Rupa-rupa Rindu yang Tertahan Saat Lebaran di Perantauan

Idulfitri lekat dengan momen kehangatan keluarga. Gemerlap malam takbiran diiringi pawai beserta obornya, keributan pagi-pagi sebelum salat id, bersalam-salaman dengan sanak saudara, menyantap opor ayam atau rendang, hingga libur lebaran yang diisi dengan kegiatan bersenang-senang di kampung halaman. Perayaan lebaran berupa ‘mudik’ di Indonesia saat hari raya Idulfitri ini sudah selayaknya momen sakral. Mahasiswa muslim yang berada di perantauan juga lantas mengosongkan kota dan kembali ke kampungnya.
Momen indah tahunan itu nyatanya menjadi keistimewaan bagi siapa saja yang mampu melakukan, sebab tak sedikit Mahasiswa tak beruntung yang gagal memeluk sanak keluarganya dan terpaksa berlebaran di perantauan.
Karina Nabila Sinulingga, mahasiswa tahun terakhir Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini misalnya, terpaksa harus menetap di tanah perantauan akibat skripsi yang tidak bisa ditinggalkan barang sebentar, mengingat masa libur yang cukup singkat dan jarak yang harus ditempuh untuk pulang ke kampung halamannya, Medan, yang sangat jauh dan merogoh kocek tak sedikit.
“Asalku kan Medan, jadi kalau pulang dalam waktu dua minggu itu waktunya sangat mepet, sangat sebentar. Karena takut berkasnya keteteran, lebih baik aku selesaikan skripsiku dulu, nanti setelah sidang baru aku balik ke sana dan bisa dalam waktu yang lama,” begitu paparnya pada LPM Opini hari Sabtu (22/04).
Keputusan ini jelas menjadi keputusan yang berat untuk diambil karena bagaimanapun Karina sudah menunggu momen ini sejak lama agar bisa berkumpul lagi bersama keluarga. Karina juga tidak memiliki satupun saudara yang berdomisili di Semarang sehingga rasa sedih dan rindu akan keluarga tidak terelakkan. Meski begitu, dirinya berusaha untuk mengalihkan perhatian pada kucingnya agar tidak terlalu merasa sedih.
“Ya pasti sedih sih ya, sepi, tapi karena teman-temanku dari SMA yang se-kosan sama aku pada enggak pulang jadi enggak terlalu merasa yang gimana-gimana,” jelasnya. “Kebetulan aku juga punya kucing yang diurus, jadi aku lumayan terdistraksi.”
Satu-satunya hal yang bisa dilakukan Karina untuk melepas rindu dengan keluarganya adalah dengan menghubungi keluarga via chat maupun video call. Dengan ini, Karina masih bisa bertukar cerita dengan keluarga yang ada di Medan dan tetap menjalin silaturahmi dengan kerabat yang lain.
“Cara menjalin silaturahminya ya paling telponan karena cuman itu yang bisa dilakukan. Kebetulan aku enggak punya saudara dari mama ataupun papa di Semarang, adanya di Jakarta dan Bandung, dan sepupu-sepupuku semuanya pada pulang (ke Medan). Jadi komunikasinya cuman bisa lewat telepon.”
Setali tiga uang dengan Karina, Anissa, mahasiswa asal Bali yang biasanya merasakan momen lebaran dengan penuh kehangatan, akan tetapi kali ini momen tersebut ia jalani sendirian. Tak dapat dimungkiri, hal ini membuat dirinya sedih, mahasiswi Fakultas Hukum tahun 2020 ini menyatakan jika dirinya sedih karena tidak dapat menikmati euforia lebaran yang telah awam baginya.
“Jujur, cukup sedih karena tidak bisa merasakan euforia lebaran seperti lebaran biasanya. Tapi, bersyukur masih bisa merasakan hari lebaran lagi tahun ini.”
Lebih lanjut, Anissa menuturkan jika faktor yang membuatnya mau tidak mau tetap tinggal di Semarang adalah karena masih ada urusan pekerjaan yang harus diselesaikan. Rasa rindu yang menghampiri Anissa coba ia obati dengan tetap berkomunikasi dengan keluarga meski hanya dilakukan melalui ponselnya, persis seperti apa yang dilakukan Karina.
“Caranya dengan tetap berkomunikasi dengan keluarga, sekadar berkabar melalui chat atau bahkan video call.”
Selain itu, dia juga memilih untuk mengisi waktu lebaran setelah salat id untuk jalan-jalan ke beberapa tempat di Semarang.
“Setelah salat id, saya memutuskan untuk jalan-jalan ke beberapa tempat di Semarang.”
Terakhir, Anissa menyampaikan bahwa meskipun dirinya tidak dapat merayakan lebaran secara langsung bersama keluarga, silaturahmi tetap harus berjalan, dengan adanya teknologi, jarak dan waktu tidak lagi menjadi hambatan.
“Dengan adanya media sosial yang menjamur saat ini, jarak dan waktu bukan lagi halangan untuk bersilaturahmi. Lebaran kemarin, saya sempatkan untuk mengirim pesan ke keluarga dan sahabat terdekat saya untuk tetap bersilaturahmi dengan mereka,” tutupnya.
Penulis: Rachel Aina / Alivia Nuriyani
Reporter: Rachel Aina
Editor: Luthfi Maulana
Pemimpin Redaksi: Almira Khairunnisa