pada tayangan sinetron, mengingat banyaknya catatan koreksi yang disematkan pada kategori ini.
Substansi Program Talkshow dan Variety Show
Variety Show merupakan program hiburan yang terdiri atas berbagai pertunjukan, utamanya seputar musik atau komedi sketsa dan biasanya dipandu oleh pembawa acara atau host. Anlia Yisca Kristiadi, S.I.Kom., M.I.Kom dan Rouli Manalu, Ph.D merupakan dua informan ahli yang meriset dan menganalisis Variety Show. Menurut keduanya, secara garis besar program ini masih berfokus untuk hiburan dibandingkan edukasi dan informasinya. Variety Show dianggap tidak banyak menyajikan energi kreatif, sebab hanya menyewa talent yang diminta untuk ‘mengupayakan’ acara tersebut dengan mengeksplorasi guna menciptakan lelucon. Karena tidak ada skrip, terkadang muncul hujatan, aksi merendahkan diri sendiri, dan juga tindakan lain yang sepatutnya tidak ditayangkan di hadapan khalayak umum.
Pada kategori Talkshow, terdapat dua informan ahli sebagai penilai, yaitu Dr. Nurul Hasfi dan Triyono Lukmantoro S.Sos, M.Si. Talkshow merupakan program bincang-bincang dan diskusi seorang atau sekelompok orang mengenai beragam topik yang dipandu oleh pembawa acara. Kategori Talkshow memiliki 2 jenis penayangan, yaitu berita dan nonberita. Sejauh ini Talkshow dapat dinikmati dan juga informatif, salah satu contohnya Mata Najwa. Sementara untuk jenis nonberita, memang terkadang terdapat lelucon yang multitafsir, tetapi tidak menjurus kepada pelanggaran yang berat.
Tayangan Aman dan Edukatif
Terdapat tiga kategori program dengan penilaian yang relatif baik, yaitu Berita, Religi dan Wisata Budaya. Tayangan dalam ketiga kategori ini tidak menyajikan berbagai adegan negatif. Dengan berbagai instrumen yang ada, Berita merupakan tayangan yang relatif aman, sebab berisi pemberian informasi yang up to date dan tidak mengandung informasi hoaks. Hanya saja masih terdapat beberapa adegan yang tidak diburamkan padahal mengandung konten kekerasan.
Untuk program acara Religi juga sudah informatif dan dapat dipertanggungjawabkan, hanya saja tayangan tersebut umumnya didominasi satu atau dua agama saja, porsinya masih belum seimbang. Padahal di Indonesia terdapat enam agama resmi yang diakui Negara.
Terakhir adalah tayangan wisata budaya, acara menarik yang menampilkan beragam keunikan daerah dan juga tempat wisata. Namun demikian, masih terdapat tayangan yang berisi jalan-jalan semata, tanpa edukasi tentang wisata yang dikunjungi. Program ini akan lebih bermakna dan mengedukasi jika substansi acara wisata budaya lebih banyak membahas seputar kearifan lokal di wilayah tersebut, dibanding sebatas terfokus pada talent sebagai pembawa acara.
Bagaimana Seharusnya Masyarakat Menyikapi Tontonan Saat Ini?
Selain pemerintah, peran masyarakat juga sangat berpengaruh dalam perkembangan tayangan televisi yang ada. Sudah menjadi kewajiban kita untuk dapat menjadi pemirsa yang bijak dalam menonton program televisi.
Dengan selektif dalam memilih dan memilah program-program mana yang berkualitas dan mendidik, tentu pengaruhnya akan terasa bagi penonton. Tidak hanya melepas penat dengan melihat hiburan, melainkan juga mendapat lebih banyak manfaat, melalui tayangan edukatif dan informatif yang disaksikannya. Terlebih jika terdapat anak di bawah umur di sekitar kita, tentu memerlukan kewaspadaan ekstra. Menjadi pekerjaan rumah bersama, bagaimana kita bisa menanamkan pemahaman dan mengarahkan mereka agar tidak terjebak dalam tontonan yang tidak bermutu.
Penulis: Dikka Prasetyo
Editor : Annisa Qonita
Redaktur Pelaksana : Luthfi Maulana
Pemimpin Redaksi : Langgeng Irma