Mengintip Keberlanjutan Sistem Self Service di Kantin FISIP Undip
Ilustrasi: Rifat Farhan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) menjadi salah satu fakultas yang menerapkan sistem self service di kantinnya. Self service sendiri adalah sistem dengan pelanggan atau pengguna layanan yang melakukan sebagian atau seluruh proses layanan sendiri tanpa bantuan langsung dari staf atau karyawan. Sistem ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi dalam menjaga kebersihan lingkungan kantin. Self service ini adalah program yang diadaptasi dari kampanye mahasiswa ilmu komunikasi yang kemudian difasilitasi oleh pihak fakultas. Akan tetapi, keberlanjutannya kini masih menjadi pertanyaan bagi sebagian besar mahasiswa mengenai apakah sistem ini masih berjalan dengan baik atau malah sebaliknya. Berbagai tantangan dalam pelaksanaan dan penerimaan sistem ini banyak mengomentari mahasiswa seperti frekuensi makan di kantin, kesadaran dan partisipasi dalam self service, serta kondisi kebersihan kantin saat ini. Dengan berbagai problematika dalam sistem self service ini, besar harapan mahasiswa adanya upaya kampanye ulang dan peningkatan fasilitas juga menjadi bagian dari diskusi yang lebih luas tentang bagaimana menjaga keberlanjutan budaya self service di FISIP Undip.
Masihkah Mahasiswa FISIP Menjaga Sistem Self Service?
Sistem self service di kantin FISIP Undip telah menjadi perbincangan di kalangan mahasiswa dikarenakan masih ada beberapa mahasiswa yang setia menjalankan praktik ini, tetapi tidak sedikit pula mahasiswa yang meninggalkan dan mulai abai terhadap kebiasaan tersebut, berangkat dari dua sudut pandang yang berbeda, mahasiswa dan penjual kantin di FISIP Undip. Mereka sama-sama melihat bahwa mahasiswa masih belum disiplin dalam menerapkan sistem self service.
Salah satu mahasiswa Administrasi Publik angkatan 2023, Jayden (bukan nama sebenarnya) mengaku bahwa budaya self service masih belum menyeluruh diterapkan oleh mahasiswa dengan melihat beberapa mahasiswa masih meninggalkan sampah makanan dan minuman mereka.
“Sebenarnya dikatakan masih atau belum, dibilang masih, karena beberapa masih melakukan termasuk aku pun sendiri masih melakukan, tetapi kalau dikatakan apakah itu menyeluruh atau tidak itu bisa dikatakan tidak, karena memang ada beberapa juga mahasiswa yang ketika sudah selesai makan atau minum di sana meninggalkan sisa makan dan minumannya. Sampah makan minumannya di tempat tanpa membuang pada tempatnya,” ungkapnya saat ditemui secara langsung oleh OPINI pada Rabu (29/05)
Padangan serupa disampaikan oleh Varelina Diva Azzahra, mahasiswa Administrasi Publik angkatan 2023 yang juga merasakan dampak negatif dari ketidakdisiplinan sebagian mahasiswa.
“Belum, karena setiap kali aku ke meja-meja sering dan masih banyak barang-barang di meja dan itu kayak mengganggu banget. Aku juga kurang ngerti kenapa self service itu belum bisa diterapkan sama mahasiswa FISIP. Menurutku hal tersebut jangan sampai terjadi, karena itu benar-benar merepotkan mahasiswa lainnya kayak misalnya kita mau pakai tempatnya itu kita harus bersih-bersih dulu karena kamu meninggalkan barang-barang yang harusnya kamu buang atau kamu kembalikan begitu,” keluh Varelina saat ditemui secara langsung oleh OPINI pada Kamis (30/05).
Putri, salah seorang penjual di kantin FISIP dengan nama kedai “Chicken Pop” menceritakan pengalamannya dengan sistem self service yang telah diterapkan dengan baik oleh mahasiswa.
“70 persen iya 30 persen ya adalah, maksudnya kan ini juga manusia sebanyak ini ya, anak-anak banyak banget dia masih ada yang paling cuman ditinggal di meja ya itu ada, tapi kebanyakan 70 persen sudah langsung ke keranjang kok jadi memudahkan. Malah ada yang langsung ditaruh ke tempat ku gitu ‘Bu ini dikembalikan lagi’ gitu loh, itu lebih keren lagi sih,” jelasnya dengan penuh semangat saat ditemui secara langsung oleh OPINI pada Kamis (30/05).
Namun, ia juga menyadari bahwa tidak semua mahasiswa mengikuti sistem ini dengan baik. “Ya itu sih kembali ke pribadi masing-masing ya cuman nggak apa-apa lah juga masih anak-anak. Mereka maksudnya sambil belajar, jangankan di sini ya, di KFC dan Mcdonalds aja yang ada self service-nya, masih banyak yang nggak melakukannya, apalagi ini anak-anak yang masih umur-umur masih bandel-bandel gitu jadi ya masih ada yang menaati dan ada yang enggak, ya biasa dan nggak apa-apa,” tambahnya.
Butuh Kampanye Ulang? Menyikapi Sistem Self Service di Kantin FISIP
Perbincangan mengenai sistem self service di kantin FISIP terutama dari pihak mahasiswa banyak menyoroti pentingnya kesadaran dan perbaikan infrastruktur untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa. Bagi Jayden, upaya dalam mengatasi minimnya kesadaran mahasiswa dapat dilakukan dengan cara sosialisasi ulang terkait mekanisme kerja self service.
“Mungkin, perlu adanya sosialisasi atau pengingat kepada seluruh mahasiswa bahwa memang kantin FISIP menerapkan sistem self service supaya seluruh mahasiswa FISIP lebih aware dan lebih perhatian terhadap sampah sisa makan dan minuman setelah mereka makan dan minum di sana,” jelasnya.
Selain itu, Jayden juga merasa jika perlu untuk melakukan pembaharuan kebutuhan berupa fasilitas maupun pemberitahuan sistem self service agar mahasiswa lebih peduli dan tertarik melakukan program self service.
“Kemudian perlu adanya pembaharuan dari pemberitahuan sistem self service di kantin itu sendiri, dan juga penyediaan fasilitas yang lebih memadai dan lebih menyeluruh bagi seluruh mahasiswa FISIP itu sendiri,” tambahnya.
Varelina juga menggambarkan perlunya edukasi yang lebih intensif dan peningkatan kesadaran di antara mahasiswa untuk memastikan bahwa sistem self service berjalan dengan lancar dan efektif.
“Menurut aku yang pastinya literasinya perlu ditingkatkan lagi ya bagi mahasiswa, kayak kalian tuh ya baca dan pahami kalau misalnya tuh peraturannya self service ya lakukan dan juga kesadarannya tolong kalau misalnya kan kalian yang pakai dan kalian yang punya sampahnya yaudah dibuang dan dikembalikan lagi ke tempatnya,” tegasnya
Manajer Bagian Tata Usaha FISIP Undip, Andi Widiasmoro, menyadari bahwa menurunnya kesadaran mahasiswa dalam menjaga kebersihan di kantin dan area kampus menjadi tantangan yang perlu segera diatasi. Menurutnya, langkah kampanye ulang sangat diperlukan untuk mengingatkan dan meningkatkan kembali kesadaran mahasiswa.
“Ya kalau menurut saya pribadi sih ya, dengan menurunnya kesadaran mahasiswa seperti ini ya kami pikir perlu sih melakukan kampanye lagi ya. Mungkin dibantu dari mahasiswa juga, dari BEM, atau dari unit-unit lain,” ungkapnya saat ditemui secara langsung oleh OPINI pada Kamis (03/06).
Apakah Mahasiswa FISIP Masih Peduli Kebersihan?
Kebiasaan membuang sampah sembarangan di kalangan mahasiswa FISIP Undip masih menjadi tantangan dalam mewujudkan lingkungan FISIP yang bersih. Varelina mengamati bahwa meskipun beberapa mahasiswa masih taat pada aturan kebersihan, tetapi banyak juga yang masih abai.
“Mungkin sebagian iya, karena aku sendiri dan sepenglihatan aku dan teman-temanku yaudah kayak kita membuang sampah, tapi kenapa aku juga nggak tahu masih banyak juga pas kita duduk itu sampah masih ditinggalin, mungkin fifty-fifty gitu ya untuk budaya buang sampah mahasiswa,” ungkapnya.
Jayden sendiri menilai pentingnya kesadaran diri dalam membentuk kebiasaan yang baik di kalangan mahasiswa. Meskipun fasilitas kebersihan yang memadai penting, tetapi tanpa adanya kebiasaan dan tanggung jawab individu untuk menjaga kebersihan, masalah sampah akan tetap ada.
“Menurut saya itu lebih ke arah habit dari si mahasiswa itu sendiri, sih. Kalau dia memang terbiasa untuk membuang sampah, apapun kondisi dan alasannya selama itu tempat sampah dan dia memiliki tanggung jawab atas sampah yang dia miliki, pasti dia akan membuang itu pada tempatnya, tapi kalau misalnya dia pada dasarnya tidak memiliki kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya, jadi mau sebagus apapun tempat sampah, sebersih apapun lingkungan jika dia terbiasa membuang sampah sembarangan pasti tidak akan bisa membuang sampah pada tempatnya.”
Varelina mengungkapkan pandangan yang berbeda dengan Jayden, menurutnya masalah kebersihan di kantin FISIP Undip tidak sepenuhnya terletak pada sikap mahasiswa saja. Ia menyoroti faktor lain yang turut berkontribusi terhadap masalah ini, yaitu kecilnya ukuran tempat sampah serta kurangnya regulasi dan pengelolaan tempat sampah oleh pihak kantin.
“Ya menurut aku itu salah satu faktor terbesar juga sih, selain karena memang dari mahasiswanya itu sendiri, karena kalau yang aku lihat tempat sampah kantin itu kalau sudah semakin siang kan semakin penuh ya, jadi itu kayak nggak ada regulasi pembuangan dari stafnya atau bagaimana. Jadi mungkin mahasiswa bingung mau buang sampahnya ke mana dan memilih buat meninggalkan sampahnya.”
Berangkat dari permasalahan regulasi dan manajemen sampah, Andi menilai bahwa mahasiswa masih belum paham mengenai pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, sehingga pada akhirnya menjadi permasalahan baru bagi pihak fakultas dalam proses pemilahan sampah.
“Kesadaran mahasiswa untuk membuang sampah pada tempatnya sudah oke dan sudah berjalan dengan baik. Cuma, di situ kan ada tiga tong ya, berdasarkan jenis sampahnya. Saya dapat laporan bahwa untuk area, ya khususnya di kantin dan gedung B dan C itu memang tidak terpisah baik gitu, jadi asal masukin. Itu menjadi permasalahan sendiri bagi kami di tim pemilahan sampah. Jadi, membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding waktu yang seharusnya mereka selesaikan,” ungkapnya.
Dalam menghadapi masalah manajemen sampah di kantin FISIP Undip, Andi mengungkapkan akan berencana untuk mengevaluasi kembali frekuensi pengangkutan sampah. Dengan meningkatkan frekuensi pengangkutan sampah, diharapkan masalah penumpukan sampah dapat diminimalisir, sehingga mahasiswa tidak lagi kebingungan atau enggan membuang sampah pada tempatnya.
“Nanti coba kami evaluasi lagi ya kalau katakanlah memang saat ini kami membuang sampah dua kali sehari misalnya ya, cuma nanti kami coba memperbanyak frekuensi untuk pembuangan sampah pengangkutan sampah dari tong sampah ke tempat pembuangan akhirnya,” pungkasnya.
Harapan untuk Masa Depan Kantin FISIP
Terlepas dari berbagai tantangan yang ada dalam sistem praktik self service ini, Jayden berharap kantin bisa menjadi tempat yang lebih terawat dan bersih, dengan fasilitas yang lebih memadai dan terjaga. Ia menekankan pentingnya seluruh mahasiswa FISIP untuk berpartisipasi dalam menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya dan menerapkan sistem self service.
“Semoga ke depannya kantin FISIP bisa lebih terawat dan terjaga kembali, kemudian juga lingkunganya bisa lebih bersih lagi. Fasilitas dan prasarananya yang ada di kantin FISIP lebih memadai dan lebih diperhatikan lagi. Semoga seluruh mahasiswa FISIP Undip ini bisa membuang sampah tempatnya, melakukan sistem self service, dan juga menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan kantin FISIP Undip,” ujar Jayden.
Varelina pun berharap agar mahasiswa lebih sadar akan pentingnya mematuhi peraturan self service. Ia juga menyoroti peran penting staf dan karyawan kantin dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kebersihan.
“Kalau dari aku, untuk mahasiswanya sendiri semoga kalian bisa lebih sadar akan peraturan self service juga untuk kepada staf karyawannya juga agar menyediakan sarana-sarana yang mendukung, karena kalau misalnya dari kita udah pengen berubah dan mengikuti program self service, tetapi sarana dan fasilitasnya nggak mendukung jadinya kita nggak tergugah untuk melakukan atau mematuhi program tersebut,” ungkap Varelina.
Putri turut menyampaikan harapannya terhadap terciptanya lingkungan kantin yang lebih tertib dan bersih dengan mahasiswa yang lebih disiplin dalam menerapkan self service.
“Ya semoga dari 70 persen bisa menjadi 100 persen. Adapun upaya tambahan lagi seperti imbauan ulang perlu dilakukan untuk mencapai 100 persen itu,” Pungkasnya. (Armelita)
Penulis: Armelita Irnanda Putri
Editor: Alivia Nuriyani
Redaktur Pelaksana: Tarisha Putri Ramadhanti
Pemimpin Redaksi: Natalia Ginting