Future Leader Summit, Konferensi Kepemudaan Kritis akan Isu Global

Semarang – Future Leader Summit (FLS) tahun ini kembali digelar untuk kali ke-9. Acara yang merupakan konferensi kepemudaan nasional nonprofit ini diselenggarakan selama 2 hari pada 20-21 September 2019 lalu dan bertempat di New Metro Hotel, Semarang, Jawa Tengah. 

Dengan mengusung tema “Future Leader’s Idea Manifestation of ASEAN 2025 in the age of disruption”, FLS yang digagas oleh Nusantara Muda ini fokus dalam upaya mengedukasi dan menghasilkan future leader yang siap menghadapi revolusi industri 4.0. Sama seperti tiga tahun belakangan, kuota untuk peserta yang lolos sebanyak 240 orang dan untuk tahun ini berasal dari 32 provinsi di seluruh Indonesia.  Tercatat 3 kota dengan pendaftar terbanyak bertempat tinggal di Semarang, Sleman(DI Yogyakarta), dan Bogor.

Tahun ini syarat usia calon peserta FLS 2019 dimajukan menjadi 17 tahun, di mana tahun sebelumnya harus berusia minimal peserta FLS 18 tahun. Sehingga tidak terbatas pada mahasiswa jenjang tertentu, pelajar SMA/sederajat pun bisa mengikutinya. Tak tanggung-tanggung, konferensi ini mendapat dukungan langsung dari Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) dan Hendrar Prihadi (Wali Kota Semarang).

Room atau platform yang dipilih FLS berbeda-beda tiap tahunnya, bergantung pada grand temanya. Pada 2019 ini, panitia menghadirkan enam room yang dipilih sesuai ketertarikan delegates atau peserta dengan pembicara yang memiliki kompetensi di masing-masing bidang. Keenam room tersebut antara lain Room International Relations oleh Gilang Kembara (Peneliti Cenre for Strategic and International Studies), Room Digital oleh Ragil Widiharso (CEO Jeager.io), Room Technopreneur oleh Suryandaru MT (Director at Nanotech Global Innovation Pte. Ltd.), Room Environment oleh Jasmine Putri (Senior Forest Campaigner Greenpeace Indonesia), Room Urban Planning oleh Mulya Amri (Program Director JPI, Senior Urban Development Consultant The World Bank), dan Room Education oleh Syarif Roushan Fikri (CEO Pahamify).

Indrayana Girindra Putra, Project Leader FLS 2019, berharap setelah mengikuti rangkaian acara, nantinya para delegates dapat membuat perubahan sesuai bidang yang mereka kuasai. 

“Persyaratan calon peserta kami ubah menjadi 17 tahun karena sudah cukup dewasa untuk tahu isu-isu global serta (dari sini) kami membekali mereka sehingga 5 tahun ke depan mereka harus jadi apa dan berbuat apa” katanya.

Rangkaian acara yang bisa dibilang padat dan cukup panjang mengharuskan delegates berpartispasi aktif dan berperan langsung dalam memunculkan ide dan gagasan baru bagi isu-isu yang tengah menjadi fokus utama bangsa. Hal ini diharap mampu memantik munculnya gagasan kreatif dan kritis dari para delegates untuk memberikan saran atau solusi dari berbagai masalah di masing-masing room yang sesuai dengan ketertarikan mereka. “Sudah banyak yang sukses (peserta yang pernah mengikuti FLS), sedangkan yang lain saya yakin sudah berproses lebih baik setelah mengikuti FLS” lanjutnya.

Jasmine Putri, pembicara dalam Room Environment, juga menyinggung isu kebakaran hutan yang terjadi sekarang ini. Ia menyatakan bahwa peran pemuda sangat dibutuhkan untuk turut berkontribusi dalam fenomena ini. Hal sederhana yang dapat dilakukan misalnya menggalang donasi berupa uang maupun barang seperti masker dan obat-obatan. 

Jasmine menilai bahwa peserta yang ada dalam room-nya sudah cukup kritis dan melampaui apa yang ia bayangkan. Ia optimistis, anak muda akan bisa mengerti mengenai isu lingkungan. Selain itu,anak muda juga dapat menjadi suatu bentuk ‘penyalur’ dorongan ke pemerintah untuk menanggapi permasalahan iklim. 

“Harapannya, semoga anak muda lebih punya awareness dan mendekatkan diri ke isu lingkungan, terlepas dari pilihan pekerjaan nanti ke depannya,” pungkas Jasmine dalam konferensi pers pada Jumat sore (20/9) lalu. 

Oleh : Annisa Qonita A & Anugrah Alif M

Editor : Gita N Elsitra

Redaktur Pelaksana : Dian Rahma F A

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.