Saat Aksi Mahasiswa Berbuah Hambatan dan Pengingkaran

Aksi Senja di Widya Puraya kembali digelar oleh mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) pada Senin (6/3).
Kali ini, dalam jilid kelimanya, aksi tersebut mengusung tema ‘Mencari Bapak Baru’ lantaran aksi ini dilaksanakan sebagai bentuk pengawalan para mahasiswa dalam memilih rektor universitas yang baru.
Koordinator lapangan (korlap) aksi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Surya, menuturkan bahwa aksi ini dilatarbelakangi oleh keinginan mahasiswa dalam mengawal pemilihan rektor sekaligus menuntut rektor baru agar nantinya menandatangani pakta integritas.
“(Latar belakangnya) untuk mengawal pemilihan rektor ini ya, sebenarnya itu juga berkaca dari tahun lalu, rektor yang sekarang itu tidak menepati pakta integritasnya, sehingga untuk calon rektor yang baru, kita menuntut lah untuk menepati pakta integritasnya dan menandatangani pakta integritas tersebut,” ungkap Surya saat diwawancarai oleh LPM Opini, Senin (6/3/2023).
Mengenai agenda aksi tersebut, Surya menjelaskan bahwa setiap peserta dapat berkumpul terlebih dahulu di masing-masing fakultas sebelum akhirnya berkumpul di Student Center Undip sebagai titik kumpul aksi. Kemudian, massa akan melakukan march dari Student Center ke Widya Puraya sebagai tempat digelarnya aksi orasi.
“Untuk agenda hari ini, kita dari atas atau pusat, disuruh kumpul dulu di fakultas, lalu setelah itu kita jalan ke student center (SC), di SC nanti ketemu anak dari fakultas-fakultas lain, baru nanti kita jalan ke Widya Puraya bareng-bareng fakultas lain, seperti itu. Nanti di sana akan ada orasi mahasiswa, pemaparan visi misi rektor, kita bisa mengkritisi hal tersebut.” Jelas Surya.
Ia pun menambahkan bahwa aksi ini dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa Universitas Diponegoro tanpa terkecuali.
“Seluruh mahasiswa, tanpa terkecuali. Tidak hanya BEM atau himpunan saja, tapi seluruh mahasiswa boleh ikut.” ungkapnya.
Pelarangan Massa Masuk ke Widya Puraya dan Ingkarnya Janji Bakal Calon Rektor
Berdasarkan pengamatan tim LPM Opini, pergerakan massa dari Student Center ke Widya Puraya diwarnai dengan penghalangan oleh aparat kepolisian dan keamanan.
Pemberhentian pertama terjadi di depan Gedung Prof. Soedarto. Di sana, massa aksi dihalangi menggunakan portal dan dilarang melanjutkan pergerakan ke Widya Puraya. Hal ini membuat perwakilan massa aksi melakukan negosiasi dengan aparat keamanan agar diperbolehkan masuk.
Akan tetapi, negosiasi tidak menemukan titik terang lantaran aparat keamanan tetap tidak membiarkan massa aksi untuk melanjutkan perjalanan. Hal ini pun akhirnya membuat massa aksi memaksa masuk untuk melanjutkan pergerakan ke Widya Puraya.
Tak berjalan mulus, massa aksi kembali menghadapi penghalangan kedua yang terjadi di Jalan Prof. A. Suroyo, tepatnya di persimpangan dekat Widya Puraya.
Meskipun demikian, massa aksi terus merangsek masuk hingga akhirnya berhasil memasuki kawasan Widya Puraya.
Setelah berhasil masuk ke sana, massa aksi langsung membentuk lingkaran dan menyerukan tuntutan mereka melalui kegiatan orasi yang meliputi permasalahan Uang Kuliah Tunggal (UKT), fasilitas universitas yang dirasa kurang memadai, hingga permasalahan Sekolah Vokasi yang merasa dianaktirikan oleh pihak universitas.
Sepanjang orasi, massa aksi terus menyerukan agar bakal calon rektor keluar dan menemui massa aksi seperti yang telah dijanjikan sebelumnya.
Akan tetapi, hingga aksi berakhir, bakal calon rektor tetap tidak menunjukkan hilal untuk menemui massa aksi.
Penulis: Alivia Nuriyani
Reporter: Alivia Nuriyani, Bintang Suci, Vanessa Ayu, Rachel Aina, Nathalia Ginting, dan Tarisha
Editor: Almira Khairunnisa