Setangkai Mawar di Malam Minggu

Kata orang, malam Minggu adalah saat yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama orang terkasih, baik bagi mereka yang sudah menikah maupun muda-mudi yang sedang merajut jalinan asmara. Begitu pula Andra, seorang lelaki dengan paras tampan dan tubuh yang atletis, boleh dibilang ia sosok lelaki idaman. Namun, di antara banyak gadis yang mendekati Andra, hanya satu yang mekar dengan indah di dalam hatinya.

Gadis itu berkulit sawo matang dengan rambut hitam sebahu. Senyumnya begitu manis, hingga banyak lelaki jatuh hati kepadanya. Merah adalah warna kesukaannya. 

Mawar. Ialah nama gadis yang memikat hati Andra.

Sudah hampir satu tahun hubungan mereka berjalan dan malam Minggu adalah waktu yang dipilih untuk bertemu serta melepas rindu. Malam ini, Andra berencana menemui Mawar untuk  berbagi cerita dan canda tawa.

Sejak pukul lima sore tadi Andra bersiap-siap. Ia sibuk memilih pakaian mana yang cocok dikenakan untuk menemui pujaan hatinya malam ini. Sembari melipat lengan kemejanya, hatinya terasa berbunga bunga, membayangkan senyum tipis Mawar akan meenyambut setibanya ia sampai di depan rumah Mawar nanti.

“Rapi banget Ndra, mau ke mana?” tanya ibu Andra.

“Biasa Bu, mau ketemu Mawar, kan ini malam Minggu,” jawab Andra sambil mencium tangan ibundanya. Sang ibu tampak bingung dengan jawaban yang baru saja ia dengar.

Belum sempat bertanya lagi, Andra sudah men-starter sepeda motornya dan berangkat menuju rumah Mawar.

Setelah sepuluh menit perjalanan, Andra terhenti di sebuah persimpangan jalan. Tampak seorang anak yang sedang membawa keranjang berisikan beberapa tangkai bunga, sambil menawarkannya pada para pengendara yang sedang menunggu lampu lalu lintas berganti warna. 

Dek sini dek,” panggil Andra.

“Ya, Kak? Mau beli?” tanya anak itu sambil mendekat.

“Iya, harga satuannya berapa?” tanya Andra.

“Lima ribu aja Kak, soalnya udah malam, jadi ada diskon,” jawab anak itu dengan sedikit tertawa.

“Ya sudah, Kakak beli satu, ya,” sambil memberikan uang lima puluh ribu ke anak itu.

“Tapi Kak, ini kebanyakan?” tanya anak itu dengan bingung.

“Nggak apa, biar kamu cepet pulang” jawab Andra dengan tersenyum dan disambut anggukan. Bocah itu bergegas meninggalkan Andra seiring lampu lalu lintas sudah menyala hijau.

Malam ini cuaca sedang bersahabat, langit amat cerah dengan penampakan sabit yang indah. Taburan kerlip bintang yang berkerlap kian menambah syahdu.

Jalanan cukup ramai, taman-taman diisi muda-mudi yang sedang asik bercengkerama berdua. Sepanjang perjalanan, Andra tiada hentinya membayangkan betapa manis paras Mawar malam ini, sebab menemui pujaan hati pastilah hal yang menyenangkan bagi semua orang yang tengah kasmaran.

Setelah menempuh jarak sekira sembilan kilometer dan melalui banyak persimpangan, Andra tiba di sebuah rumah sederhana di pinggir jalan. Rumah bercat biru itu memiliki pekarangan yang asri dengan berbagai tanaman yang menghiasinya. Di teras, tampak seorang wanita tengah duduk, dan sepertinya sudah menunggu kehadiran Andra sedari tadi.

“Malam, Tante Ina!” ucap Andra sambil mencium tangan wanita itu.

“Malam Ndra, kamu ke sini mencari Mawar lagi?” jawab ibunda Mawar.

“Iya Tante, ini kan malam Minggu, saya izin mau ajak Mawar keluar sebentar ya Tante. Mawarnya ada kan Tante?” jawab Andra dengan lembut.

Kali ini Tante Ina tidak menjawab, bibirnya bungkap, dan matanya nampak berkaca kaca.

“Ini saya sudah bawakan kado buat Mawar, setangkai bunga kesukaan Mawar,” kata Andra sambil melirik ke dalam rumah, harap harap mawar keluar karena mendengar suaranya.

“Ndra, ini sudah ke-3 kalinya, setiap malam minggu dalam 1 bulan ini kamu datang kemari untuk menemui mawar. Tapi, apakah hal ini harus selalu kamu lakukan Ndra?” tanya Tante Ina berusaha tegar.

“Apa maksud Tante? Saya sudah tidak diperbolehkan bertemu Mawar lagi?” tanya Andra kebingungan.

“Bukan begitu Andra, tak ingatkah kamu kejadian malam Minggu, satu bulan yang lalu? Apakah Tante harus mengulang cerita ini tiap kali kamu ke sini? Kamu mau membuat luka hati Tante terbuka kembali?,” mata tante Ina berderai air mata.

”Mawar sudah pergi Ndra, dia sudah sangat jauh dari kita sekarang, satu bulan yang lalu, tepat di malam Minggu, kalian mengalami kecelakaan di persimpangan jalan. Truk dengan rem blong menyeruduk kalian ketika suasana tengah ramai, banyak korban pada malam itu, dan Mawar salah satu korbannya,” lanjut Tante Ina.

Andra terpaku, tubuhnya tiba-tiba gemetar hebat, pikirannya kacau, setangkai bunga mawar yang dibawanya jatuh ke lantai, diikuti dirinya karena lututnya tak lagi dapat menahan beban cerita yang disampaikan Tante Ina.

“Kamu adalah salah satu korban selamat, hanya saja benturan yang terjadi malam itu, membuatmu teringat tentang Mawar setiap kali malam minggu datang. Ikhlaskanlah dia Nak, Tante tidak menyalahkanmu, ini sudah takdir Tuhan,” ucap Tante Ina seraya memeluk Andra.

Andra kini ingat, sangat ingat. Kejadian yang menyakitkan itu kembali dirasakan oleh hatinya. Raganya mungkin sudah lupa akan sakitnya, tapi perasaannya masih hancur tiap kali ia menyadari;

Mawar telah tiada.

Malam ini, setangkai bunga mawar itu tergeletak tak bertuan, pemiliknya telah pergi ke sisi Tuhan, meninggalkan kelopaknya yang layu dan tangkainya yang rapuh dimakan usia.

 

Penulis                        : Dikka Prasetyo

Editor                          : Annisa Qonita

Redaktur Pelaksana : Luthfi Maulana

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.