Konflik Palestina-Israel: Konflik Agama atau Politik?

Latar Belakang
Konflik utama antara Israel dan Palestina adalah adanya upaya pencaplokan lahan oleh Israel yang membuat orang-orang Palestina terancam terusir dari lahan yang telah mereka tempati ratusan tahun sebelumnya. Konflik ini juga merupakan implikasi dari berakhirnya Perang Dunia I di mana Kekhalifahan Turki Ottoman runtuh dan dikuasai Inggris.
Kawasan Palestina sendiri pada saat itu dihuni oleh mayoritas orang Arab (bangsa Palestina) dan Yahudi yang saat itu menjadi kaum minoritas. Konflik terjadi antara kedua bangsa itu juga berkaitan dengan gerakan Zionisme yang berupaya mendirikan pemukiman imigran Yahudi yang nantinya memproklamirkan diri menjadi suatu negara yang utuh di Palestina.
Di Palestina terdapat penduduk beragama Yahudi, pun demikian di Israel yang tidak sedikit terdapat penduduk yang memeluk Islam. Tanah Palestina yang sudah tidak utuh sejak Deklarasi Balfour–yang makin dipersempit hingga kini–menginginkan tanah air mereka secara utuh, begitu juga Israel. Maka dapat dikatakan konflik ini seperti timbul tenggelam, terkadang meletus berperang kemudian damai sementara. Suatu saat konflik dapat terulang kembali.
Nampaknya perdamaian kedua negara sepertinya bakal sulit terealisasi dalam waktu dekat mengingat Israel didukung oleh Amerika Serikat (AS). Amerika Serikat sangat berkomitmen membantu Israel karena kesamaan satu identitas mereka sebagai negara demokrasi seperti dirangkum dari pernyataan resmi Pemerintah AS. Namun menurut Muhammad Rosyidin, dosen Hubungan Internasional FISIP Undip, mengatakan bahwa alasan itu tidak masuk akal mengingat apa yang dilakukan Israel ke Palestina bukanlah suatu tindakan yang mencerminkan nilai demokrasi.
Menurut Rosyidin, hubungan erat AS-Israel terjalin karena terdapat kelompok Yahudi yang sangat berpengaruh di AS yang mana juga memperjuangkan Israel. Bahkan sejak 1963 sudah dibentuk Komite Urusan Umum Amerika Israel (AIPAC) yang disinyalir sebagai salah satu kelompok lobi Yahudi paling kuat dalam perpolitikan Amerika.
Perkembangan Terbaru Isu Palestina-Israel Saat Ini
Ketegangan kedua negara kembali meletus pada 10 Mei 2021 ketika terjadi perseteruan yang membara di Yerusalem antara pengunjuk rasa Palestina, polisi dan sayap kanan Israel. Konflik ini semakin memanas ketika penyerangan artileri yang diikuti tembakan roket, dan serangan udara dari kedua belah pihak. Pesawat-pesawat tempur Israel yang membombardir kota Gaza menambah penderitaan warga sipil Palestina. Pada saat yang sama, serangan roket oleh Hamas memakan korban di kota-kota Israel, termasuk Tel Aviv, pusat komersial negara itu.
Berdasarkan keterangan Menteri Kesehatan Palestina, Mai Akaila, serangan tersebut mengakibatkan terbunuhnya 227 warga: terdiri 70 anak-anak dan 40 perempuan serta terdapat lebih dari 8.500 warga menderita luka-luka, Senin, (24/05). Hal ini kemudian membuat PBB mendesak Palestina dan Israel untuk melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza untuk menghindari provokasi hingga akhirnya pada 20 Mei 2021, Israel dan Palestina menyetujui gencatan senjata. Sayangnya, gencatan senjata itu tidak berlangsung lama di mana konflik antar kedua negara itu kembali memanas dan masih berlangsung hingga saat ini (26/05/2021).
Melihat dari Banyak Sisi Mengenai Konflik Palestina-Israel
Apakah yang sebenarnya terjadi di Palestina?
Konflik yang baru-baru ini terjadi antara Israel dan Palestina dipicu oleh Hamas yang melakukan penyerangan terhadap Israel yang kemudian memunculkan kembali eskalasi konflik antar dua negara yang sebelumnya pernah pernah berkonflik itu.
Kapan Konflik Berakhir?
Konflik ini tidak akan bisa didamaikan minimal 100 tahun ke depan, bisa dikatakan mustahil didamaikan. Karena ini kompleks tidak hanya klaim historis. Perdamaian ini mustahil tanpa peran Amerika Serikat (AS) karena AS tidak pernah surut mendukung Israel. Jadi kalau ingin mendamaikan ya pertama-tama harus mengubah kebijakan AS, minimal AS berhenti mendukung finansial kepada Israel.
Bagaimana sebaiknya Indonesia menyikapi konflik ini?
Indonesia tidak bisa berperan sebagai mediator, peacemaker, atau bridge builder. Karena Indonesia jelas-jelas mendukung Palestina sehingga tidak mungkin menjadi mediator yang mana harus netral dan mengakui kedua negara. Yang bisa dilakukan adalah mendukung Palestina sampai titik darah penghabisan. Seperti mengecam, mengeluarkan pernyataan sikap, hingga memberi bantuan kemanusiaan ke sana. Tapi upaya lebih dari itu kemungkinan kecil untuk dilakukan. Indonesia pengaruhnya kecil di internasional dalam konflik ini. Kita tidak lagi menjadi anggota Dewan Keamanan (DK) Perwakilan Bangsa-Bangsa (PBB) juga. Berbeda dengan negara kuat seperti Rusia, China, dan Amerika Serikat yang punya pengaruh besar.
Narasumber khusus: Dosen Hubungan Internasional Universitas Diponegoro, Muhammad Rosyidin (25/05/2021).
Sikap Indonesia dan Dunia Menanggapi Isu Israel-Palestina
Untuk menanggapi konflik terjadi di Israel-Palestina pada tanggal 16 Mei 2021, Jokowi bersama dengan Perdana Menteri Malaysia dan Sultan dari Brunei Darussalam merilis Joint Statement mereka atas eskalasi kekerasan yang dilakukan oleh Israel yang menduduki wilayah teritori Palestina.
Kemudian selanjutnya pada tanggal 18 Mei 2021, PBB melakukan press release setelah pertemuan ke-66 di mana 115 negara menyatakan setuju atas kelanjutan pembahasan rancangan R2P, 28 negara menyatakan abstain, sedangkan Indonesia bersama dengan 15 negara lainnya menyatakan tidak setuju dengan agenda pembahasan lanjutan R2P tersebut. Sikap Indonesia yang menyatakan ketidaksetujuannya itu sempat menjadi perbincangan hangat di mana Indonesia dianggap menolak pencegahan genosida.
Namun, Kementerian Luar Negeri Indonesia dengan cepat memberikan klarifikasi bahwa dalam Sidang Majelis Umum PP pada 18 Mei lalu, perwakilan Indonesia memutuskan untuk mengambil sikap NO terkait pembahasan agenda sidang yakni laporan rutin dan tahunan (R2P) serta mengadopsi rancangan yang disampaikan oleh Sekretariat Jenderal PBB. Isi laporan tersebut adalah tentang pencegahan genosida, kejahatan perang, pemusnahan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Juru Bicara Kemenlu, Faizasyah, juga mengatakan bahwa Indonesia akan terus aktif dalam pembahasan R2P terlepas dari posisi voting Indonesia.*
*Infografis dengan konten yang sama telah diunggah di instagram @lpmopini pada 29 Mei 2021
Penulis : Silvia Novitasari & Anugrah Alif
Editor : Dian Rahma F.A
Redaktur Pelaksana : Anugrah Alif
Pemimpin Redaksi : Langgeng Irma
[1]Anas, B. (2021, Mei 19). Photos: No let-up in Israeli bombardment of Gaza, 219 killed. Retrieved Mei 20, 2021, from https://www.aljazeera.com/gallery/2021/5/19/in-pictures-219-palestinians-killed-in-gaza-as-israeli-attacks
[2]Bilefsky, D. (2021, Mei 19). Israel-Gaza Conflict: What You Need to Know. Retrieved Mei 20, 2021, from https://www.nytimes.com/article/israel-gaza-what-we-know.html
[3]CNN Indonesia. (2021, Mei 20). Viral RI Tolak Pencegahan Genosida, Kemenlu Beri Klarifikasi. Retrieved Mei 25, 2021, from https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210520073853-106-644538/viral-ri-tolak-pencegahan-genosida-kemenlu-beri-klarifikasi/amp?__twitter_impression=true
[4]Setyorakhmadi, K. (2021, Mei 18). PENGALAMAN KETEMU HAMAS DI PALESTINA DAN BEKAL KAMU UNTUK DEBAT DENGAN AKUN PRO-ISRAEL. Retrieved Mei 20, 2021, from https://mojok.co/kar/esai/pengalaman-ketemu-hamas-di-palestina-dan-bekal-kamu-untuk-debat-dengan-akun-pro-israel/
[5]United Nations. (2021, Mei 18). General Assembly Declares 2022 International Year of Glass, Adopts 4 Texts on Aral Sea Region, Financing for Darfur Mission. Retrieved Mei 25, 2021, from https://www.un.org/press/en/2021/ga12324.doc.htm
[6]https://www.kompas.com/global/read/2021/05/14/164727170/konflik-israel-palestina-1-gerakan-zionisme-sampai-mandat-palestina?page=all