Diskusi ‘FITUR x IRDISH’: Menelusuri Realitas Buruh dan Kapitalisme dalam Peringatan May Day


Dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day, Bidang Sosial Politik (Sospol) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional (HMPS HI) menggelar forum diskusi bertajuk “FITUR SOSIAL POLITIK x IRDISH”. Acara ini berlangsung pada Rabu (07/05) pukul 16.00 WIB di area Cafe Mille FISIP Undip.
Diskusi ini merupakan bagian dari program rutin BEM FISIP bernama FITUR (FISIP Melantur) yang dilaksanakan setiap bulan. Sementara itu, International Relation Discussion Hours (IRDISH) merupakan forum diskusi milik HMPS HI yang dikelola oleh Bidang Kreativitas Akademik (BKA). Diskusi kolaborasi antara dua bidang ini menghadirkan ruang kritis bagi mahasiswa untuk mendalami isu buruh, baik dalam konteks nasional maupun global.
Merayakan May Day Lewat Diskusi Bersama

Diskusi ini berlangsung secara terbuka dengan dua pemantik utama, yakni Alfa Miftah dari HMPS HI dan Ferdinand dari BEM FISIP. Alfa memulai diskusi dengan menekankan konsep kesejahteraan buruh dalam sistem ekonomi saat ini sering kali bersifat ideal dan sulit diwujudkan.
“Menurut kami, konsep kesejahteraan itu sangat tidak mudah direalisasikan. Seperti yang kita bahas dan diskusikan, kelas pekerja akan selalu ada dan akan selalu rentan penindasan, mau bagaimanapun itu. Karena sistem ekonomi yang berjalan di dunia adalah sistem kapitalis,” jelasnya.
Ia merujuk pula pada pemikiran Karl Marx yang mengatakan ketidaksetaraan bukan kesalahan sistem, melainkan sudah menjadi bagian dari sistem.
“Bagaimanapun keadaannya, penindasan terhadap kelas pekerja akan terus terjadi selama dunia masih dijalankan dengan sistem kapitalis karena menurut Marx, kondisi ini hanya bisa berubah jika sistemnya diganti,” ungkapnya
Ferdinand kemudian melanjutkan diskusi dengan mengaitkan tema diskusi dengan peringatan Hari Buruh Internasional yang baru saja berlangsung.
“Karena minggu kemarin barusan ada May Day, maka dari itu masih relevan isu tersebut (kesejahteraan buruh). Di FITUR tadi kita sempat membahas penyelarasan definisi. Sebenarnya buruh itu siapa?” katanya.
Pertanyaan tersebut memicu beragam pandangan dari para peserta yang menurut Ferdinand cukup membuka mata terhadap kenyataan buruh dalam perspektif yang lebih luas.
Dari berbagai pandangan peserta diskusi mengenai buruh, Alfa menarik kesimpulan dengan menekankan perlunya memperluas definisi buruh.
“Kami sepakat kalau buruh itu bukan hanya buruh pabrik, bukan hanya petani, bukan hanya nelayan, tetapi juga kita semua, karyawan-karyawan yang ada di perkantoran swasta yang hak-haknya itu rentan dibolak-balikkan,” ujarnya.
Diskusi juga menyinggung pentingnya peran serikat buruh dalam menggerakan pekerja untuk memperjuangan hak-hak mereka secara kolektif.
“Aku memantik akan apa sih pentingnya perserikatan buruh, dan forum sepakat penting untuk menggerakkan massa secara kolektif demi memperjuangkan hak-hak mereka,” jelas Ferdinand.
Hujan dan Antusiasme yang Tak Surut
Meski sempat diguyur hujan deras hingga acara harus mundur dari jadwal, Alfa menegaskan hal itu tidak menyurutkan semangat peserta.
“Tadi kita mulai jam 5 kurang karena nungguin hujan, jadi alur diskusinya kita ringkaskan. Tetapi justru dari materi yang kita ringkas, itu bisa diperpanjang oleh pendapat-pendapat audiens,” ujarnya.
Antusiasme audiens terlihat jelas sepanjang jalannya diskusi, terutama ketika pembicaraan memasuki sesi tanya jawab terkait IRDISH dan FITUR.
“Ketika ditanya soal IRDISH dan FITUR hari ini, ya aku bisa jawab cukup interaktif. Banyak banget pantikan yang kita berikan ke audiens, dan audiens juga sangat seru. Bahkan mereka pun memantik satu sama lain,” ungkap Ferdinand.
Kolaborasi untuk Kesadaran Sosial Melalui Ruang Dialog

Penanggung jawab acara dari BEM FISIP, Aran Azhfar menjelaskan forum ini merupakan kolaborasi antara program rutin FISIP Melantur dan IRDISH dari HMPS HI.
“Kalau dari HMPS sendiri itu dari BKA, di situ mereka punya proyek IRDISH. Dari sospol, kami juga ingin membersamai setiap himpunan di FISIP dengan diskusi bersama. Nah, kesempatan ini kami ambil untuk kolaborasi,” jelasnya.
Menanggapi keberlanjutan diskusi yang kolaboratif ini, Aran menerangkan FITUR akan terus hadir setiap bulan dengan semangat kolaboratif dari seluruh pihak yang terlibat.
“Kita udah sempat kolaborasi dengan BEM luar kayak FEB, FH, dan UPK di FISIP. Ke depannya, kami juga akan gandeng himpunan-himpunan dari jurusan lain seperti ilmu komunikasi, administrasi publik dan lainnya,” katanya.
Meski acara berjalan lancar dan antusias, Aran berharap partisipasi mahasiswa terus meningkat di acara berikutnya. Ia ingin diskusi semacam ini menjangkau lebih banyak peserta, tidak hanya dari FISIP, tetapi juga fakultas lain untuk memperluas dampak dan jangkauan dialog sosial politik.
“Biasanya lebih ramai dari ini. Mungkin karena tempatnya di Mille yang agak terbatas. biasanya dari luar FISIP pun ikut datang. Harapan kami, semoga lebih ramai dan inklusif, baik dari FISIP maupun non-FISIP,” tutupnya.
Reporter: Taufiqurrahman Alfarisi
Penulis: Ogya Hasna Luthfiyyah
Editor: Aulia Retno
Pemimpin Redaksi: Kayla Fauziah