We Talks #1 : Siapkan Diri untuk Bekerja di Luar Negeri
Bekerja di luar negeri atau International exposure telah menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan individu dan membuka perspektif tentang negara di luar sana. Sayangnya, banyak orang yang menunda atau bahkan menghindari hal tersebut karena dianggap sulit dan kurangnya kepercayaan diri serta pengetahuan untuk memulainya. Berangkat dari hal tersebut, UTH Jogja mengadakan WeTalks, yaitu web seminar dengan tema Building Your Own Global Career sebagai sarana untuk mendorong dan memotivasi orang-orang agar mengambil peluang di luar negeri. Acara yang diadakan pada hari Sabtu, 6 Juni 2020 ini mengundang dua pembicara yaitu ; I Made Andi Arsana dan Muhammad Fakhruzzaman.
I Made Andi Arsana, sebagai pembicara pertama, adalah Kepala Kantor Urusan Internasional UGM dan Tenaga Ahli Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Rekam jejaknya terbukti dalam banyak pengalaman. Tidak hanya itu, kiprah beliau telah terbukti sebagai pembicara dan dosen tamu di berbagai institusi seperti, RSIS Singapore, Asian Foundation, dan The Habibie Center China-ASEAN Research Institute. Baru-baru ini ia juga menjadi delegasi dari Sherpa Meeting dan High Level Panel for Sustainable Ocean yang diadakan di New York.
“Bagi saya, hari ini, kesetiaan kita (dan) pengabdian kita kepada negara itu penting sekali. Tetapi tidak lagi diwujudkan dengan bambu runcing, tidak lagi dengan berteriak, tidak lagi dengan bedil, namun dengan pertarungan intelektual,” ungkapnya dalam webinar tersebut. Menurutnya, yang terpenting adalah bukan agresivitas, namun bagaimana caranya orang bisa nyaman dan menerima gagasan kita dengan baik.
Dalam seminar tersebut, ia membawakan materi tentang “Building International Network”. Ia menekankan pentingnya membangun relasi untuk membantu pekerjaan dan mencari peluang yang kita ingin dapatkan. Dalam membangun relasi ada beberapa hal penting yang penting yang perlu diperhatikan. Pertama adalah melihat kesempatan. Kita bisa mengajak orang lain berbicara untuk membangun relasi. Meski begitu, perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh sibuk membicarakan diri sendiri dan harus lebih banyak membicarakan orang yang kita ajak bicara.
Kedua adalah bagaimana cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Pilihan kata yang kita pilih akan mencerminkan diri kita. Saat berkomunikasi dengan latar belakang yang berbeda, pilihan kata yang dipilih juga akan berbeda. Setelah itu, kita perlu percaya diri saat berkomunikasi. Goyangkan tanganmu dan berbicaralah supaya orang menyadari bahwa kamu ada di sana, hal itu akan terlihat sopan tetapi tetap percaya diri. Usahakanlah untuk bisa berkomunikasi meskipun dalam waktu yang terbatas, misalnya saat naik lift.
Membangun relasi dengan orang-orang sukses sangat bagus untuk dilakukan, kita tidak perlu malu saat mencobanya. Andi mengatakan, jika ia gagal dalam usaha “PDKT-nya”, yang perlu dilakukannya adalah tidak menceritakan pengalaman tersebut kepada orang lain, maka ia tidak akan malu. Ketika berhasil, maka ia berkesempatan mendapat relasi yang sangat berguna ke depannya.
Selain orang baru, teman lama juga bisa menjadi relasi. Kita tidak pernah tahu kita dan teman kita akan menjadi seperti apa ke depannya, sehingga kita perlu menghargai orang-orang di sekitar kita sekarang. Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa kita bisa bertindak dalam skala kecil terlebih dahulu sebelum memulai hal besar. “Berpikir boleh global, bertindak harus lokal.” pungkas Andi.
Pembicara kedua dalam webinar ini adalah Muhammad Fakhruzzaman. Seseorang yang telah berpengalaman menjadi Pengamat OP di Shearwater Geoservices di Gatwick, Inggris. Sebelum bekerja di Shearwater Geoservices, ia juga pernah bekerja sebagai Acquisition Engineer di Schlumberger, Gatwick, Inggris. Rekam jejaknya terbukti dalam banyak pengalaman kepemimpinan. Dia adalah penerima XL Future Leaders Batch 2, Tanoto Foundation Intake 2011, dan salah satu beasiswa paling bergengsi, AREAS + Beasiswa Erasmus Mundus.
Dalam seminar ini, Fakhruz menyampaikan materi tentang “What to prepare to Work Overseas”. Menurut Fakhruz, kita perlu bekerja di luar negeri untuk membangun mental yang kuat dan membuka pandangan kita. Kita akan bertemu orang baru di lingkungan baru sehingga diperlukan mental baja untuk beradaptasi dengannya. Pengalaman seperti ini juga dapat membuka wawasan dan membiasakan diri untuk dapat melihat sesuatu dari berbagai perspektif.
Perkerjaan di luar negeri dapat kita dapatkan dari website penyedia lowongan, website kantor atau organisasi yang memberikan lowongan, dan Career Center di universitas. Kemampuan bahasa Inggris menjadi syarat mutlak jika ingin bekerja di luar negeri, tetapi jika kita bisa menguasai bahasa lain, maka akan menjadi nilai tambah untuk kita. Membuat CV juga lebih baik jangan general, tetapi tulislah secara detail sesuai dengan posisi yang kita tuju. Jika semua hal di atas sudah dipersiapkan, selanjutnya yang terpenting adalah kepercayaan diri. Tidak ada ruginya mencoba dan tidak akan ada perusahaan yang mem-blacklist jika IPK kita rendah.
Setelah mendapat penawaran, kita bisa mempertimbangkan beberapa hal. Pertama adalah gaji, apakah cukup dengan biaya hidup kita. Kedua pajak, siapa yang akan membayar dan berapa besar biayanya. Lalu asuransi kesehatan, karena kita warga asing kita perlu asuransi kesehatan dan harus dipastikan apakah kita yang membayar atau perusahaan. Terakhir, visa kerja. Visa kerja memang disponsori oleh perusahaan, tetapi tidak semua perusahaan mau menjadi sponsor untuk visa kita sehingga perlu ditanyakan siapa yang akan menanggung visa.
Fakhruz juga mengingatkan bahwa kita harus bersikap baik di negara orang karena tingkah laku kita akan mencerminkan negara kita.
“You are the ambassador of Indonesia,” ucapnya.
Setelah para pembicara membagikan materi, terdapat sesi ice breaking untuk menghidupkan kembali suasana, sebelum akhirnya ditutup dengan sesi pertanyaan. Web seminar yang diadakan melalui aplikasi Zoom ini tidak hanya menampilkan pembicara yang berpengalaman di bidangnya, namun juga sebagai sarana untuk berbagi. Semua hasil dari seminar ini akan di donasikan untuk masyarakat kurang mampu yang berada di daerah Yogyakarta.
Reporter: Amelia Nur
Editor: I. N. Ishlah
Redaktur Pelaksana: Annisa Qonita A.