Serba-Serbi IISMA 2022, Peningkatan Antusiasme Hingga Alasan Dibalik Tes Kebhinekaan Dadakan

LPM OPINI—Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali mengadakan program Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA). Di tahun keduanya, terlihat adanya peningkatan antusiasme mahasiswa terhadap program yang terbilang baru ini. 

Dalam data yang dirilis oleh IISMA, ada sekitar 12.000 orang yang mendaftarkan akunnya untuk mengikuti program IISMA, dengan kurang lebih 7.501 pendaftar yang berhasil mengumpulkan dan mengunggah berkas-berkas yang menjadi persyaratan program IISMA, meningkat sebanyak 294 persen dari pendaftar tahun lalu yang berjumlah sekitar 2.000 mahasiswa. 

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro sendiri, terdapat total jumlah 59 mahasiswa yang mendaftar program IISMA, dengan Departemen Ilmu Komunikasi sebagai departemen dengan pendaftar terbanyak, yakni 19 mahasiswa. Data ini sangat kontras dengan data tahun 2021 dengan jumlah pendaftar hanya 25 orang. 

Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Diponegoro, Anggun Puspitarini Siswanto mengapresiasi besarnya antusiasme mahasiswa terhadap program IISMA. 

“Tentunya senang, karena sebagai dosen, saya senang melihat mahasiswa antusias. Antusiasme ini sudah menjadi kesuksesan kami sebagai dosen dalam mendidik mahasiswa. Saya sebagai kepala IO (KUI) pun senang dengan antusiasme yang sangat positif, animo yang tinggi, dari program ini kami bisa memetakan mahasiswa di fakultas mana saja yang berpotensi lebih. Kemarin kami menemukan banyak yang IELTS-nya 8.5, kemudian banyak ikut organisasi, like hidden gems. Itu yang positif dan menyenangkan,” ungkapnya saat diwawancarai via Ms. Teams pada Rabu (27/04). 

Sistematika Pendaftaran dan Persyaratan yang Cukup Berbeda dan “Rumit”

Program IISMA 2022 dibuka pada tanggal 12 Maret 2022. Masa pendaftaran program ini pun berlangsung cukup lama, yaitu satu bulan penuh sampai pada akhirnya ditutup pada tanggal 12 April 2022. 

Umi Lestari, pegawai Kantor Urusan Internasional (KUI) FISIP yang bertanggung jawab dalam menjembatani mahasiswa untuk mendaftar IISMA 2022 berpendapat bahwa persyaratan tahun 2022 lebih rumit dibanding pada tahun 2021. Pasalnya, pada tahun 2022 ini ada setidaknya tiga berkas dokumen tambahan yang harus dilengkapi, yaitu surat self-declarations yang mencakup surat tidak pernah mendapatkan beasiswa ke luar negeri, surat tidak terlibat dalam kekerasan seksual, dan surat tidak mengonsumsi maupun mengedarkan narkotika. Ketiga surat tersebut disertai surat rekomendasi universitas wajib dibubuhi materai sebagai syarat pendaftaran. 

“Iya, karena kan ada empat surat yang harus dipenuhi. Ada self-declarations dan surat rekomendasi yang membutuhkan materai. Membuktikan mahasiswa butuh effort lebih. Selain itu, tahun lalu juga tidak perlu pembubuhan materai, jadi verifikasi yang dilakukan lebih gampang.” ujarnya pada wawancara yang diadakan via Zoom pada hari jumat (22/04). 

Melengkapi pernyataan Umi, Anggun juga menyatakan perbandingan antara persyaratan program IISMA tahun 2021 dengan tahun 2022 yang menambahkan beberapa dokumen berupa dokumen self-declarations

“Secara umum persyaratan masih sama, ada minimal semester, minimal kemampuan bahasa Inggris, tetapi untuk di pendaftaran tahun 2022 ini ada beberapa dokumen tambahan yang perlu dilampirkan di sesi pendaftaran ini. Dokumennya ada tiga, pertama adalah dokumen pernyataan para pendaftar (mahasiswa) yaitu pernyataan tidak pernah ikut physical exchange abroad, bagi mereka yang sudah pernah ikut pertukaran keluar negeri secara fisik tidak bisa ikut IISMA 2022, lalu ada dokumen pernyataan (self-declaration) yang diketahui oleh universitas,” terangnya. 

Anggun juga menyatakan adanya pembubuhan materai sebagai persyaratan wajib di setiap lembar berkas yang diberikan panitia IISMA 2022. “Jadi, mahasiswa tanda tangan di atas materai lalu sisi kanannya ada bagian mengetahui, yaitu pihak universitas. Kedua, pernyataan tidak pernah terlibat sexual violence, ketiga pernyataan tidak pernah mengedarkan, menggunakan narkotik dan napza,” jelasnya. 

Walaupun begitu, hal ini tidak menyurutkan tekad mahasiswa untuk mendaftar dan segera menyelesaikan berkas-berkas administrasinya untuk kemudian diserahkan kepada panitia IISMA, terbukti dari peningkatan pendaftar yang mencapai 294%, yakni sejumlah 7.501 pendaftar. 

Proses pendaftaran yang panjang ini tidak dapat dikatakan mudah, baik bagi mahasiswa maupun penanggung jawab pihak fakultas maupun universitas. Namun, Anggun mengeklaim bahwa kerja sama antara pihak KUI Universitas, KUI masing-masing fakultas, dan mahasiswa terjalin dengan baik sehingga kesulitan tersebut dapat dilalui dengan mudah. 

“Kami bersyukurnya di level universitas, kerjasama dengan IO (KUI) fakultas dan para mahasiswa itu sendiri untungnya terjalin dengan bagus, jadi kesulitan-kesulitan itu bisa kami hadapi. Misal ada dokumen yang kurang, nanti kami akan menghubungi IO (KUI) fakultas untuk menghubungi mahasiswa untuk dilengkapi,” jelas Anggun. 

Berbeda dengan pernyataan Anggun, Umi justru mengungkapkan kesulitannya menghubungi mahasiswa untuk dimintai kelengkapan berkasnya. 

“FISIP maunya kami merekomendasikan mahasiswa sebanyak-banyaknya. Siapapun yang mendaftar, jika memenuhi syarat akan kami rekomendasikan. Jadi, kalau kurang saya  harus nelponin satu-satu kurangnya dimana. Bahkan sampai hari terakhir saya pun masih terus telpon mahasiswa untuk memastikan si mahasiswa jadi ikut atau enggak,” kata Umi.

Alasan Dibalik Tes Survey Kebhinekaan yang “Dadakan” 

Selain persyaratannya yang cukup rumit, mahasiswa pendaftar IISMA 2022 dikejutkan kembali dengan adanya tes Survey Kebhinekaan yang diadakan pada Kamis (21/04). Pemberitahuan mengenai tes ini baru diberitahu dua hari sebelumnya, yaitu Selasa (19/04), sekaligus percobaan aplikasi CBT-ANA yang digunakan IISMA untuk menjalankan tesnya. 

Menanggapi hal ini, Anggun menyatakan tes tersebut diadakan untuk menyeleksi atau menyortir para pendaftar yang membludak di tahun kedua, yakni  dari 7.500 menjadi 2.200 pendaftar. 

“Sebenarnya ini mencakup tentang sistem IT (IISMA). Jadi karena mendadak pendaftar itu ada peningkatan ratusan persen, IT pun menyesuaikan.” 

Selain itu, alasan yang diutarakan mengenai tes kebhinekaan ini sebagai pelatihan bagi mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang sigap dan mampu menerima semua tantangan di luar negeri. 

“Sebenarnya, tanpa disengaja, ini mendidik mahasiswa kita untuk bisa lebih awas, lebih siap sedia, dan lebih sigap. Kenapa? Karena dari yang kami amati, mahasiswa jaman now ini kan kadang kurang up to date dalam hal ngecek e-mail, ini cara kita secara tidak sengaja untuk mendidik agar para pendaftar IISMA ini juga menjadi pribadi yang sigap. Kalau di luar negeri nanti, tidak ada yang namanya dikit-dikit dikasih tahu. Jadi mahasiswa harus aktif, dan anggap saja email itu sosmed juga, untuk latihan di luar negeri,” jelas Anggun. 

Untuk menghadapi pemberitahuan yang mendadak seperti ini, Anggun sebagai Kepala KUI Universitas memastikan tidak adanya miskomunikasi antar KUI Universitas dan KUI masing-masing fakultas. 

“Kami ada forum komunikasi untuk pengelola IO office di tiap fakultas untuk meminimalisir miskomunikasi. Kami benar-benar bersyukur dengan jalur komunikasi kami yang sangat baik dengan IO (KUI) di level fakultas,” tutupnya. 

Penulis: Rachel Aina

Editor: Luthfi Maulana

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.