Potret FISIP dan air kotor toiletnya (Desain: Irene Navita)

Permasalahan mengenai air toilet di gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) tidak pernah padam di kalangan mahasiswa. Semenjak pembelajaran kuliah berlangsung tatap muka, fungsi air ini juga lantas menjadi krusial bagi setiap warga FISIP Universitas Diponegoro. 

Satria, salah satu staff pengadaan di FISIP, saat ditanya oleh awak LPM Opini pada Rabu (28/11/22) lalu mengatakan bahwa hal tersebut sudah menjadi permasalahan yang cukup lama. Dijelaskannya bahwa memang kondisi air di Tembalang pada suatu kedalaman tertentu memang hasilnya tidak bagus. 

“Kita sudah coba tanya ke beberapa ahli sumur bor, kemudian mereka sendiri menyatakan bahwa memang kalau kedalaman 60 meter di Tembalang itu ya hasilnya akan seperti itu. Kita juga sudah melakukan pengurasan sumur bor, tapi ternyata memang harus dibutuhkan penanganan yang khusus untuk itu karena memang kondisi airnya sendiri kan tidak terlalu bagus,” jelas Satria. 

Satria juga mengatakan jika dilakukan penanganan pun biayanya tidak jauh berbeda dengan pengeboran yang baru. Sementara untuk melakukan tindakan tersebut, membutuhkan berbagai prosedur seperti harus memiliki perizinan khusus dan harus bersurat. 

“Mereka menyatakan rata-rata daripada ngedalemin lagi  itu lebih baik bikin baru karena biayanya hampir sama, bener-bener hampir sama. Si pelaksananya itu yang ditanyakan bukan langsung anggarannya mampu tidak, tapi ada izinnya atau tidak. Karena ternyata membuat sumur bor sekarang ini membutuhkan perizinan khusus dan kita harus bersurat juga.” paparnya. 

Kemudian menanggapi masalah air di gedung A dengan air di gedung B, C, D, dan kantin memiliki kualitas yang berbeda, Satria menjelaskan bahwa mereka sebenarnya sudah  melakukan perawatan yang sama. Ia juga menjelaskan bahwa sumber yang dipakai berasal dari satu titik yang sama, yang membedakan hanyalah aliran dari tandon atas yang kemudian dialirkan ke tiap gedung dan tiap lantai. 

“Kita melakukan hal yang sama, tidak ada yang dibedakan antar gedung karena semuanya kita pakai. Untuk hasilnya saya juga kurang paham karena memang ada fungsinya. Kebetulan yang kemarin ada masalah dan sudah diperbaiki ya Gedung B, C, D, dan kantin sehingga akan menjadi hal yang sama karena sumbernya sama dengan Gedung A. Sama seperti di rumah, ketika sudah sampai tandon atas, air tinggal dialirkan saja ke tempat yang dibutuhkan seperti lantai 1, 2, dan 3. Masing-masing sudah ada pipanya sendiri, sehingga kita mengolahnya sendiri-sendiri.” tegas Satria. 

Sementara itu, selaku Pejabat Pembuat Komitmen FISIP Undip, Dzunuwanus Ghulam Manar, S.IP, M.Si, mengatakan bahwa kondisi air di gedung A juga tidak bisa dikatakan baik. Beliau juga mengatakan bahwa proses filtrasi gedung A kurang lebih sama dengan gedung B, C, D, dan kantin. 

“Jadi itu concern yang sama yang kami rasakan karena proses filternya kan kurang lebih sama. Mungkin kalau diminta menjelaskan secara detail, saya tidak bisa, tapi treatment-nya lebih kurang sama lah. Makanya tadi saya sampaikan di awal, tidak hanya mahasiswa,  kita semua dosen dan tendik yang ada di gedung A juga merasakan hal yang sama.” jelas Ghulam.

Ghulam menambahkan bahwa sudah terdapat upaya untuk menangani permasalahan tersebut, akan tetapi ternyata upaya tersebut tidak memadai. 

“Saya perlu meluruskan  ya, sejak  2019  kita sudah memasang  filter  sebagai upaya  tapi kita  kemudian melihat  apakah karena  beban  filternya yang  terbatas  apakah  memang karena  proses penurunan kualitas air yang tadinya filter itu bekerja cukup signifikan lama kelamaan ‘kan jadi tidak terlalu signifikan  misal  warna airnya dan sebagainya. Jadi  perlu saya  tegaskan bahwa kita tetap berusaha  untuk  mencari solusi  dari masalah ini. Termasuk filter ini termasuk solusi yang kita temukan, tapi kemudian ternyata dalam perkembangannya tidaklah memadai.” 

Lebih lanjut, Ghulam juga mengatakan bahwa untuk menangani permasalahan terkait air FISIP ini, memerlukan waktu yang lama karena ada banyak prosedur yang harus dilakukan. 

“Jadi prosesnya selalu ada diskusi-diskusi dulu. Setelah diskusi, kemudian kita mencoba untuk menghubungi beberapa penyedia. Beberapa penyedia itu nanti juga ada survei, ada beberapa kali diskusi lagi, kemudian mereka mengajukan penawaran. Setelah itu, biasanya kita baru mulai berpikir soal alokasi anggaran kita. Kalo untuk akhir tahun ini jelas ga mungkin karena anggaran kan sudah selesai prosesnya. Yang mungkin bisa kita lakukan ya tahun depan mungkin bulan juni setelah ujian akhir semester.” terang Ghulam.

Terakhir, Ghulam mengajak mahasiswa untuk turut menyuarakan permasalahan ini supaya tercipta lingkungan FISIP yang nyaman. 

“Ya, saya mengajak untuk kita kawal bersama nanti disandingkan di public hearing. Saya tidak terlalu mendikotomikan antara mahasiswa dan sebagainya. Karena bagi saya adalah stektekal kampus dan kita semua masing-masing punya peran untuk bisa memberikan kontribusi menciptakan kenyamanan di lingkungan yang kita tempati.” pungkasnya. 

 

Reporter: Almira Khairunnisa

Penulis: Aulia Retno  

Editor: Alivia Nuriyani & Luthfi Maulana 

Pemimpin Redaksi: Almira Khairunnisa

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.