Produk Inovasi Pelayanan Publik Sebagai Solusi Keberlanjutan Usaha Pangkas Rambut di Masa Pasca Pandemi Covid-19

Ilustrasi Orang Memakai Masker (LPM OPINI/Journation 3.0)
“Kekayaan yang Pertama dan Utama adalah Iman. Kekayaan yang Kedua adalah Kesetiaan untuk Hidup dalam Iman. Kekayaan yang Ketiga adalah Memberdayakan Iman bagi Kebaikan Sesama dan Alam”.
-Mario Teguh-
Pandemi coronavirus disease (Covid-19) memberikan dampak yang cukup merugikan terhadap kegiatan masyarakat, salah satunya dalam kegiatan perekonomian berupa penurunan pendapatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam situasi saat ini, berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UMKM dalam Pakpahan (2020) menyatakan bahwa dari 37.000 UMKM di Indonesia 56 persen diantaranya mengalami penurunan penjualan, 22 persen mengalami permasalahan pada aspek pembiayaan, 15 persen mengalami permasalahan pada distribusi barang, 4 persen kesulitan dalam mendapatkan bahan baku mentah, dan hanya 3 persen saja kondisi UMKM yang masih normal. Akibatnya sebesar 47 persen UMKM di Indonesia mengalami kebangkrutan (Pakpahan, 2020).
Salah satu sektor UMKM yang mengalami dampak langsung adalah usaha pangkas rambut atau barbershop. Penyebabnya dikarenakan dalam menjalankan usahanya kerap terjadi kontak fisik antara konsumen dengan pemangkas rambut. Adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berakibat pada penurunan pendapatan hingga kebangkrutan usaha ini. Hal tersebut linear dengan penelitian yang dilakukan Amri (2020) yang melaporkan bahwa jumlah konsumen barbershop disejumlah daerah tidak lebih dari 20 orang per harinya. Akibatnya, pendapatan dari barbershop berkurang hingga 50 persen selama 3 bulan terakhir di Indonesia (Hastuti et al, 2020).
Berdasarkan penurunan tersebut, bisnis barbershop memiliki tantangan untuk tetap menjalankan bisnisnya di tengah pandemi dan kebijakan PSBB. Terlebih lagi sebanyak 90 orang dinyatakan reaktif Covid-19 selepas dari barbershop (Hadiwardoyo, 2020). Hal tersebut mengindikasikan bahwa sejumlah barbershop di Indonesia masih belum baik dalam menerapkan protokol kesehatan dan masih kurangnya pemahaman para pelaku ekonomi terkait apakah usaha mereka berada di zona yang aman atau tidak dalam menjalankan kegiatan ekonomi (Hadiwardoyo, 2020). Oleh karena itu, perpetaan data geospasial terkait penyebaran virus covid dinilai sangat penting dalam situasi saat ini.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis memiliki gagasan yaitu Barstik (Barbershop Futuristik) sebuah produk inovasi pelayanan publik sebagai solusi keberlanjutan usaha pangkas rambut di masa pandemi covid-19. Barstik didesain berupa kios portable yang dapat dibawa keliling oleh sepeda motor yang akan diintegrasikan dengan Internet of Things (IoT) berupa penyediaan data geospasial secara real time. Data tersebut akan
memunculkan jumlah pasien positif di area sekitar agar pemangkas rambut dapat memilih area yang sekiranya aman untuk melakukan usahanya. Dengan adanya gagasan ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi usaha pangkas rambut agar dapat menjalankan usahanya meskipun berada di zona merah saat pandemi Covid-19.
Terkait kondisi terkini pencetusan gagasan dapat dijelaskan sebaga berikut. Indonesia merupakan negara yang menduduki peringkat ke 14 dalam hal perkembangan fashion di dunia (Global Language Monitor, 2012). Menurut Prijana (2015) menyatakan bahwa bukti dari adanya perkembangan fashion ditandai dengan perkembangan penampilan salah satunya adalah rambut. Kegiatan pangkas rambut merupakan kebutuhan orang setiap bulannya, tidak terkecuali bagi pria. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, bermunculan jasa pangkas rambut yang menawarkan potongan rambut hingga perawatan rambut khusus pria. Bentuk bisnis layanan pangkas rambut khusus pria dinamakan barbershop. Bahkan, menurut Manao (2020) menyatakan bahwa kecenderungan pria 44 persen lebih tinggi dibandingkan wanita untuk memangkas rambut setiap bulannya. Selain itu, berdasarkan data dari Indonesia Barbershop Association tercatat pada tahun 2017 terdapat lebih dari 5.000 brand barbershop di Indonesia (Handayani et al, 2019).
Di masa pasca pandemi saat ini, kecenderungan masyarakat Indonesia dalam kegiatan pangkas rambut masih terbilang tinggi meskipun tidak sebanyak kondisi normal. Faktanya, pada wawancara yang diwartakan oleh Aurelia pada tirto.id tanggal 18 Mei 2020, menyatakan bahwa sejumlah barbershop di Kemang, Jakarta Selatan mengalami penurunan pendapatan 50 hingga 90 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak hanya disatu daerah saja usaha barbershop mengalami penurunan pendapatan, melainkan berbagai wilayah di Indonesia mengalami hal serupa.
Apabila diamati lebih lanjut, penyebab terjadinya penurunan pendapatan barbershop selain dari kebijakan PSBB, berasal juga dari risiko dan kekhawatiran masyarakat bila terjadi penularan melalui kegiatan pangkas rambut. Selain itu, hal yang terbilang membahayakan apabila barbershop beroperasi pada daerah dengan potensi angka penularan yang tinggi atau zona merah. Sama halnya dengan sejumlah barbershop di kecamatan Tembalang, Kota Semarang dimana berdasarkan observasi penulis pada tanggal 28 Juni sampai 2 Juli ditemukan sekitar 4 barbershop yang masih beroperasi, padahal kecamatan ini dinyatakan sebagai zona merah melalui situs covid.go.id. Oleh karena itu, diperlukan informasi yang baik terkait perpetaan penyebaran Covid- 19 dan edukasinya kepada masyarakat. Terlebih Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo menyatakan bahwa data geospasial pada situs covid.go.id masih dalam tahap pengembangan dan belum mampu memunculkan data hingga tingkat desa, serta sifatnya masih belum mendeteksi secara real time pergerakan pasien yang dinyatakan positif (Safrizal etal, 2020). Oleh karena itu, data geospasial masih perlu dikembangkan.
Berdasarkan hasil survei, ditemukan setidaknya 3 permasalahan utama. Pertama, dalam menjalankan usahanya pemangkas rambut kurang terlengkapi dengan fasilitas protokol kesehatan. Kedua, kurangnya fleksibilitas dalam menjangkau konsumen. Ketiga, kurangnya informasi terkait data geospasial yang belum menjangkau pemilik usaha barbershop. Berdasarkan poin permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu desain teknologi agar kegiatan pangkas rambut aman dari Covid-19. Ditambah teknologi tersebut mampu mengetahui data penyebaran pasien yang positif sehingga memudahkan pemangkas rambut untuk memilih dan fleksibel menjangkau konsumen. Hal ini bertujuan agar usaha barbershop dapat berjalan meskipun berada di zona merah saat pandemi Covid-19.
Sebelumnya telah ada solusi yang telah ditawarkan diantaranya adalah sebaggai berikut. Pertama, D’Kapster. D’Kapster merupakan aplikasi yang menyediakan jasa tukang cukur secara online, dimana konsumen akan memesan terlebih dahulu kemudian pemangkas rambut datang menuju rumah konsumen. Pada aplikasi tersebut juga disajikan pilihan model rambut yang diinginkan beserta harganya. Akan tetapi, dikarenakan lokasi berada di rumah konsumen maka tidak terdapat desain ruangan khusus untuk meningkatkan egronomi dan keterbatasan peralatan yang bisa dibawa (Kusuma, 2018). Kedua, Blackbox Barber. Blackbox Barber didirikan oleh Bapak Dhani pada tahun 2016 di Kota Bandung. Blacbox Barber merupakan inovasi barbershop yang dijalankan melalui mobil sebagai layanan jemput konsumen. Selain itu, fasilitas yang ada terbilang cukup lengkap meliputi kursi, cermin, dan peralatan pangkas rambut lainnya. Akan tetapi, Blackbox Barber belum merancang desain yang termodifikasi untuk menangani konsumen selama masa pandemi (Saputra, 2020).
Berdasarkan uraian di atas, maka gagasan yang diusulkan adalah sebagai berikut. Pemaparan permasalahan dan kondisi kekinian yang telah dikemukakan dapat dirangkum menjadi 3 aspek utama untuk membangun barbershop futuristik di masa pandemi, yaitu terintegrasi data geospasial berbasis IoT, terlengkapi oleh protokol kesehatan, dan bersifat fleksibel. Konsep ini kemudian dituangkan dalam rancangan barbershop yang bernama Barstik. Kerangka konseptual rancangan ini adalah sebagai berikut. Pertama, merancang pembuatan Barstik yang dilengkapi fasilitas penunjang protokol kesehatan. Selain itu, Barstik dirancang berupa box portable sehingga dinilai mampu meningkatkan fleksibilitas. Barstik sendiri dapat dibawa berkeliling dengan sepeda motor untuk menjalankan usaha. Kedua, mengintegrasikan Barstik dengan data geospasial yang berbasis IoT. Data geospasial pada Barstik dianalisis menggunakan tiga parameter meliputi karakteristik wilayah, keterkaitan antar lokasi, serta kesehatan dan sosial geografi. Berdasarkan tiga parameter tersebut, akan ditampilkan data-data persebaran dengan radius hingga 3 km yang bersifat real time. Dengan demikian, pemilik usaha dapat menentukan dimana area mereka untuk berjualan disamping menjemput konsumen melalui pemesanan.
Hasil dari konsep tersebut didapatkan suatu rancangan yang terdiri dari kios portable dan perpetaan berupa data geospasial pada Barstik app. Dalam rancangan ini, kios portable akan dihubungkan dengan sepeda motor dengan spesifikasi tangki di bagian depan agar memudahkan dalam pengisian bahan bakar. Kios ini terdiri dari 2 ruangan yang memisahkan antara konsumen. Pada dinding pemisah terdapat lubang persegi panjang yang tertutupi oleh mika bening yang berfungsi sebagai akses tangan pemangkas untuk memotong rambut konsumen. Selain itu, sebelum memulai kegiatan pemangkasan baik konsumen maupun pemangkas rambut akan mengenakan APD dahulu.
Pada desain bagian dalam Barstik, tersedia fasilitas barbershop pada umumnya seperti alat pemangkas rambut, cermin, dan kursi. Akan tetapi, Barstik yang dirancang dilengkapi dengan fasilitas penunjang protokol kesehatan. Pada fasilitas tersebut, terdapat humidifiers yang bertujuan untuk menjaga kelembapan udara di dalam ruangan. Pasalnya menurut Bikhtaseva (2020) menyatakan bahwa virus corona mudah menyebar dengan baik pada kelembapan 60-90 persen. Oleh karena itu, menjaga kelembapan ruangan teramat penting untuk mencegah penyebaran virus corona. Disamping itu, setiap selesai melayani konsumen para pemangkas rambut akan mensterilkan peralatannya melalui air mendidih yang disediakan didalam Barstik selama 30 menit. Hal tersebut dikarenakan virus corona hidup baik pada rentang suhu 8-10˚C diatas suhu tersebut virus corona hanya mampu hidup berkisar 2-3 jam, bahkan jika berada pada suhu diatas 75 ˚C virus ini hanya mampu hidup kurang dari 30 menit (Guedah, 2020). Di bagian dalam Barstik juga tersedia kotak penyimpanan uang yang berfungsi sebagai media transaksi tunai tanpa harus menyentuh uang secara langsung, akan tetapi transaksi ini berlaku jika konsumen memberi uang yang sesuai dengan nominal. Jika konsumen tidak memiliki nominal yang sesuai, maka dapat membayarkan secara non tunami melalui QR code yang tersedia.
Pada desain bagian luar Barstik, terdapat 2 desain pintu yaitu 1 pintu pada sisi kiri sebagai pintu masuk konsumen, dan 1 pintu sisi kanan sebagai pintu masuk pemangkas rambut. Dibagian sisi kiri, didesain terdapat handsanitizer dan tisu yang dapat digunakan konsumen maupun pemangkas rambut. Di bagian atas Barstik, terdapat exhaust fan sebagai media ventilator. Fungsi dari exhaust fan adalah untuk mempercepat sirkulasi udara dengan cara menghisap udara yang ada di dalam ruang dan selanjutnya udara tersebut di buang ke luar ruangan (Pangan et al, 2020). Terlebih penggunaan exhaust fan lebih baik dibandingkan air conditioner (AC) sebab dinilai lebih ramah lingkungan, disamping itu penggunaan AC menyebabkan droplet (cipratan dari cairan pernapasan) yang mengandung penyakit bisa ikut mengering sehingga risiko penularan virus corona akan semakin tinggi (Ashkan et al, 2020).
Berikut ini adalah langkah-langkah pengimplementasian gagasan. Dalam upaya merealisasikan gagasan Barstik, diperlukan kerjasama berbagai pihak dalam pengembangan dan pengimplementasian produk ini yang dijelaskan pada tabel 1.

Untuk mengimplementasikan inovasi ini selain kerjasama antar pihak yang telah disebutkan, diperlukan pula langkah-langkah strategis untuk mengimplementasikannya. Adapun langkah strategis yakni sebagai berikut. Pada fase pertama, yakni fase inisiasi. Fase ini berlangsung selama 1 bulan sejak Juli 2021. Fase ini berupa pemberian informasi kepada sejumlah pihak terkait mengenai gagasan desain produk dan rancangan Barstik. Fase kedua, yakni fase konstruksi. Fase ini berlangsung selama 1 bulan pasca fase inisiasi. Fase ini berupa pembelian bahan dan pengerjaan kios. Fase ketiga, yakni fase uji coba. Fase ini berlangsung selama 2 bulan pasca fase konstruksi. Fase ini berupa uji coba melalui survei kepuasan konsumen beserta peninjauan terkait keamanan. Fase keempat, yakni fase produksi massal. Fase ini berlangsung selama 6 bulan pasca fase inisiasi. Fase ini berupa perancangan Barstik dalam skala besar dengan kerjasama melalui pihak terkait sehingga Barstik siap diimplementasikan pada seluruh pemilik usaha barbershop. Fase kelima, yakni fase evaluasi, monitoring, dan pembelajaran. Fase ini berlangsung selama 1 tahun pasca fase produksi massal. Pada fase ini kesulitan dan pengalaman dalam menciptakan dan pengimplementasian Barstik.
“Tetaplah kuat dan yakinlah bahwa segalanya akan segera membaik. Memang sekarang kita sedang berjuang keras, tetapi lihatlah hal positif setiap harinya. Melalui inovasi para pemuda, kita majukan Indonesia!”
Referensi
Amri, A. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Umkm Di Indonesia. Brand. Jurnal Ilmiah Manajemen Pemasaran, 2(1): 123-131
Ashkan, K., Karim, I., Kamran, B.2020. Droplet Production Procedures May Help To Decrease The COVID-19. Journal Medical Hypotheses, 144(1):1-3
Aurelia, J. 2020. Siasat Bertahan Hidup Tukang Cukur selama Pandemi Corona. https://tirto.id/siasat-bertahan-hidup-tukang-cukur-selama-pandemi-corona- ftlZ [Diakses pada 28 Juni 2020]
Bikhtaseva, V. 2020. Role of a habitat’s air humidity in Covid-19 mortality. Journal
Science of The Total Environment, 736(1): 1-3
Ge, Yong., Jin, Yan., Cen, Y,. 2019. Principles and methods of scaling geospatial Earth science data. Journal Earth-Science Reviews, 197 (6): 1-17
Global Language Monitor. 2012. Top Fashion Capitals. https://languagemonitor.com/fashion-capitals/ [Diakses 2 Juli 2020]
Guedah, H.,.2020. Vibrational temperature of NO in pulsed corona dischargefor
tip-to-plane configuration. Journal Materials Today, 24(1): 110-113 Hadiwardoyo. 2020. Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19.
Baskara: Journal of Business & Entrepreneurship, 2(2): 83-92 Handayani.,Sri.,Sera.2019. Fenomena Barbershop Di Kota Tanjungpinang. Student
Online Journal (SOJ) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 1 (1): 274-280.
Kusuma. 2018. D’Kapster. https://dkapster.com/profil/ [Diakses pada 2 Juli 2020] Manao, A. 2020. Pengaruh Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Salon
Lideo. Jurnal Education And Development, 8(2), 301-301.
Pakpahan, A. K. 2020. Covid-19 Dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 33(1): 59-64
Pangan., Ampo, Mel., Barredo. 2020. Optimization of the floating-type seaweed dryer. Journal Aquacultural Engineering, 84(1): 1-5
Prijana, P. 2020. Internet Dan Gaya Fashion Mahasiswa. Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan, 3(2): 283-296.
Ridder., Jose., Nicolas. 2020. Geospatial digital monitoring of COVID-19 cases at high spatiotemporal resolution. Journal Lancet Digital Health, 20(4) : 1-2
Ruthberg., Humzah, A., Tarun. 2020. Geospatial analysis of COVID-19 and otolaryngologists above age 60. Journal of Otolaryngology, 41(4): 1-5
Safrizal, A., Danang., Bimo.2020. Pedoman Umum dalam Menghadapi Covid-19.
Kemendagri : Jakarta
Saputra. 2020.Blackbox Barbershop. www.beautynailhairsalons.com/ID/Bandung/ 401012263416464/Blackbox-Barbershop [Diakses pada 1 Juli 2020]
Siagian, T. H. 2020. Mencari Kelompok Berisiko Tinggi Terinfeksi Virus Corona dengan DNA. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI, 9(2): 98-106
Zhou, C., Su, Pei., Xiao, Han., Zhang, An. 2020. COVID-19: Challenges to GIS with Big Data. Journal Geography and Sustainability, 1 (1): 77-87.
Ditulis oleh:
Zuliansyah Anjar Zulfikar
Juara 2 Lomba Essai Nasional Journation 3.0 LPM OPINI
*Telah disunting ulang dari naskah asli yang diikutsertakan lomba